7 Feb 2008

Minggu ke 3 February


DOA
Apa bedanya mencari waktu untuk menonton televisi atau mengambil waktu untuk berdoa?
Dengan menonton televisi perhatian kita dapat menyebabkan pemikiran yang dangkal, yang melayang-layang tanpa akhir. Berdoa menyebabkan kebalikannya.
Doa membawa kita jauh dari pemikiran yang tak menentu kepada isi hati yang sangat dalam dan mengenali diri kita yang sebenarnya. Kita dapat berfokus kepada kedalaman hati kita.
Dengan berdoa kita masuk dalam ”waktu Tuhan”, ialah waktu yang kekal. Memasuki waktu Tuhan berarti: Ia selalu bersedia menolong kita, Ia tidak bersembunyi dan harus dipanggil. Tuhan bersedia sekarang, datanglah kepada-Nya.
Dalam berdoa hendaknya kita tidak hanya memohon pelepasan, tapi juga kasih karunia Allah supaya Allah memakai penderitaan itu untuk menyatakan kehendak-Nya dalam hidup kita. (DBR)


MENJADI BIJAKSANA

Begitu cepatnya waktu berlalu dan tak terasa telah satu bulan kita lewati di tahun yang baru ini. Hari-hari yang berlalu menandakan bertambahnya usia kita. Apa yang telah kita pelajari? Musa berkata, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” (Mazmur 90 : 12).
Bertambahnya umur seharusnya membuat seseorang menjadi semakin dewasa, semakin bijaksana, tetapi kenyataannya bertambahnya umur tidaklah menjamin kedewasaan seseorang. Banyak orang yang sudah tua pun ternyata tidak menjadi dewasa, bahkan seringkali orang yang lebih muda bisa lebih bijaksana dari pada orang yang lebih tua.
Ada pepatah mengatakan, ”Pengalaman adalah guru yang terbaik.” Seringkali orang mengatakan bahwa pengalaman hidup membuat orang menjadi bijaksana. Banyak orang tua merasa lebih bijaksana dari pada orang muda, mereka berkata telah banyak ”makan asam garam”. Tetapi kita bisa melihat banyak orang ternyata tidak belajar dari pengalamannya. Ada orang yang terkena narkoba, biarpun telah masuk penjara, tetap saja mengulang kesalahan yang sama. Pengalaman tidak membuat mereka menjadi bijaksana karena mereka tidak mau belajar dari kesalahan. Seharusnya kalau orang menjadi tua, ia menjadi bijaksana sehingga bisa menjadi tempat bagi orang muda untuk meminta nasihat.
Pemazmur berkata, ”Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon; mereka yang ditanam di bait Tuhan, akan bertunas di pelataran Allah kita. Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar, untuk memberitakan, bahwa Tuhan itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya.” (Mazmur 92 : 13-16). Orang benar yang tertanam di dalam Tuhan, pada masa tua pun mereka masih berbuah, bertambah gemuk dan segar. Bila seseorang menjadi tua, seharusnya buah Roh di dalam hidup mereka semakin nyata. Mereka menjadi makin mengasihi, makin bersukacita dan penuh damai sejahtera, makin sabar, murah hati dan berbuat baik, makin setia, lemah lembut dan menguasai diri; untuk menyaksikan tentang kebaikan dan kesetiaan Tuhan. Bila anak Tuhan sudah tua kerjanya hanya mengomel terus, marah-marah, tidak ada sukacita, egois, mudah tersinggung, mintanya diperhatikan dan dilayani, bagaimana bisa menjadi kesaksian bagi orang lain?
Bagaimana seharusnya bila seorang menjadi tua? Rasul Paulus menulis, ”Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat: Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan. Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang.” (Titus 2 : 1-5). Di dalam nasihat untuk keduanya, baik laki-laki maupun perempuan, ada nasihat untuk menjadi bijaksana. Seperti apakah orang yang bijaksana?
= Salomo berkata, ”Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh, tetapi orang yang bijaksana, bersabar.” (Amsal 14 : 17). Orang yang bijaksana tidak cepat marah, bisa menahan diri dan mulut, bisa mengontrol emosinya.
= Firman Tuhan tentang bangsa Israel, ”Sebab mereka itu suatu bangsa yang tidak punya pertimbangan, dan tidak ada pengertian pada mereka. Sekiranya mereka bijaksana, tentulah mereka mengerti hal ini, dan memperhatikan kesudahan mereka.” (Ulangan 32 : 28-29). Orang yang bijaksana adalah orang yang mempunyai pertimbangan, mempunyai pengertian; bisa bertindak dengan adil dan benar, tahu membedakan yang benar (kebenaran yang sesuai dengan firman Tuhan) dan yang salah, bisa mengambil keputusan yang benar.
Apa yang membuat orang menjadi bijaksana? Pemazmur berkata, ”Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari. Perintah-Mu membuat aku lebih bijaksana dari pada musuh-musuhku, sebab selama-lamanya itu ada padaku. Aku lebih berakal budi dari pada semua pengajarku, sebab peringatan-peringatan-Mu kurenungkan. Aku lebih mengerti dari pada orang-orang tua, sebab aku memegang titah-titah-Mu.” (Mazmur 119 : 97-100). Perintah Tuhan, firman Tuhan, itu yang mengajarkan kepada kita kebenaran, membuat kita mengerti tentang kehidupan, menjadikan kita dewasa dan bijaksana.
Firman Tuhan berkata, ”Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.” (Daniel 12 : 3). Apakah Anda mau menjadi bijaksana? Baca, cintai dan renungkanlah firman Tuhan! Mari kita belajar supaya makin tua kita menjadi makin bijaksana. Amin! (LH)




