3 Apr 2008

Minggu ke 2 April

Apa yang kau kuatirkan ?

Setiap manusia yang hidup cenderung untuk merasa kuatir akan hari besok. Kita tidak pernah kuatir akan hari kemarin karena kemarin sudah berlalu. Orang tidak akan berkata, ”Saya kuatir kemarin mau makan apa.”, tetapi, ”Saya kuatir besok mau makan apa.”. Orang yang sudah mati tidak perlu lagi mengkuatirkan apa-apa, tidak perlu lagi memikirkan hari besok karena sudah tidak ada lagi besok baginya. Tetapi bagi orang yang masih hidup, kekuatiran itu akan selalu datang. Mendengar berita tentang harga-harga yang semakin naik, resesi ekonomi yang tak kunjung selesai, isu-isu yang menakutkan..., semua itu dapat membuat orang menjadi kuatir. Tetapi apa yang Yesus katakan? ”Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai.” (Matius 6 : 25a). Yesus menasihatkan kita untuk tidak kuatir, mengapa? Karena:
1. kekuatiran membuat kita tidak dapat bersukacita (Amsal 12 : 21: Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia.).
2. kekuatiran membuat kita tidak bisa mengucap syukur (Kolose 4 : 6: Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.).
3. kekuatiran membuat kita tidak bisa tidur nyenyak (Mazmur 4 : 9: Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya Tuhan, yang membiarkan aku diam dengan aman.).
4. kekuatiran memperpendek umur (Matius 6 : 27: Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?).
5. kekuatiran membuat iman tidak bisa bertumbuh (Matius 13 : 22: Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.).
Yesus berkata, ”Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Matius 6 : 34). Hari inipun belum berlalu, untuk apa kita kuatirkan besok? Kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok, bahkan kitapun tidak tahu apakah besok kita masih ada? Nabi Yeremia berkata, ”Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!” (Ratapan 3 : 22-23). Kasih setia yang Tuhan berikan selalu baru setiap hari, kasih setia-Nya cukup untuk kita melewati hari ini. Sebab itu Rasul Petrus berkata, ”Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” (I Petrus 5 : 7). Mari berjalan bersama Tuhan setiap hari dengan iman. Percayalah bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita, Dia tak akan pernah melepaskan tangan kita saat kita menaruh tangan kita dalam Tangan-Nya. ”Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4 : 7). Oleh sebab itu kita tidak perlu kuatir akan apapun juga. Amin! (LH)

Senin, 7 April 2008
BEGITU BESAR KASIH-NYA
Yohanes 3 : 16
Keponakan kami mempunyai anak tunggal yang begitu mereka kasihi. Mereka mempunyai apartemen yang terletak di pusat kota. Saat ini anak mereka sekolah di SMP. Bila sudah waktunya, anak itu ingin kuliah di Inggris. Sejak sekarang orangtuanya sudah menabung dan merencanakan untuk menjual apartemen untuk biaya kuliah anak mereka. Anaknya tidak tahu rencana orangtuanya tersebut. Saya bertanya, kemudian mereka akan tinggal di mana? Keponakan saya tidak menjawab. Kalau manusia saja begitu mengasihi anak sampai rela mengorbankan kesenangan dirinya sendiri, apalagi Bapa di sorga yang begitu mengasihi kita. Mungkin kita seperti anak itu tidak mengerti kalau orangtuanya sudah merencanakan masa depannya. Bapa sudah merencanakan masa depan yang indah bagi kita. Hidup kita ada dalam rencana Allah bahkan sejak kita berada dalam kandungan ibu kita. (FF)
Kasih Allah begitu besar buat kita. Jangan sia-siakan!

