22 Nov 2008

MInggu ke 4 November

SENIN, 24 Nopember 2008
ANDAIKAN AKU HARUS MEMILIH
Yosua 24 : 15
Ada sebuah true story yang sangat menyentuh hati saya. Sebenarnya saya tidak mengenal pelaku true story ini, karena saya memperoleh kesaksian ini dari sahabat sang tokoh utama true story ini. Pada hari H pernikahan yang menjadi dambaan semua pasangan kekasih, sepasang calon mempelai sedang berada di dalam mobil pengantin yang segera menuju gedung gereja tempat pemberkatan pernikahan akan diadakan. Semua keluarga dan sahabat dari kedua belah pihak mempelai sedang menantikan kedatangan mereka di gedung gereja tersebut. Tiba-tiba di tengah perjalanan menuju ke gereja, mempelai pria berkata kepada mempelai wanita, "Ini adalah terakhir kalinya saya menginjakkan kaki di gereja.". Dengan kata lain sesudah pemberkatan pernikahan yang memang harus diselenggarakan di gereja, mempelai pria yang kelak akan menjadi kepala dalam rumah tangga mengatakan bahwa ia tidak akan menjadi pengikut Tuhan Yesus. Ternyata selama ini ia mau datang ke gereja hanyalah sebagai pendekatan kepada kekasihnya yang sangat mengasihi Tuhan Yesus. Sang mempelai wanita mendadak berada di persimpangan jalan. Apa yang harus dilakukannya? Tiba-tiba diperhadapkan dalam suatu pengambilan keputusan yang sangat sulit, justru di hari bahagianya. Apakah pernikahan ini akan tetap diselenggarakan dengan konsekuensi suaminya yang akan menjadi pemimpin dalam keluarga (yang harus dihormatinya) bukanlah seorang pengikut Kristus? Apa yang diputuskan sang mempelai wanita bukanlah suatu keputusan yang populer. Dan saya percaya 'tidak banyak orang' yang berani mengambil keputusan ini dan mempertaruhkan masa depannya. "IA MEMBATALKAN PERNIKAHANNYA". (IR)
Perlu keberanian untuk memilih Yesus.
SELASA, 25 Nopember 2008
PERLU LATIHAN
I Timotius 4 : 7-8
Apapun keahlian atau keterampilan yang ingin kita kuasai harus diasah terlebih dahulu. Seorang pembuat pisau harus mengasah ‘calon’ pisau terus-menerus sampai akhirnya menjadi pisau. Seorang juara atau ilmuwan sudah pasti melalui latihan melelahkan dan dalam waktu yang panjang. Tidak ada juara instan. Tidak ada ahli instan. Semua membutuhkan latihan dan kerja keras lama sebelum prestasi yang diinginkan tercapai. Sejak kecil sekali, setiap anak pasti didorong oleh orangtuanya untuk menentukan cita-citanya dan kemudian dengan segala daya upaya berusaha mencapainya. Pertanyaan yang paling sering diajukan kepada seorang anak adalah “kalau besar mau jadi apa?”.
Demikian juga dengan kerohanian kita. Dalam Alkitab, mulai Kejadian sampai Wahyu, setiap orang yang dipakai Tuhan pasti melalui masa latihan yang berat. Mereka harus melalui ujian demi ujian, sampai akhirnya mereka bisa melakukan tugasnya. Abraham dilatih selama 25 tahun sebelum mendapatkan Ishak, Yusuf dilatih bertahun-tahun sebagai budak dan tahanan sebelum menjadi perdana menteri Mesir, dan sebagainya. Tuhan sendiri yang melatih kita karena Tuhan tahu kita perlu persiapan matang sebelum bisa menunaikan tugas kita dengan sempurna seperti yang Dia kehendaki. Apa sih artinya latihan? Latihan berarti melakukan setiap ketentuan dan mengulanginya sampai ketentuan itu menjadi bagian hidup kita. Contoh, seorang pemain sepakbola akan berlatih menendang terus-menerus sampai akhirnya dalam mimpipun, dia bermimpi menendang bola. Latihan juga berarti melakukan evaluasi terus-menerus sampai menjadi sempurna. Jadi dalam kerohanianpun kita perlu berlatih setiap ketentuan Allah seperti mengampuni, mengasihi dan sebagainya, sampai setiap hal itu menjadi bagian hidup kita dan sampai mengampuni dan mengasihi itu kita lakukan dengan sempurna. (cubs).
Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Berlatih dahulu, menang kemudian.