Senin, 11 Pebruari, 2008


ADA SYARAT


I Timotius 2 : 8b

Kalau kita menyaksikan pertandingan olahraga, pasti ada yang disebut ’aturan main’. Tidak mungkin setiap pertandingan dapat berjalan dengan baik tanpa ada aturan mainnya. Demikian juga halnya bila kita berdoa, ada hal-hal yang harus kita perhatikan dan yang menjadi aturan mainnya. Setelah Paulus dalam I Timotius 2 : 1-7 berbicara tentang doa, maka pada ayat 8 --yang menjadi bacaan hari ini-- ia bicara tentang aturan main untuk berdoa. Paulus memberikan aturan main untuk berdoa karena bagi Paulus berdoa adalah nafas orang percaya. Ada tiga aturan main penting yang diberikan oleh Paulus:
Tangan yang suci.
Tangan berfungsi untuk melakukan sesuatu, berarti bicara tentang perbuatan. Jika ada perbuatan kita yang melanggar firman Tuhan dan belum kita bereskan, maka doa kita menjadi doa yang sia-sia (Mazmur 24 : 4).
Tanpa marah.
Pada umumnya marah mengakibatkan dosa, karena itu janganlah kita cepat marah sehingga kehilangan damai sejahtera. Hal ini dapat menyebabkan kita tidak bisa berdoa.
Tanpa perselisihan.
Kita harus memperbaiki hubungan kita dulu dengan orang lain sebelum kita menghadap Tuhan dalam doa (Matius 5 : 23-24).
Sebelum kita menaikkan doa kepada Tuhan, pastikan lebih dahulu kita sudah mengikuti aturan mainnya. Jika belum, bereskan terlebih dahulu, setelah itu baru berdoa supaya berkat Tuhan tidak terhalang oleh dosa. (Aping)
Untuk setiap hal ada aturan mainnya, ada syaratnya. Termasuk dengan Tuhan.


Selasa, 12 Pebruari, 2008


DAMAI TERGANTUNG KITA


Roma 12 : 18
Ada seorang anak kecil, dia anak bungsu. Walaupun ibunya belum mengenal Tuhan Yesus, tapi ibunya mengajarkan banyak hal yang sesuai dengan firman Tuhan. Setiap dia berselisih dengan kakak-kakaknya, pada saat dia tidak mau kalah dan merasa benar, ibunya selalu menasihatinya, “Salah atau tidak kita harus meminta maaf dan mengadakan perdamaian.”. Anak kecil itu tidak mengerti, tetapi dia tetap melakukan karena taat pada ibunya, anak itu percaya ibunya punya alasan untuk itu. Sampai anak itu menjadi dewasa, dia dan ibunya mengenal Tuhan Yesus.
Firman Tuhan katakan dalam bacaan hari ini, “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang.” Pengampunan memang tidak semudah ucapan, tetapi biarlah kita seperti seorang anak kecil yang taat pada Bapa untuk melakukan kehendak Bapa walaupun tidak mengerti. Dengan pertolongan Roh Kudus, kita akan mampu berdamai dengan semua orang dan diri kita sendiri. (FF)
Saya menjadi penentu suasana di sekitar saya, apakah damai atau kacau?