Selasa, 8 April 2008
PILIH YANG MANA?
Lukas 10 : 38-42
Ketika Yesus datang ke rumah Marta, ia sibuk sekali melayani-Nya, tetapi saudara perempuannya, Maria, duduk dekat kaki Yesus dan terus mendengarkan perkataan-Nya. Ketika Marta protes kepada Yesus karena membiarkan ia melayani seorang diri, Yesus menjawabnya, ”Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” (ayat 42).
Kalau Tuhan Yesus datang bertamu ke rumah kita, manakah yang akan kita pilih, menjadi seperti Marta atau Maria? Memang Yesus tidak datang secara nyata ke rumah kita, tapi Yesus datang ke dalam hidup kita. Yesus berkata bahwa Marta kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara. Seringkali kitapun seperti itu bukan? Kita kuatir akan segala sesuatu dalam hidup ini, sehingga kita tidak bisa menyambut Yesus. Apakah Maria tidak mempunyai kekuatiran seperti Marta? Tentu saja! Maria pasti juga memiliki banyak masalah yang bisa membuatnya kuatir, tapi Maria memilih menyerahkan segala kekuatirannya kepada Yesus dan percaya bahwa Yesus dapat menjawab segala permasalahannya.
Hari ini, mari kita tentukan pilihan, apakah kita mau seperti Marta yang terus kuatir dan memikirkan masalahnya sendiri, atau kita mau seperti Maria yang percaya dan menyerahkan segala persoalannya kepada Tuhan? Rasul Petrus menulis dalam suratnya, ”Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” (I Petrus 5 : 7). (Ginny)
Tuhan sangat peduli kepada kita, jadi buat apa kuatir?

Rabu, 9 April 2008
HATI YANG BERSIH
II Tawarikh 16 : 9
Apakah kita memerlukan Tuhan untuk masuk dalam kehidupan sekarang? Alkitab berkata bahwa Allah sesungguhnya memperlihatkan diri-Nya dengan kesan yang kuat kepada dunia. Ia mencari mereka yang mempunyai hati yang tidak bersalah. Jika kita membuka hati pada Yesus dan bertanya kepada-Nya untuk mengampuni dan menyucikan hati kita oleh darah-Nya, Dia akan memberi kita hati yang tidak bersalah dan kita menjadi seseorang yang Tuhan cari untuk bekerja sama. Jika kita mengerti bahwa Allah ingin bekerja dalam hidup kita, iman kita akan bertambah, pengharapan bertambah dan pekerjaan Tuhan di dalam hidup kita berkembang. Percayalah pada kebenaran dari Alkitab hari ini. Mulailah mengucap syukur dan terima kasih atas pemberian-Nya untuk suatu hati yang bersih. Terima kasihlah kepada-Nya yang memilih kita untuk bekerja sama dengan-Nya. Carilah kebaikan dan kekuatan-Nya dalam hidup. Jika kita melakukan hal itu, kita akan melihat perubahan dalam hidup kita hari demi hari. (DBR)
Datanglah kepada Tuhan dengan hati yang bersih!

Kamis, 10 April 2008
KEKUATAN KASIH
Yohanes 3 : 16
Rasul Paulus menulis, ”Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.” (I Korintus 13 : 13). Mengapa kasih yang paling besar dibanding iman dan pengharapan? Karena tanpa adanya kasih maka iman tidak akan ada dan tanpa kasih pula pengharapan tidak akan muncul. Melalui kasih status manusia berubah, dari manusia berdosa menjadi manusia yang dibenarkan oleh Kristus. Karena kasih Allah maka Ia mengutus Anak-Nya yang Tunggal yaitu Yesus Kristus untuk menjadi Penebus dosa manusia. Kasih Allah inilah yang menjadi dasar iman dan pengharapan kita. Oleh karena kasih-Nya pada manusia maka Yesus rela menderita. Ia rela dicaci maki, Ia rela dimahkotai duri, Ia rela dicambuk dengan cambuk yang berduri dan Ia juga rela disalib di bukit Golgota. Semua itu Ia lakukan karena Ia sangat mengasihi manusia. Kita harus ingat bahwa Allah kita adalah kasih (I Yohanes 4 : 7-8). Oleh sebab itu marilah kita saling mengasihi satu sama yang lain. Ketika kasih itu ada dalam hati kita maka kita telah lahir dari Allah dan kita telah mengenal Allah. (Giant)
Di dalam kasih tersimpan kekuatan yang dapat mengubah dunia.