RABU, 26 Nopember 2008
YANG DITABUR PASTI DITUAI
II Samuel 12 : 1-25
Yang terjadi di dunia ini adalah banyak anak-anak Tuhan yang sebenarnya sudah tahu firman Tuhan tetapi tetap melakukan dosa yang jelas-jelas merupakan larangan Tuhan, bahkan hal tersebutpun dilakukan juga oleh pelayan-pelayan/hamba-hamba Tuhan. Memang orang yang hidup dalam dosa berbeda dengan orang yang jatuh. Dosa tidak menghancurkan orang seketika itu juga. Dosa itu seperti rayap yang menggerogoti sebuah bangunan atau seperti karat yang menghancurkan tiang besi. Jadi pekerjaan dosa sangat halus, perlahan dan tidak segera tampak. Itu sama seperti seseorang tidak bisa menjadi gemuk atau kurus dalam semalam. Dengan kenyataan seperti ini seringkali orang menganggap remeh dosa meskipun orang itu tahu bahwa yang diperbuatnya itu dosa. ”Dosa kecil tidak apa-apa, bukan?” Harus diingat, dosa tetap dosa, dan setiap dosa pasti ada hukumannya. Hal ini terjadi pada Daud. Daud adalah orang pilihan Tuhan sendiri dan Daud dikenal sebagai orang yang mengandalkan Tuhan. Tetapi Daud jatuh dalam dosa karena Batsyeba. Meskipun akhirnya Tuhan mengampuni Daud karena Daud telah bertobat, tetapi tetap akibat dari perbuatannya itu ia harus menuai buahnya seperti dikatakan nabi Natan pada ayat 14. Mari kita mendisiplin diri sendiri dan melawan setiap godaan agar kita tidak jatuh dalam dosa. Bila kita jatuh sadarilah dan bertobatlah. Tuhan pasti mengampuni, tetapi kita tetap harus menerima akibat dari perbuatan dosa itu, karena apa yang kita tabur harus kita tuai. (DBR)
Tuhan mengampuni jiwa. Tuaian secara jasmani tetap untuk keadilan.
KAMIS, 27 Nopember 2008
PERKATAAN YANG PENUH KASIH
Kolose 4 : 6
Hari ini Rasul Paulus hendak mengingatkan kita agar mengisi hari dengan perkataan yang penuh kasih. Setiap hari manusia mengeluarkan banyak kata, tapi apakah kata yang kita keluarkan adalah perkataan yang penuh kasih atau perkataan yang hambar yang tidak ada artinya? Perkataan yang penuh kasih adalah perkataan yang dapat membangun, menegor dan menguatkan. Sedangkan perkataan yang hambar adalah perkataan yang berisi mengenai gosip dan kejelekan orang lain. Biasanya perkataan yang hambar akan mendatangkan perpecahan bahkan perkelahian, sedangkan perkataan yang penuh kasih akan mendatangkan berkat dan jawaban bagi yang mendengarkannya. Seandainya kita diminta untuk memilih berkata penuh kasih atau perkataan hambar, pasti kita akan memilih berkata dengan penuh kasih. Tapi mari kita koreksi diri, apakah selama ini kita telah berkata dengan perkataan penuh kasih? Bila selama ini kita masih banyak mengeluarkan perkataan yang hambar, mari mulai sekarang kita berkata dengan penuh kasih. Dengan perkataan yang penuh kasih maka kita akan menjadi berkat dan akan diberkati. (Giant)
Marilah kita menjadi orang yang senantiasa mengeluarkan perkataan kasih.
JUMAT, 28 Nopember 2008
ALLAHKU PENOLONGKU
II Timotius 4 : 18
Ayat renungan hari ini adalah salah satu pesan terakhir yang Rasul Paulus tulis dalam suratnya kepada Timotius. Ini merupakan ungkapan iman Rasul Paulus. Ia percaya Tuhan tidak akan tinggal diam ketika ia berada dalam pencobaan, dan Tuhan akan melepaskan dirinya dari setiap orang yang hendak berbuat jahat. Ia mempunyai keyakinan bahwa hanya Tuhan Yesuslah yang akan menyelamatkan dirinya dari mara bahaya. Bila kita baca ayat ini maka kita akan merasa tidak heran bila ia tetap teguh pada imannya meskipun banyak pencobaan yang datang dan hampir membuat ia binasa. Rasul Paulus memiliki iman yang luar biasa dahsyatnya. Karena imannya itulah ia sanggup menjalani setiap pencobaan yang dialaminya. Iman yang kuat ini tidak muncul seketika tetapi melalui sebuah proses. Pencobaan yang datang dalam hidupnya ia jadikan tempat untuk belajar semakin mempercayai Tuhan. Inilah yang hendak Rasul Paulus wariskan kepada Timotius, agar ia memiliki iman yang kuat dan percaya bahwa Tuhan Yesus adalah penolong hidupnya. Hendaknya kita juga memiliki iman yang demikian, jangan pernah kita meragukan kekuatan Tuhan. Ia dapat menolong kita dengan seribu macam cara. (Giant)
Bila Allah Penolongku, aku pasti selamat.