Rabu, 13 Pebruari, 2008


TIDAK ADA GUNANYA


Mazmur 139 : 1-3
Bila seseorang hendak melakukan suatu dosa atau suatu perbuatan yang tidak berkenan kepada Tuhan, biasanya orang itu akan melakukan analisa lingkungan lebih dulu. Dia akan melihat ke sekeliling, adakah orang lain di sana? Amankah situasinya? Berapa waktu yang dia miliki? Dan sebagainya. Atau kalau seseorang hendak berbohong, dia mungkin berpikir tidak ada orang lain yang tahu bahwa dia berbohong. Orang-orang itu lupa, bahwa seperti kata bacaan hari ini, TUHAN TAHU! Dia selalu menyelidiki hati kita. Tuhan tidak senang dengan dosa. Kalau kita anak Tuhan dan kita berbuat dosa, Dia akan mengingatkan kita, akan menegur kita dan bahkan menghajar kita. Jadi janganlah berbuat dosa atau berbohong, tidak ada gunanya. Percayalah ada yang tahu dan Dia bisa memberitahu orang lain dan cepat atau lambat membongkar kejahatan kita. (cubs)
Tidak ada gunanya berbuat dosa, cepat atau lambat pasti dibongkar Tuhan.

Kamis, 14 Pebruari, 2008


SENJATA BAGI PEMENANG


Efesus 6 : 10-20
Cepat atau lambat orang Kristen akan mendapati bahwa kehidupannya adalah suatu medan perang dan bahwa ia akan menghadapi musuh yang jauh lebih kuat dari padanya jika tidak disertai Allah. Rasul Paulus mengajak kita untuk memiliki perlengkapan senjata supaya kita bisa menang dalam peperangan. Senjata itu adalah: 1. Ikat pinggang kebenaran (ayat 14), artinya hidup kita harus dikuasai oleh kebenaran firman Allah. Orang dengan hati yang benar dapat menghadapi musuh tanpa rasa takut. 2. Baju zirah keadilan (ayat 14), artinya hidup yang penuh keadilan di dalam Kristus. Iblis tidak dapat menuduh orang percaya yang hidup saleh dalam kuasa Roh Kudus. 3. Kerelaan untuk memberitakan Injil (ayat 15), artinya siap sedia setiap hari untuk memberitakan Injil kepada dunia yang sesat. Orang yang menang adalah orang Kristen yang bersaksi. 4. Perisai iman (ayat 16), artinya suatu keyakinan akan janji-janji dan kuasa Allah. Iman merupakan senjata pembelaan diri yang melindungi kita dari panah api si Iblis. 5. Ketopong keselamatan (ayat 17), artinya pikiran yang dikuasai oleh Allah. 6. Pedang Roh (ayat 17), yaitu firman Allah, firman yang hidup dan kuat, yang menyembuhkan dan memberikan kehidupan. (Neke)
Mau menang? Milikilah senjata Allah!


Jumat, 15 Pebruari, 2008


BELAJAR MEMBERI


Kisah Para Rasul 20 : 32-35
Firman Tuhan hari ini berkata, ”... Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.” (ayat 35b). Sayangnya, kebenaran firman ini belum dirasakan oleh semua orang percaya. Banyak orang belum mau memberi karena merasa untuk dirinya sendiri pun belum cukup, bahkan orang-orang yang sudah kaya dan kelebihan pun seringkali belum bisa memberi karena selalu merasa masih kurang. Padahal dengan memberi akan mengajar kita untuk menjadi peka terhadap kebutuhan orang lain, kita belajar untuk tidak menjadi pelit dan egois.
Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, Rasul Paulus memuji jemaat di Makedonia karena kemurahan hati mereka dalam memberi, sekalipun mereka sendiri kekurangan. Rasul Paulus menulis, ”Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami.” (II Korintus 8 : 3, 5). Tetapi Rasul Paulus juga berkata, ”Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu.” (ayat 12). Kita tidak diminta untuk memberikan apa yang tidak ada pada kita, apa yang tidak kita punya atau miliki. Dengan kata lain, Tuhan tidak mau kita memberi dari berhutang.
Memberi adalah perintah Tuhan. Kita harus belajar untuk memberi, sekalipun yang kita miliki hanya sedikit. Pemberian pun tidak hanya terbatas pada materi, tetapi juga dalam hal memberikan diri kita, waktu, tenaga, kasih, perhatian, penghiburan, pengampunan, dan sebagainya. Firman Tuhan berkata, ”Berilah dan kamu akan diberi.” (Lukas 6 : 38a). Saat kita melihat kebahagiaan dari orang yang menerima pemberian kita, berkat itu akan mengalir kembali kepada kita sehingga kitapun akan merasakan kebahagiaan itu. Tidak inginkah Anda menikmatinya? (Ginny)
Alami kebahagiaan dalam memberi dengan menjadi orang yang murah hati.
Sabtu, 16 Pebruari, 2008


KACAMATA TUHAN


Kejadian 13 : 1-18
Dalam hidup ini, seringkali kita diperhadapkan pada dua pilihan yang sulit seperti halnya yang dialami oleh Abraham dan Lot. Mereka telah diberkati Tuhan dengan luar biasa sehingga mereka menjadi dua kelompok yang besar. Suatu hari gembala Abram dan gembala Lot berkelahi memperebutkan daerah subur. Mendengar hal itu maka Abram berkata kepada Lot bahwa mereka harus berpisah. Abram kemudian menyuruh Lot untuk memilih daerah yang disukainya. Lot kemudian menggunakan mata jasmaninya untuk memilih daerah yang akan ditinggalinya. Lot melihat seluruh lembah Yordan adalah tempat yang subur dan akhirnya memutuskan untuk tinggal di sana. Merekapun berpisah. Secara kacamata manusia, tempat yang didiami Abram kurang baik dibanding tempat yang dipilih Lot.
Dari kacamata Tuhan, tempat yang didiami Abram adalah daerah yang diberkati Tuhan. Sedangkan tempat yang didiami Lot dimusnahkan oleh Tuhan karena kejahatan manusianya. Demikian juga kita, bila kita diperhadapkan pada pilihan, sering kita menggunakan kacamata manusia. Kita memilih berdasarkan apa yang baik menurut akal budi kita. Sebagai orang percaya seharusnya kita memutuskan pilihan berdasarkan kacamata Tuhan. Mungkin kalau dilihat dari sudut pandang manusia pilihan itu kelihatannya merugikan, tetapi karena disertai berkat Tuhan maka menjadi sangat menguntungkan. Bagaimana kita bisa memilih dari kacamata Tuhan? Kalau kita menyerahkan pilihan kita kepada Dia yang memberi berkat. Janganlah kita memutuskan segala hal menurut pandangan manusia, tetapi biarlah kita memutuskan segala hal menurut pandangan Tuhan. (Giant)
Rancana Allah bukan rencana kita. Rencana Allah itu yang terbaik buat kita.


Minggu, 17 Pebruari, 2008


TIDAK ADA ALLAH


Mazmur 14 : 1
Rev. Dr. Witherspoon, mantan rektor Princeton College, suatu kali berada di atas kapal bersama dengan seorang guru besar yang ateis. Tidak lama kemudian terjadi badai yang sangat dahsyat. Tampaknya kapal itu akan karam dan mereka semua akan mati. Seluruh penumpang ketakutan dan yang paling takut adalah si profesor itu. Dalam ketakutan yang luar biasa dia mencari sang pendeta. Dia menemukan Witherspoon di kamarnya. Pendeta ini tampak tenang. Profesor itu berkata, ”Oh, tuan Witherspoon! Kita semua akan tenggelam bukan?” Dr. Witherspoon menoleh dengan pandangan yang dingin dan menjawab, ”Tidak, kita memang dalam kelompok yang sama, tetapi Anda dan saya memiliki tujuan yang berbeda.”
Pernyataan yang menyatakan bahwa tidak ada Allah bukanlah hal yang baru, tetapi telah ada dari zaman dulu. Alkitab menjelaskan bahwa mereka adalah orang-orang bebal. Mengapa mereka dikatakan sebagai orang bebal? Karena mereka berkata tanpa pengertian yang benar mengenai apa yang seharusnya mereka akui, yaitu bahwa Allah itu ada dan Dialah yang menciptakan manusia dan seisi dunia ini. Orang-orang yang menyatakan tidak ada Allah telah disesatkan oleh tipu daya Iblis dan oleh pikiran mereka sendiri, mereka hanya bisa disadarkan oleh Allah sendiri. Marilah kita menjadi orang yang bijaksana dan tidak menjadi orang yang bebal dengan mengakui bahwa Allah itu ada. Allah adalah Pribadi yang tidak terbatas dan tak mungkin kita pahami, karena itu kita perlu menerima Dia dengan iman dan bukan yang lain. (Aping)
Tidak ada Allah yang hidup selain Tuhan Yesus Kristus.