Jumat, 11 April 2008
CARILAH KESUKAAN TUHAN
Hosea 6 : 6
Banyak hal yang kita lakukan untuk menyukakan hati orang yang kita kasihi. Bahkan kita rela berkorban apa saja demi untuk menyenangkan orang yang kita kasihi. Hal tersebut juga terjadi dalam hubungan kita dengan Bapa di sorga. Kita pasti rindu untuk menyenangkan hati Tuhan, tapi seringkali apa yang kita lakukan sebenarnya bukan apa yang Tuhan mau sehingga muncul pertanyaan, ‘apa sih yang Tuhan mau saya lakukan?’. Dalam bacaan hari ini dijelaskan tentang pertobatan yang pura-pura dari orang Israel membuat Tuhan tidak menyukai cara hidup mereka. Tuhan berkata bahwa Ia menyukai kasih setia dan bukan korban bakaran. Renungan ini menjadi berkat bagi kita untuk mengetahui apa yang Tuhan sukai. 1. Tuhan menyukai kasih setia dan bukan korban sembelihan. Dalam Yohanes 14 : 15 Yesus berkata, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” Jelas di sini bahwa yang Tuhan suka dari kita adalah menuruti perintah-Nya. Jadi kasih kita kepada Tuhan adalah sikap hidup yang memuliakan Dia. Seringkali kita berpikir bahwa pengorbanan kita: waktu, tenaga, materi, itu sudah cukup, tapi Tuhan bilang bukan, karena Tuhan suka pengorbanan kita yang disertai dengan sikap hidup yang berkenan kepada-Nya dan komitmen mengasihi Tuhan. Apapun pengorbanan kita akan menjadi korban yang terindah bagi Tuhan. 2. Tuhan menyukai pengenalan akan Allah. Tuhan mau kita mengenal Dia sehingga kita tidak salah berpikir tentang Tuhan. Kita seringkali marah, kecewa sama Tuhan karena kita belum mengenal Dia secara pribadi; siapa, bagaimana dan apa karya Tuhan dalam hidup ini. Kalau kita mengenal Dia, kita akan tahu apa yang Tuhan mau kita lakukan dan apa yang tidak boleh kita lakukan. Sebab itu penting sekali kita mengenal Dia secara pribadi melalui firman-Nya. Dua hal ini penting bagi kita bahwa Ia menyukai kasih setia dan pengenalan akan Allah lebih dari pada korban-korban kita. (Ane)
Kesukaan Tuhan yang utama adalah bersekutu dengan kita!

Sabtu, 12 April 2008
TUHAN PELIHARA
I Raja-raja 17 : 2-6
Sebagai pelayan Tuhan, kita dapat melihat dengan jelas sekali pemeliharaan Tuhan kepada hamba-Nya. Ketika Elia diperintah Tuhan untuk mendatangkan bencana kelaparan dan kekeringan di Israel, Tuhan tidak melupakannya. Tuhan mencukupi makan dan minum Elia. Sungguh luar biasa. Pemeliharaan Tuhan berlaku juga sampai hari ini, tidak berubah. Masalahnya, apakah kita mau seperti Elia, taat kepada Tuhan? Untuk mendapat pemeliharaan Tuhan, Elia harus pergi ke sungai Kerit, tidak bisa tinggal di rumahnya terus. Dia harus meninggalkan kenyamanan, semua fasilitas yang ada di rumahnya dan pergi ber’kemah’ di tepi sungai Kerit. Elia tidak melihat burung gagak membawakan roti dan daging sebelum dia tiba di tepi sungai. Itulah caranya Tuhan, Dia mau kita taat dulu baru lihat pemeliharaan-Nya. Dia mau melihat apakah kita beriman kepada-Nya atau lebih percaya kepada kenyamanan kita? Bila Elia tetap tinggal di rumah, dia akan mati kelaparan; taat kepada Tuhan, tetap dapat makan dan minum di tengah kekeringan. Mana yang kita pilih? (cubs)
Tuhan pelihara anak-Nya yang taat kepada-Nya.

Minggu, 13 April 2008
TINGGAL BERSAMA
Yohanes 15 : 7
Beberapa waktu yang lalu kami berkunjung ke rumah keponakan kami dan menginap selama dua minggu. Keponakan kami sudah mempersiapkan rumahnya untuk menerima kami. Rumahnya hanya mempunyai tiga kamar, salah satunya adalah gudang. Keponakan kami mengorbankan kamarnya bagi kami dan dia menyulap gudang menjadi tempat tidur baginya dan isterinya. Dengan menempatkan kontainer plastik, lalu papan di atasnya kemudian kasur, dan mereka tidur di situ. Hal itu membuat kami terharu. Pernahkah kita berkorban bagi Tuhan Yesus yang, bahkan seringkali, kita katakan Dia tinggal bersama-sama kita? Apakah kita sudah memberi yang terbaik bagi-Nya? Mengingat hal itu saya menjadi malu. Ternyata selama ini saya tidak memperlakukan Tuhan Yesus dengan istimewa. Saya belum memberikan tempat terbaik dalam hati saya kepada-Nya, padahal Tuhan Yesus tinggal bersama saya. (FF)
Bila Yesus tinggal bersama saya, haruslah Dia mendapat yang terbaik.