SABTU, 29 Nopember 2008
TETAP SETIA
Matius 25 : 14-30
Selama Yesus ada di dunia, Dia banyak bicara tentang Kerajaan Allah dalam banyak perumpamaan. Sebagai orang percaya, kita perlu belajar dari hal-hal tersebut supaya kita siap dan mengerti menjadi bagian dari Kerajaan Allah. Dari perumpamaan tentang talenta ini kita dapat belajar tentang kesetiaan. Kesetiaan adalah hal yang harus dimiliki oleh setiap anak Tuhan. Ini harus menjadi ciri khas orang percaya. Kalau manusia saja selalu mencari orang yang setia apalagi Tuhan. Di zaman seperti ini kesetiaan adalah “Barang yang langka”. Kita bisa setia kalau ada yang melihat kita, bisa setia kalau apa yang dipercayakan besar dan banyak. Padahal ujian kesetiaan kita bukanlah ketika kita melakukan sesuatu dan ada orang yang melihat tetapi ketika kita sendiri dan tidak ada orang yang melihat. Kita kadang berpikir bahwa kalau kepada saya dipercayakan hal yang besar / banyak, saya pasti akan mengerjakan semua itu dengan baik dan setia. Padahal ujian kesetiaan kita adalah apakah kita dapat menghargai sesuatu yang sedikit dan kecil serta mensyukurinya, sehingga kita mengerjakan hal yang kecil tersebut dengan sungguh-sungguh dan setia. Belajarlah dari Daud (I Samuel 17 : 34-36), kepada dia dipercayakan pekerjaan yang kecil dan tidak ada yang melihatnya yaitu menjadi gembala. Setia itu artinya mengerjakan sesuatu dengan tekun (konsisten) dan antusias. Setia itu artinya bukan hanya kelihatan tetap ada di tempat atau tetap mengerjakan sesuatu tetapi setia itu artinya mengerjakan sesuatu dengan segenap hati dan melakukan yang terbaik. Setia itu artinya sabar menunggu janji Tuhan, sampai tiba waktu-Nya Tuhan. Setiap kesetiaan pasti akan menghasilkan sesuatu dari Tuhan kalau kita setia kepada perkara yang kecil dan tidak ada yang melihat, Tuhan akan memberikan perkara yang besar. Tetaplah setia dengan apa yang Tuhan percayakan walaupun keadaan belum berubah seperti yang kita harapkan, tetaplah setia. Kita pasti akan menerima upah atas kesetiaan kita kalau kita tidak menjadi lemah (Galatia 6 : 9). ( Gid)
Tetap setia kepada Allah dalam suka dan duka.

MINGGU, 30 Nopember 2008
DITENTUKAN OLEH UCAPAN
Roma 10 : 4-15
Ucapan atau perkataan adalah wujud pernyataan dari pikiran atau hati seseorang. Hubungan antar manusia akan menjadi lebih baik apabila ucapan-ucapan yang dikeluarkan selalu baik. Sebaliknya perselisihan, pertengkaran dan bahkan perkelahian terjadi akibat ucapan yang menyakitkan. Begitu juga secara rohani, bila ucapan-ucapan kita selalu positif maka yang terjadi dalam hidup kita juga positif. Sebaliknya bila ucapan kita lebih banyak keluhan, kemarahan, kesusahan, kesedihan dan lainnya yang sifatnya negatif, maka dalam hidup kita bisa terjadi seperti apa yang diucapkan. Kehidupan anak-anak Tuhan dituntun oleh firman Tuhan seperti dikatakan oleh Daud, ”Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” (Mazmur 119 : 105). Demikian juga ada tertulis, ”Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan.” (Ulangan 30 : 14). Firman itu kebenaran Tuhan, bukan kebenaran manusia. Pertanyaannya adalah, bagaimana mempraktekkannya? Jawabannya, ucapkan firman Tuhan (ayat 10b) dan lakukanlah sesuai firman tersebut. (DBR)
Manusia dibenarkan atau dihukum sesuai ucapannya

No comments: