29 Jul 2007

Minggu ke 1 Agustus


LUKA BATIN

Luka batin sangat berbeda dengan luka jasmani. Kalau luka jasmani pengobatannya melalui dokter, obat dan sebagainya, gampang diketahui penyebabnya dan mudah juga penyembuhannya; luka batin itu jauh lebih membahayakan daripada luka jasmani. Akibat luka batin itu sangat bervariasi. Hampir tidak ada orang yang tidak mengalami luka batin atau sakit hati. Alkitab bahkan menyebutkan luka batin dengan istilah remuk hati (Yesaya 61:1), robek jiwa (Amsal 27:9b), luka hati (Mazmur 147:3).
Alkitab juga memberikan contoh-contoh akibat luka batin itu, seperti Kain membunuh Habel karena dia sakit hati korbannya tidak diterima Tuhan (Kejadian 4). Ahitofel yang bunuh diri ketika nasehatnya ditolak Absalom (II Samuel 17:23) dan banyak lagi. Banyak juga orang yang dalam perjalanan kariernya tidak bisa naik sampai ke puncak, bukan karena mereka bodoh, tetapi entah kenapa seolah-olah ada sesuatu yang menghalangi untuk mencapai puncak. Atau ada juga orang-orang yang walaupun sudah kaya tidak bisa menikmati kekayaannya itu, selalu merasa tidak puas, selalu merasa kurang, tidak ada damai sejahtera, tidak ada sukacita dalam hidupnya. Itu semua adalah sebagian dari dampak akibat luka batin. Itu semua perlu disembuhkan.
Alkitab juga menekankan pentingnya penyembuhan dari luka batin itu, seperti dalam Mazmur 51:2, Yeremia 30:17 dan Mazmur 147:3. luka batin juga termasuk yang dimaksud Paulus ketika dia bicara tentang ciptaan baru (II Korintus 5:17). Berikut ini beberapa penyebab luka batin yang paling sering terjadi:
1. Peristiwa traumatis.
Diakibatkan oleh peristiwa yang terjadi mungkin hanya satu kali saja, tetapi membawa dampak yang luar biasa. Seperti anak yang dikatakan orangtuanya ‘bodoh’, atau anak yang dipukul orangtua tanpa sebab, mungkin karena si pemukul sedang mabuk atau marah, atau karena banjir, gempa bumi, perang dan sebagainya. Itu semua adalah peristiwa traumatis yang dapat menyebabkan luka batin.
2. Rasa bersalah.
Setiap orang pasti pernah berbuat salah. Tetapi ada orang yang bisa menyelesaikan perasaan bersalah itu dan ada yang tidak. Bila seseorang tidak dapat menyelesaikan perasaan bersalahnya, apalagi perasaan bersalah yang berlebihan, maka timbullah luka batin yang berdampak pada diri dan lingkungan sekitarnya. Perasaan bersalah seringkali diikuti dengan penyesalan mendalam, semangat hilang, kegelisahan, ketakutan akan hukuman, dan sebagainya.
3. Akibat penolakan.
Penolakan yang menimbulkan luka batin bisa terjadi dalam berbagai tahap kehidupan. Penolakan ini bisa terjadi saat masih dalam kandungan, balita, kanak-kanak, remaja, pemuda, dewasa, dalam keluarga, tempat kerja dan sebagainya. Akibat penolakan yang tidak tertangani dengan baik akan mengakibatkan seseorang tidak bertingkah wajar. Penolakan seberapapun kecilnya itu harus diselesaikan. Ibu-ibu atau bapa-bapa yang tidak menginginkan bayi mereka, harus menyelesaikan karena bila tidak maka hubungan mereka dengan anak tersebut tidak akan benar seperti yang dikehendaki oleh Tuhan.
Ketiga penyebab luka batin di atas tidak perlu terjadi ketiga-tiganya baru seseorang mengalami dampaknya. Cukup salah satu saja, atau bahkan sebagian kecil dari salah satu penyebab luka batin itu sudah cukup menimbulkan dampak antara lain dalam area:
1. Psikologis.
Malu, rendah diri, merasa tidak berharga, kebencian, kepahitan, depresi, gelisah, takut, tidak pernah puas (perfeksionis) dan gila kerja (workaholic), mudah lupa, sulit konsentrasi, pikiran negatif baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan, sangat pasif, kehilangan aspirasi dan motivasi, bunuh diri.
2. Fisiologis.
Gangguan pencernaan, asma, sakit kepala, gatal-gatal, sakit pinggang, sakit perut, tidak dapat tidur, gelisah, darah tinggi, migrain, eksim, borok, dan sebagainya.
3. Sosiologis.
Sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan di rumah, gereja, tempat kerja dan sebagainya, menarik diri dari pergaulan, menghindar dari masalah, tidak punya tanggung jawab, menyalahkan diri sendiri yang berlebihan, membenci diri sendiri.
4. Teologis.
Gampang menyalahkan Tuhan, tidak memiliki hubungan yang baik dengan Allah, menganggap Allah menetapkan syarat yang tidak mungkin dipenuhi, menghambat pertumbuhan pribadi dan kedewasaan iman, fokus pada masalahnya sendiri, bukan pada Kristus. Pasang surut dalam mengikut Yesus.
Dampak yang benar-benar menyiksa bukan? Luka batin ini tidak hilang dengan sendirinya kalau kita tidak mau disembuhkan. Sama seperti luka jasmani yang dapat sembuh bila diobati, luka batin juga perlu disembuhkan. Satu-satunya dokter untuk luka batin adalah Roh Kudus. Karena itu kalau kita sudah mengalami sebagian kecil dari salah satu dampak luka batin yang disebut di atas, kita perlu pergi kepada Roh Kudus minta disembuhkan. Hanya Dia yang dapat menyembuhkan luka batin kita. Tentu saja kita harus terlebih dahulu menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. Tanpa Yesus tidak mungkin ada Roh Kudus dalam hidup kita. Setelah itu kuncinya hanya dua: MINTA dan MAU. Bila kita tidak minta maka tidak bisa sembuh. Begitu juga bila kita sudah minta tapi kita tidak mau menjalani prosesnya, juga tidak bisa. Keduanya harus dilakukan. Pertama doa minta Roh Kudus membuka sumber luka batin kita. Kalau usia kita sudah banyak dan penyebab luka batin itu terjadi ketika kita masih balita, tidak mungkin kita bisa ingat bukan? Tapi Roh Kudus sanggup menggali dan menemukan sumber luka batin itu sampai tempat terdalam sekalipun, bahkan sampai dalam kandungan ibu (Yohanes 16:3). Setelah Roh Kudus menyatakan penyebab luka batin itu, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan sebagai proses penyembuhan:
1. MENGAMPUNI.
Kita telah menerima pengampunan dari Allah (Ibrani 7:27). Untuk dapat sembuh dari luka batin, kita teramat sangat perlu untuk juga mengampuni orang lain yang telah bersalah kepada kita. Yesus berkata kepada Petrus untuk mengampuni tujuh puluh kali tujuh kali (Matius 18:22). Dia juga berkata, “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." (Matius 6:14-15). Pengampunan juga diperlukan supaya Iblis tidak punya alasan untuk mendapatkan keuntungan dari kita (II Korintus 2:10b-11).
2. MEMULIHKAN GAMBAR DIRI.
Bila seseorang mengalami luka batin, maka gambar dirinya terobek, rusak. Allah menciptakan manusia sesuai gambar dan rupanya (Kejadian 1:26). Karena dosa gambar diri itu koyak, berubah. Untuk mengembalikan gambar diri seperti aslinya, kita harus minta pelukisnya untuk mengembalikan lagi. Ada 4 bagian yang kita perlu lakukan supaya gambar diri kita bisa kembali seperti semula. Tuhan pasti melakukan bagiannya, tetapi kita juga perlu melakukan bagian kita yaitu: Pertama, membangun hubungan pribadi dengan Tuhan (Yohanes 5:14), ini juga berarti membuang semua topeng yang kita kenakan selama bertahun-tahun. Kedua, menerima dan menanamkan firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari kita (Yakobus 1:2b), menghafal firman Tuhan yang berisi tentang gambar diri yang benar, tentang siapa kita sebenarnya di hadapan Allah antara lain dalam Roma 5:1, Roma 6:16-17, I Korintus 1:30 dan sebagainya. Ketiga, terbuka dan tulus menerima diri sendiri dan orang lain. Keempat, memahami dan mengubah pola pikir (Efesus 4:23 dan Roma 12:3), meruntuhkan benteng-benteng dalam pikiran (II Korintus 10:5b) dan mendisiplin diri untuk berpikir positif dan membuang semua pikiran negatif.
3. MENERIMA DIRI APA ADANYA.
Pertama menerima diri sendiri dalam kebenaran Allah. Kedua bisa menerima orang lain, termasuk orang yang menyakiti hatinya, ketiga memiliki tujuan hidup yang realistis dan terakhir bisa melihat realitas hidup apa adanya.
Dalam hal menyembuhkan luka batin, kita memegang peran yang cukup penting. Yang terpenting memang Roh Kudus. Hanya Dia yang mampu menyembuhkan, tetapi saya pribadi juga penting. Bila saya tidak mau, Roh Kudus tidak akan pernah memaksa, tetapi yang menanggung penderitaan ya saya sendiri, pribadi itu sendiri. Kalau mau menderita akibat luka batin ya silakan.
Bila kita mau melakukan ketiga langkah di atas, maka pasti kita akan dapat mengalami kesembuhan dari luka batin dan dampaknya bila kita sembuh, kita bisa menikmati hidup yang penuh damai sejahtera, sukacita dan iman yang dewasa serta pada akhirnya siap menyambut kedatangan Kristus kali yang kedua dan memperoleh hidup yang kekal bersama Dia. (cubs).


Senin, 30 Juli 2007

KIKIR

I Korintus 6 : 9-10

Bacaan hari ini menyebutkan sejumlah dosa yang menyebabkan kita tidak dapat masuk dalam Kerajaan Allah, dan salah satunya ternyata adalah kikir. Mungkin kita berpikir, mengapa kikir termasuk dosa? Kan kikir tidak merugikan orang? Kikir atau pelit timbul karena pada dasarnya sifat manusia adalah egois. Karena itu sering kita lihat sedari kecil seorang anak sudah bisa pelit atau kikir, tidak mau membagi apa yang dia miliki dengan orang lain. Orang yang kikir hanya suka memikirkan keuntungan diri sendiri dan tidak mau tahu kepentingan orang lain. Sifat ini bertentangan dengan sifat Allah yang murah hati. Firman Tuhan banyak mengajarkan tentang memberi atau berkorban. Jika Tuhan telah memberi banyak kepada kita, bahkan sampai Anak-Nya yang Tunggal juga rela Ia korbankan bagi kita, mengapa kita tidak rela untuk memberi kepada Tuhan? Mungkin Anda berdalih mengatakan, “Saya mau kok memberi untuk Tuhan, tapi bagaimana? Kan Tuhan adanya di sorga.” Yesus berkata, “Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Matius 25 : 40). Sebagai anak-anak Tuhan seharusnya kita murah hati seperti Bapa kita dan tidak kikir atau pelit. Mari kita belajar untuk memberi karena Tuhan telah memberikan segalanya untuk kita. (Ginny)

Jadilah murah hati seperti Bapa kita.

Selasa, 31 Juli 2007

AMPUNI, LUPAKAN, DAN BEBAS!

Lukas 6 : 27-28

Sebelum menjadi Presiden Amerika Serikat, Abraham Lincoln pernah begitu dimusuhi oleh John Stanton, lawan politiknya. Setiap kali ada kesempatan Stanton berusaha menyerang Lincoln dengan ucapan dan kritikan yang menyakitkan. Sampai suatu ketika, Lincoln duduk di puncak pemerintahan negeri paman Sam itu. Sebagai orang nomor satu, ia bisa berbuat apa saja terhadap Stanton, musuh politiknya sejak lama. Uniknya, Lincoln malah mengangkat Stanton menjadi Menteri Pertahanan di jajaran kabinetnya. Orang-orang bertanya, “Pak Presiden, Anda tidak sedang bergurau bukan?” Lincoln menjawab, “Saya memilih orang bukan karena perasaan senang atau tidak senang, tetapi karena kemampuannya. Saya tahu Stanton adalah orang yang paling tepat untuk posisi itu.” Akhirnya Stanton malah menjadi sahabat terdekat Lincoln hingga hari wafatnya. Pengalaman mengampuni memang menjadi peristiwa yang amat berat dan sulit dilakukan, apalagi jika yang harus diampuni adalah orang yang telah berkali-kali berusaha menjegal. Untuk mengampuni diperlukan hati yang lapang, jiwa besar, dan kerelaan mengasihi.
Waktu tergantung di atas kayu salib, Yesus berseru kepada Bapa-Nya agar mengampuni orang-orang yang menganiayanya. Hal yang sama dilakukan Stefanus sesaat sebelum ajal menjemput ketika ia dirajam batu. Teladan ini diteruskan Paulus yang juga mengutip pernyataan Yesus dan mengajarkannya kepada jemaat di Roma (Roma 12 : 20-21). Kejahatan tidak akan selesai jika dibalas dengan kejahatan. Bukannya selesai, kejahatan itu malah akan menimbulkan mata rantai dendam. Resep dari Alkitab adalah: ampuni, lalu lupakan, dan alamilah kebebasan.

Diperlukan hati yang lapang, jiwa besar, dan kerelaan untuk mengampuni.

Rabu, 1 Agustus 2007

BERBAGI KASIH

Lukas 16 : 19-31

Setelah kita membaca ayat renungan pagi ini, menurut Anda apakah kesalahan utama yang telah diperbuat oleh orang kaya ini? Apakah karena dia ini orang kaya? Atau apakah karena dia kerjanya hanya berpesta pora saja? Menurut saya bukan itu kesalahan utama yang telah ia buat. Ia menjadi orang kaya itu bukan suatu kesalahan. Tetapi kesalahan utamanya adalah ketika ia mendapat anugerah menjadi orang kaya, ia tidak mau berbagi kasih dengan orang yang menderita seperti Lazarus. Ia hanya berpesta pora dengan sahabat-sahabatnya, tanpa menghiraukan orang yang menderita di dekatnya. Orang kaya itu hanya menikmati harta kemewahannya tanpa mempedulikan kesengsaraan orang di sekitarnya. Orang yang telah menikmati kesukaan di dunia tanpa mau berbagi kasih dengan orang yang menderita. Maka orang itu akan mengalami kesengsaraan yang menyiksa di neraka. Kita pasti tidak mau menderita di neraka bukan? Agar nanti kita tidak mengalami penderitaan yang abadi, maka kita harus berbagi kasih dengan orang lain. Mungkin saat ini kita sedang diberkati oleh Tuhan, kita harus ingat orang di sekitar kita. Semakin kita diberkati Tuhan maka kita juga harus semakin berbagi kasih dengan orang lain. Mungkin kita hanya dapat memberi sedikit tapi pemberian kita itu sangat berharga bagi orang yang kita bantu. Bukan masalah besar kecil atau banyak sedikitnya pertolongan yang kita berikan, tetapi seberapa dalam kasih kita kepada orang di sekitar kita. Marilah kita menjadi orang yang suka berbagi kasih dengan sesama kita. (Giant)

Mungkin kita dapat memberi tanpa mengasihi, tetapi kita tidak dapat mengasihi tanpa memberi.

Kamis, 2 Agustus 2007

SECUKUPNYA

Amsal 30 : 7-9

Firman Tuhan hari ini berisi permohonan seorang yang bijaksana. Agur bin Yake minta kepada Tuhan, ”Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu, dan berkata: Siapa Tuhan itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.” (ayat 8b-9). Agur bin Yake tidak minta kekayaan, ia hanya minta makanan yang menjadi ”bagiannya”.
Kita seringkali maunya Tuhan menjadikan kita kaya. Kita tidak puas kalau hanya memiliki ”pas”. Untuk apa sebenarnya menjadi kaya? Mari kita pikirkan, berapa banyakkah yang bisa kita nikmati? Firman Tuhan mengajarkan: ”Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.” (I Timotius 6 : 8). Berapa banyakkah yang kita perlukan? Ada orang yang makan tanpa bisa dikontrol hingga jadi berlebihan dan menimbulkan bermacam penyakit. Sekarang ini banyak tempat makan yang ”all you can eat” (semuanya boleh dimakan), kita bayar harga sekian dan bisa makan sepuasnya. Ini jadi sering membuat orang terpacu untuk mengambil makanan sebanyak-banyaknya, karena merasa sudah membayar dan tidak mau rugi, jadi harus makan sebanyak yang dia bisa; lalu jika yang diambilnya ternyata tidak sanggup dihabiskan, akhirnya terbuang percuma. Pernahkah kita pikirkan, bagaimana perasaan orang-orang yang tidak punya makanan jika melihat makanan yang bagi mereka sangat berharga dibuang-buang begitu saja? Kita sering terpacu untuk membeli (terlebih bila ada diskon) pakaian, tas atau sepatu, mengikuti mode yang terus silih berganti, sehingga akhirnya jadi bertumpuk dalam lemari dan tidak terpakai karena sebenarnya tidak kita butuhkan.
Yesus mengajarkan supaya kita meminta, ”Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” (Matius 6 : 11). Yesus tidak mengajar kita untuk minta lebih, tapi ”secukupnya”. Cukup untuk hari ini. Asal setiap hari kita ada makan dan pakai, itu sudah ”cukup”. Tidak usah berlebihan. Rasul Paulus mengingatkan, ”Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.” (I Timotius 6 : 9). Keinginan menjadi kaya bisa membuat kita jatuh dalam dosa, merusak hubungan kita dengan Tuhan. Mari kita jaga hati kita agar jangan terjerat dengan ”keinginan daging”, tetapi belajar puas dan bersyukur dengan apa yang kita miliki. (Ginny)

Hati yang puas melahirkan ucapan syukur kepada Tuhan.

Jumat, 3 Agustus 2007

YESUS MEMANGGIL MURID-NYA

Matius 4 : 18-22

Kita sering beranggapan bahwa Tuhan telah bertindak ceroboh ketika memilih saya yang tidak berharga dan tidak punya keahlian apa-apa sebagai murid-Nya. Tetapi justru itu yang Tuhan cari. Ketika Yesus memilih murid, Dia tidak mencari di antara ‘sekolah Alkitab’ yang ada, tetapi Dia malah pergi ke pantai atau memilih murid dari tempat yang dilewati-Nya. Dia tidak bertanya banyak tentang siapa mereka, dari mana asalnya, apa pendidikannya. Yesus hanya berkata, “Mari, ikutlah Aku…” (ayat 19), dan merekapun jadilah murid-Nya. Begitu saja, sangat sederhana. Hal itu juga masih berlaku sampai sekarang. Yesus tidak pernah berubah, cara-Nya memanggil muridpun tidak berubah. Ajakan-Nya masih sama. Dia tidak perlu bertanya banyak, karena sesungguhnya Dia sudah tahu, bahkan jauh lebih tahu dari kita sendiri tentang siapa kita. Bukankah Dia Allah yang membuat kita? Masalahnya bukan terletak pada Yesus tetapi pada kita, manusia. Apakah kita merespon, menjawab ajakan Yesus itu seperti murid-murid pertama-Nya? Apakah kita meninggalkan semua keberadaan kita dan mengikut Dia? Atau apakah kita masih menyayangkan pekerjaan kita, kebanggaan keluarga kita dan sebagainya, sehingga tidak mau menjadi murid-Nya? Yang perlu kita renungkan hari ini adalah seberapa besar cinta kita kepada Yesus untuk menentukan apakah berharga untuk menjadi murid-Nya. Ketahuilah tidak ada hal yang lebih berharga selain menjadi murid Yesus. (cubs)

Marilah, belajarlah kepada-Ku, Aku lemah lembut dan rendah hati.

Sabtu, 4 Agustus 2007

FIRMAN YANG HIDUP

I Yohanes 5 : 7, Yohanes 1 : 1

Bagaimanakah kita dapat menjadikan Yesus itu Tuhan dari kehidupan kita? Yesus adalah Firman yang hidup. Tuhan telah menganugerahkan kepada kita firman-Nya yang tertulis untuk menjelaskan kepada kita tentang Firman yang hidup itu. Berilah tempat bagi firman Tuhan, terutama Perjanjian Baru, kedudukan utama dalam kehidupan kita. Dengan berbuat demikian kita telah menempatkan Yesus pada kedudukan yang utama. Biarlah firman Tuhan yang mengatur segala langkah hidup kita. Dengan demikian Yesuslah yang menguasai jalan hidup kita. Yesuslah yang menjadi Tuhan kita. Kita hidup sekarang ini dalam zaman yang sangat membutuhkan petunjuk firman Tuhan. Kita perlu berbuat sesuai dengan firman Tuhan dan didasari cinta kasih. Kehidupan rumah tangga, perkawinan, pekerjaan atau usaha dan anak-anak kita, semuanya memerlukan bimbingan dari firman Tuhan. Oleh sebab itu biarlah Alkitab menjadi pedoman hidup kita. (DBR)

Biarlah Firman yang hidup itu menjadi satu-satunya Penguasa atas seluruh kehidupan kita.

Minggu, 5 Agustus 2007

WAKTU-NYA TUHAN

Yohanes 11 : 1-44

Setelah kita membaca Lukas 11 ini, maka kita akan mengerti bahwa waktu-Nya Tuhan itu tidak dapat ditebak oleh pikiran manusia. Ketika Lazarus sakit, Maria dan Marta mengharapkan Yesus datang menyembuhkan saudaranya itu. Tetapi apa yang kita lihat, Yesus tidak datang dan akhirnya Lazarus mati. Setelah Lazarus berada di kubur selama empat hari Yesus baru berada di Betania tempat Maria dan Marta tinggal. Kedatangan Tuhan Yesus itu bukan sengaja menunggu Lazarus mati dulu, tetapi itulah waktu-Nya Tuhan untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Kita tidak tahu kapan Tuhan akan menyatakan kuasa-Nya dalam hidup kita. Tetapi satu hal yang perlu kita ketahui bahwa waktu yang telah Tuhan tetapkan itu adalah waktu yang sempurna, waktu yang mendatangkan kebaikan bagi kita. Jadi jangan kita memaksa Tuhan untuk menyatakan kuasa-Nya dengan segera, tetapi sabarlah menantikan perbuatan-Nya yang ajaib datang dalam hidup kita. Tuhan sangat tahu benar kapan Ia harus bertindak, dan kapan Ia harus berdiam diri. Semua yang terjadi di dalam hidup kita adalah suatu kejadian yang mendatangkan kebaikan bagi kita. (Giant)

Waktu-Nya Tuhan memberi hasil terbaik sekaligus ujian bagi kesabaran kita.