30 Mar 2008

Minggu ke 1 April

LUCUTI KERAGUAN

Ketika menjadi manusia, Yesus cukup sering menghadapi orang yang ragu-ragu. Contoh paling terkenal di Perjanjian Baru adalah Yohanes Pembaptis. Dikisahkan dalam Matius 11 dan Lukas 7 : 17–23 bagaimana seorang Yohanes bisa ragu-ragu. Kalau kita lihat latar belakang Yohanes adalah:
1. Dia telah mendapat janji Allah dari sejak dalam kandungan (Lukas 7 : 27).
2. Dia telah bertemu dengan Yesus secara pribadi.
3. Dia telah membaptis Yesus.
4. Dia melihat janji Allah digenapi berupa pernyataan Allah dan Roh Kudus yang turun dalam rupa burung merpati.
Dahsyat sekali!! Tapi tetap Yohanes ragu-ragu. Pada ayat 19 dari Lukas 17 ia menyuruh murid-muridnya datang kepada Yesus dan bertanya: "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?".
Itu suatu bukti keragu-raguan yang nyata. Kenapa bisa begitu?
1. Pengalaman hidup tidak menjamin perjumpaan dengan Yesus sesungguhnya.
Ini sebuah peringatan penting buat kita. Kita harus mengoreksi diri supaya kita juga terhindar dari meragukan Tuhan. Dalam hidup kita, mungkin sudah berulang kali Yesus menyatakan diri-Nya kepada kita lewat mujizat-mujizat dahsyat yang kita alami. Mungkin kita sudah pernah mengalami disembuhkan dari penyakit gawat, diselamatkan dari kesulitan keuangan, hubungan kita dengan pasangan hidup atau orangtua atau anak dipulihkan secara supranatural oleh Tuhan, mungkin jemaat yang kita layani sudah banyak sekali, gereja kita menjadi besar dan megah, mungkin juga semua di atas sudah pernah kita alami, tetapi seperti Yohanes, kita harus introspeksi, apakah lewat semuanya itu kita sudah mengenal Tuhan secara sungguh-sungguh? Apakah kita sudah melihat wajah-Nya atau hanya baru memegang tangan-Nya?
2. Apa yang Yohanes bayangkan/harapkan tidak sesuai dengan kenyataan.
Yohanes Pembaptis, seperti halnya murid-murid Yesus dan seluruh bangsa Israel mengharapkan Yesus akan menjadi raja Israel. Mereka pikir, Yesus akan jadi raja yang hebat seperti Daud atau Salomo. Tetapi kenyataannya, tidak ada setitikpun bukti ke arah itu. Bukannya Yesus menghimpun orang dan kemudian melatih mereka berperang, Dia malah sibuk melakukan mujizat, bergaul dengan pemungut cukai, pelacur, dan pengajaran-Nya bukanlah tentang bagaimana mengalahkan Romawi, tetapi tentang kasih. Bukankah kita juga suka seperti itu? Kita berharap bahwa bila Tuhan akan menolong keuangan kita artinya kita akan kaya mendadak, kalau Tuhan akan memberikan jodoh berarti yang secantik bintang film atau seganteng pangeran. Ingat, pikiran Tuhan bukan pikiran kita. Jangan mengharap apa yang kita tidak tahu. Bukankah hanya Tuhan yang tahu bagaimana hasil akhirnya?
3. Yohanes membutuhkan bukti. Sama seperti Tomas Didimus.
Setelah pengharapan yang keliru, banyak orang yang juga membutuhkan bukti untuk menghilangkan keragu-raguannya. Seperti Tomas yang bilang, “ aku baru mau percaya setelah…”, kita juga sering bilang, “Tuhan, aku percaya kalau…”. Yang Tuhan minta adalah iman dan menurut Ibrani, iman adalah bukti dari segala sesuatu yang tidak terlihat…
Bukankah kita juga seperti Yohanes? Di masa lalu Tuhan sudah buat mujizat, tetap saja di saat ini ketika apa yang kita minta belum terwujud kita juga ragu-ragu, apa benar Dia Tuhan? Apa akibat keragu-raguan?
1. Kehilangan upah di sorga.
Pada ayat 28 Yesus menyatakan bahwa Yohanes akan menjadi lebih kecil dari orang terkecil yang ada di sorga. Padahal rencana semula Yesus, Yohanes akan mendapat tempat yang mulia karena dia sudah melakukan tugasnya dengan baik. Alangkah sayangnya kalau di sorga nanti kita kehilangan upah karena ragu-ragu.
2. Mudah rubuh dan hebat kerusakannya.
Di Matius 7 : 26-27 Yesus berkata bahwa orang yang ragu-ragu sama dengan orang yang membangun rumahnya di atas pasir. Kita semua tahu bahwa pasir bukanlah landasan atau dasar yang kokoh. Tidak ada bangunan apapun yang dibangun di atas pasir yang dapat tahan terhadap badai atau bencana apapun. Dan bila sebuah bangunan yang dibangun di atas pasir rubuh, maka kerusakannya akan berat dan biasanya tidak dapat diperbaiki lagi. Yesus mengingatkan keragu-raguan adalah pasir, rapuh dan mudah goyah dan bila kita membangun iman kita berdasar keragu-raguan maka iman itu akan mudah hancur bila badai datang.
3. Dimuntahkan Tuhan/dibuang ke neraka.
Di samping rapuh seperti pasir, orang yang ragu-ragu diperingatkan Tuhan lewat Wahyu 3 : 16 bahwa mereka sama dengan orang yang suam-suam kuku, tidak panas tidak dingin. Itulah sifat orang yang ragu-ragu. Kenapa? Karena mereka mau panas buat Tuhan, mau menggebu-gebu bersaksi buat Tuhan, datanglah keraguan dalam hatinya, “Bagaimana kalau…?”, bimbanglah dia. Ingat, mereka yang suam-suam kuku akan dibuang atau dimuntahkan oleh Tuhan. Lucuti keragu-raguan, miliki iman dan jadilah panas untuk Tuhan.
4. Dikutuk Tuhan.
“Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya."
Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu." Itulah kutuk Tuhan yang masih berlaku sampai sekarang akibat keragu-raguan manusia, akibat pemutar balikkan setan. Kalau ada satu hal yang dapat kita pelajari dari dosa pertama, itu adalah keragu-raguan. Sekali lagi, landasan kita harus kuat supaya tidak mudah diombang-ambingkan. Siapa yang mau dikutuk karena ragu-ragu?
Keragu-raguan adalah sebuah benteng pertahanan yang harus dilucuti untuk benar-benar dapat menikmati berkat Tuhan. Keraguan adalah seperti kotoran yang menyumbat pipa air. Kalau kotorannya belum dibuang, air tidak dapat mengalir dengan lancar. Kalau kita melihat akibat keraguan di atas, sungguh sangat mengerikan. Apakah lawan keragu-raguan? IMAN. Bagaimana iman timbul? Dari pendengaran akan firman Tuhan. Jadi bagaimana melucuti keragu-raguan?
· Jadikan Yesus sahabat karibmu (Yakobus 4 : 8a) “Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu.” Contoh Sadrakh, Mesakh dan Abednego, teman-teman Daniel. Juga Daud saat melawan Goliat, juga Ayub waktu disuruh mengutuk Tuhan. Mereka tidak ragu-ragu, mereka punya iman yang kuat, bagaimana caranya? Karena mereka melatih 3-in-1 rohani setiap hari dalam hidupnya, yaitu:
1. DOA. Yeremia 33 : 3: “Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui.”
2. MERENUNGKAN FIRMAN. Mazmur 1 : 2: “Tetapi yang kesukaannya ialah Taurat (firman) Tuhan, dan yang merenungkan Taurat (firman) itu siang dan malam.”
3. MELAKUKAN FIRMAN. Matius 7 : 21b: ”…melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.”
· Lucuti kepalsuan di balik keraguan. Satu per satu. Cari apa penyebab keraguan itu? Keraguan bisa disebabkan oleh Iblis yang menimbulkan pikiran macam-macam. Sama seperti Hawa dan Yesus sendiri, Iblis berusaha keras menimbulkan keragu-raguan atas firman Tuhan. Kita lihat, ternyata Hawa kalah dan Yesus menang. Kita juga harus melucuti Iblis dengan menggunakan pedang Roh yaitu firman Tuhan. Dalam menimbulkan keraguan, yang diserang Iblis adalah kebenaran firman Tuhan, jadi satu-satunya senjata adalah firman Tuhan. Seperti Yesus, kita harus menangkis keragu-raguan yang timbul dalam pikiran kita dengan kebenaran firman-Nya, satu per satu sampai habis sama sekali, jangan tinggalkan keraguan sekecil apapun menetap dalam pikiran kita.
· Sabarlah dalam menanti datangnya janji Tuhan. Ingat segala sesuatu indah pada waktu-Nya Tuhan, buang segala pengharapan kita tentang setiap janji Tuhan. Pelihara iman. Keraguan Yohanes timbul ketika dia sendirian dalam penjara. Jangan biarkan pikiran kita bekerja sendirian. Biarkan Tuhan yang menentukan dan bekerja dalam segala sesuatu di hidup kita, karena Dia tahu yang terbaik.
Tuhan Maha Baik! Sama seperti halnya Petrus, Tomas dan lain-lain, asal kita mau melucuti keragu-raguan kita dengan bantuan Roh Kudus, Dia masih memberi kesempatan kepada kita untuk kembali dan mempunyai iman yang kuat. (cubs)

Senin, 31 Maret 2008
MELATIH PERTUMBUHAN IMAN
Ibrani 12 : 1-12
Seringkali kita mengeluh kepada Tuhan, mengapa persoalan yang kita hadapi tidak ada habisnya? Jika persoalan muncul dalam hidup kita, pasti Tuhan punya rencana yang indah. Sungguh benar apa yang firman Tuhan katakan dalam ayat 7,8. Keadaan yang demikian ini juga dialami oleh empat orang kusta yang tercatat dalam II Raja-raja 7. Mereka putus asa karena jelas mereka tidak akan bisa sembuh dengan akal mereka sendiri. Karena penyakitnya, mereka semua dibuang ke luar kota. Mereka tidak melakukan apa-apa sama sekali dan hanya menunggu kematian saja. Apa yang terjadi pada empat orang kusta itu, juga dialami oleh orang Kristen dewasa ini. Tentu bukan penyakit kusta yang kita hadapi, tetapi ‘kusta-kusta’ zaman modern yang jauh lebih ganas dari penyakit kusta yang sebenarnya. Anehnya, tidak sedikit di antara kita yang terkejut menghadapi semua ini sehingga mereka tidak tahu harus berbuat apa. Mereka hanya duduk dalam keputusasaaan. Apakah dengan demikian pertolongan Tuhan akan datang dengan sendirinya? Memang, kita sebagai umat Tuhan tahu bahwa Tuhan sudah menyediakan pertolongan bagi setiap kita, tetapi Tuhan ingin agar kita juga bertindak. Di pihak Tuhan, Dia telah menyediakan pertolongan-Nya; di pihak kita, kita harus melangkah untuk menerima pertolongan itu. Jadi, iman harus dilatih dengan menggunakan firman Allah. (DBR)
Berdoa dan berusaha, jangan hanya duduk diam menunggu nasib!

Selasa, 1 April 2008
TOUR GUIDE (PEMANDU WISATA)
Mazmur 119 : 105
Beberapa hari yang lalu kami baru jalan-jalan ke luar negeri. Karena kami tidak dapat berbahasa daerah setempat, kami ikut city tour (wisata keliling kota) dari hotel tempat kami menginap. Di dalam grup itu ada 7 orang dari bermacam-macam bangsa. Tour guide (pemandu wisata) yang bersama kami menerangkan tempat-tempat yang kami kunjungi. Tour guide (pemandu wisata) selalu berjalan di depan dan kami mengikuti dari belakang. Tidak berani menyimpang ke kanan atau ke kiri. Demikian juga Tuhan Yesus datang ke dunia ini, dalam rupa manusia supaya bisa berbicara dalam bahasa yang sama, yang kita mengerti. Kita seperti turis di dunia ini, hanya sementara, setelah itu kita harus kembali pulang ke rumah. Tuhan Yesus yang membimbing di depan selama kita berada di dunia. Firman-Nya sebagai pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita. Karena dunia adalah tempat asing, kita perlu mengikuti Tuhan Yesus, supaya tidak tersesat. (FF)
Bila menuruti bimbingan Yesus, kita akan selamat sampai ke sorga.

Rabu, 2 April 2008
APA YANG KITA BANGGAKAN?
Filipi 3 : 3-11
Banyak orang sering menaruh rasa bangga terhadap status lahiriahnya. Mungkin mereka bangga karena dilahirkan sebagai anak ningrat/bangsawan atau sebagai anak konglomerat; atau bangga karena pendidikan mereka yang tinggi sampai mencapai gelar doktor atau profesor. Hal-hal itu bisa membuat orang menjadi sombong. Bahkan bisa juga orang menjadi ”sombong rohani” karena merasa bangga dengan status lahiriah yang mereka anggap ”rohani”, misalnya sebagai anak pendeta terkenal, atau lulusan sekolah Alkitab. Mereka sombong karena merasa diri lebih rohani dari pada orang lain.
Dalam bacaan kita hari ini, Rasul Paulus berkata bahwa walau ia pun mempunyai alasan untuk berbangga dengan hal-hal lahiriahnya, tetapi semuanya ia anggap sebagai sampah saat ia mengenal Kristus. Segala yang tadinya ia anggap berharga menjadi tidak berharga lagi, karena pengenalan akan Kristus lebih mulia dari semuanya (ayat 8). Rasul Paulus sadar bahwa kebenaran hanya dapat diperoleh berdasarkan iman kepada Yesus, bukan karena status lahiriah, juga bukan karena mentaati hukum Taurat.
Kita harus mengerti bahwa kebenaran hanya kita dapat dalam Yesus, kita tidak bisa dibenarkan oleh karena status kita. Sekalipun orang tua kita pendeta besar, kita tidak bisa bergantung kepada status sebagai anak pendeta untuk memperoleh kebenaran. Bahkan juga bila kita lulusan sekolah Alkitab, dan hafal seluruh isi Kitab Suci, itu bukan jaminan untuk memperoleh kebenaran. Kita dibenarkan hanya oleh iman kepada Yesus (Roma 10 : 10a). Oleh sebab itu Rasul Paulus berkata, ”Karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah.” (ayat 3). Kebanggaan, kebenaran diri kita tidak ada artinya di hadapan Tuhan. Jika kita mau bangga, banggalah menjadi anak Allah. (Ginny)
Bangga menjadi anak Tuhan? Hiduplah sebagai anak Tuhan!

Kamis, 3 April 2008
MENCARI DIA DENGAN SEGENAP HATI
Mazmur 119 : 2
Sering kita mendengar kata-kata “mencari dengan segenap hati”. Bila kita mendengar kata ‘mendambakan’, biasanya kita akan segera mengingat kepada suatu hidangan yang lezat. Mendambakan adalah pemicu untuk apa saja, misalnya bila kita melihat iklan roti burger yang lezat, atau es krim yang menggiurkan, kita akan terus mengingat-ingat iklan itu sampai kita pergi untuk membeli. Kedambaan kita akan kebenaran Tuhan seharusnya juga sama seperti itu. Jika kita berfokus (mengingat-ingat) terus kepada Tuhan, akan ada perubahan dalam hati kita dan keinginan-keinginan yang merubah pemikiran kita ke arah Tuhan. Akan ada keinginan-keinginan yang mendorong kita untuk mencari-Nya. Jika itu keinginan kita, carilah firman-Nya dalam Alkitab. Bacalah secara tekun dan teratur. Firman Tuhan berkata, “Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati.” (DBR)
Tuhan ada di mana-mana, tetapi Dia mau kita mencari-Nya dengan segenap hati.

Jumat, 4 April 2008
INGAT! IBLIS MUSUH KITA!
I Petrus 5 : 8
Banyak jalan menuju Roma, itulah pepatah dunia untuk menunjukkan bahwa banyak cara yang dilakukan manusia mencapai tujuan. Demikian pula Iblis, ia punya 1001 cara untuk membuat manusia jatuh ke dalam dosa dan menjadi pengikutnya. Ia tidak lagi memakai cara-cara yang kasar untuk menjerat kita, tetapi Iblis dapat menaruh suatu pemikiran dalam pikiran kita. Ketika kita merenungkan dan mengijinkan emosi kita terlibat sehingga kita setuju, maka saat itulah kita telah menyatukannya menjadi tembok yang mengelilingi kita, dan membangun keterbatasan-keterbatasan kita sendiri. Tanpa kita sadari kita telah membantu Iblis menahan kita untuk tidak melawan dia. Waspadalah akan hal ini, minta Allah menutup bungkus segenap hidup kita terutama hati dan pikiran kita. (Maria)
Iblis menyerang kapan saja! Jangan beri kesempatan.

Sabtu, 5 April 2008
MENJADI ORANG KEPERCAYAAN TUHAN
Ezra 7 : 1-10
Menjadi orang kepercayaan tentulah menjadi kebanggaan tersendiri bagi setiap kita, karena tidak setiap orang diberi kesempatan untuk menjadi orang kepercayaan, entah di dunia sekuler atau di lingkungan pelayanan. Yang jelas orang yang diberi kepercayaan adalah mereka yang layak untuk menerima tugas dan tanggung jawab. Dalam pembacaan Ezra 7 : 1-10, kita belajar tentang seorang yang diberi kepercayaan oleh raja untuk mengatur kebaktian dalam rumah Allah. Dia adalah Ezra. Ezra adalah rakyat biasa yang adalah seorang ahli kitab, sehingga raja memberi segala yang diingininya (ayat 6). Mengapa Ezra yang dipilih untuk mengatur kebaktian dalam rumah Allah? Ayat 10 menjawab bagi kita bahwa: 1. Ezra bertekat untuk meneliti Taurat Tuhan. 2. Melakukan Taurat dan mengajarnya di antara orang Israel.Ezra diberi tanggungjawab bukan karena kehendak raja tapi kehendak Tuhan melalui keputusan raja, sebab Ia mengenal Ezra dan dinilai layak untuk tugas itu. Seringkali banyak orang menghalalkan cara bahkan berkompromi dengan dosa untuk satu kedudukan. Melalui renungan kali ini kita belajar bahwa siapapun kita dapat menjadi orang kepercayaan Tuhan untuk tugas tertentu, tidak perlu menghalalkan cara, sebab Tuhan lebih tahu siapa yang layak diberi tugas itu. Kuncinya adalah teliti, pelajari Taurat, dan lakukan dalam hidup setiap hari. Kita berjalan dalam kebenaran Allah dan menjauhi kejahatan, serta mengajarkan kebenaran atau menjadi saksi yang hidup bagi sekitar kita. Dengan demikian kita akan diangkat Tuhan untuk tugas tertentu pada waktu-Nya. Kedua, yang kita pelajari adalah hikmat dalam pengambilan keputusan. Raja tidak melihat kepintaran, kekayaan atau hal-hal tertentu yang menyukakan hatinya, tapi ia melihat sikap hidup Ezra yang menyenangkan hati Tuhan. Demikian kita dalam pengambilan keputusan tentang siapa yang menjadi mitra untuk tugas pelayanan atau pekerjaan, belajar menilai orang dari kapasitas rohani atau orang yang dapat dipercaya untuk tugas itu. Dengan demikian keputusan kita dapat dipercaya oleh Tuhan. (Ane)
Tidak mudah untuk menjadi orang kepercayaan. Butuh integritas dan kapasitas tinggi!
Minggu, 6 April 2008
DIMULAI DARI MIMPI
Kejadian 37 : 5-10
Rencana Allah pertama kali dinyatakan kepada Yusuf melalui mimpi. Memang tidak selalu dan tidak semua orang mendapat karunia itu. Allah bisa memberitahu seseorang akan rencana-Nya melalui apa saja. Salah satunya melalui mimpi. Yang dimaksud mimpi di sini bisa juga berarti angan-angan, cita-cita atau kerinduan apapun yang tiba-tiba timbul dalam sanubari atau hati nurani seseorang. Yang pasti Allah akan memberitahu rencana-Nya kepada mereka yang dipilih-Nya dan itu berarti kepada setiap kita yang percaya kepada-Nya (Yesaya 42 : 9). Jadi apa yang perlu kita lakukan bila kita tahu kita sudah mendapat mimpi dari Tuhan? Seperti Yusuf, serahkan semua-Nya kembali kepada Tuhan, jalani hidup yang taat kepada-Nya dan lihatlah Tuhan yang akan mewujudkan mimpi kita. Mimpi adalah permulaan dari terwujudnya rencana Allah. Jangan terpaku pada mimpi, pegang terus mimpi itu, lakukan segala upaya terbaik dan lihat mimpimu jadi kenyataan! Sama seperti Yusuf! (cubs)
Orang yang tidak pernah bermimpi tidak akan mencapai apa-apa.