21 Dec 2008

Minggu ke 4 Desember 2008


Shalom teman
Suratmu sudah kuterima, dan yang sangat menyenangkan adalah dapat bernostalgia dengan kiriman foto-foto kita berdua yang lama, yang kita buat waktu liburan bersama di negeri Belanda. Sudah berapa tahun yang lalu? Saya sudah tidak ingat lagi mengenai foto-foto yang kau kirim karena saya tidak punya itu. Terima kasih. Apa kau tidak merasa lucu dan menggelikan melihat foto-foto itu? Terutama di mana kita sedang berhenti di sebuah taman dalam perjalanan kita keluar dari desa kecil (Dorp: dalam bahasa Belanda) yang jual buah cherry hitam (zwarte bessen) kesukaan kita berdua. Kita sengaja membuat putaran yang jauh untuk sampai di desa itu, hanya untuk dapat buah cherry hitam, yang memang banyak terdapat di sana dan lagi musimnya. Pada saat itu kita sungguh senang karena keinginan kita terkabul untuk makan cherry hitam yang tidak ada di negeri kita. Yang ada, dijual dalam kaleng, yang tentunya sudah tidak segar lagi. Tetapi pada saat kita memperolehnya, segar, baru dipetik dan matang pohon. Penjualnya memakai dandanan baju petani (boerin) yang lazim dipakai di desa itu sejak zaman dulu, baju panjang yang lebar dan topi berenda, lengkap memakai sepatu “klompen” (sepatu dari kayu yang dilukis bunga-bunga). Saya merasa yang paling lucu adalah kita berfoto sedang makan cherry hitam yang membuat bibir, mulut, gigi, lidah kita menjadi hitam, sungguh menggelikan. Warna hitam sekitar mulut baru hilang ketika sampai di rumah, di mana ada kesempatan untuk membersihkannya dengan seksama, tetapi juga masih memakan waktu lama. Saran orang, lebih baik tutup mulut sementara, karena melihat mulut yang hitam sampai di dalam menakutkan. Saya lalu berpikir, yang membuat mulut kita “hitam” kali ini sesuatu yang dari luar yang kita makan, yang sesudahnya sulit dihilangkan. Bagaimana jika sesuatu yang dari dalam membuat mulut kita hitam. Firman Tuhan berkata, “Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang.” (Matius 15 : 18). Ini yang menjadikan mulut kita “hitam”. Lebih baik kita ikuti nasihat Rasul Paulus di Efesus 4 : 29-32. Firman mengajar kita untuk selalu menjaga mulut kita, jangan sampai keluar dari mulut kita kata-kata kotor, menyedihkan dan menyakitkan sesama. Seperti kita makan cherry hitam, meninggalkan bekas yang susah untuk dihilangkan dan orang akan mengingatnya sampai lama, mungkin dengan sakit hati dan kesedihan. Lebih baik kita mengeluarkan kata-kata yang menghibur atau memuji. Allah senang kita mengeluarkan kata-kata yang baik dan manis untuk sesama. Bagaimana jika pada hari-hari menjelang Natal kita mengatur tutur kata, penampilan kita di depan orang lain? Mengatakan kata-kata yang menyenangkan dan menghibur, terutama jika kita mengunjungi sesama yang dalam keadaan susah. Orang akan melihat penampilan dan tutur kata yang menyenangkan, penuh empati dan kasih, itu akan menghibur mereka. Bahwa kita harus ikut prihatin akan kesusahan orang lain kita sudah tahu, tetapi ditambah dengan tutur kata dan penampilan bersahaja kita yang baik, seperti Tuhan inginkan dari kita, memperoleh nilai plus dari Tuhan Allah dan sesama kita. Biarlah ini menjadi tekad kita pada hari Natal dan seterusnya.
Marilah kita berdoa, “Bapa kami yang ada di dalam sorga, terima kasih Engkau selalu memberi kami peringatan melalui saat-saat sekecil apapun, tentang apa yang Engkau kehendaki kami perbuat. Berilah kiranya selalu kepekaan pada kami untuk mengerti kehendak-Mu, juga apa yang akan dilakukan pada hari Natal dan tahun baru. Kami mau memuliakan nama-Mu saja. Puji syukur terima kasih atas kebaikan-Mu. Demi nama Yesus. Amin.”
Sekian suratku. Semoga hari-hari mendatang sungguh menyenangkan dan penuh sukacita bila keluarga berkumpul nanti. Tuhan memberkatimu sekeluarga. SELAMAT NATAL DAN DAMAI SEJAHTERA, YANG DIBERIKAN YESUS PADA DUNIA.
Salam,
Debora

SENIN , 22 Desember 2008
TUHAN TIDAK PEDULI PADAKU LAGI?
Roma 8 : 28
Suatu hari seorang teman bercerita kepada saya bahwa teman anaknya yang baru SMP kelas 3 meninggal karena kecelakaan ketika mengendarai motor dengan mengebut. Teman saya menyalahkan orang tua anak itu yang membelikan motor baru bagi anaknya, karena anak itu tidak tahu bahaya mengancam di jalan. Sebenarnya orang tua anak itu cuma memenuhi permintaan anaknya, dia mengasihi anaknya, tapi tanpa mempertimbangkan kalau memberikan motor bagi anak di bawah umur, justru membahayakan jiwa anak itu. Seringkali dalam hidup kita, kita meminta sesuatu dari Tuhan, Tuhan menjawab, ‘Tunggu dulu, anak-Ku, sampai tiba waktunya.’ atau Tuhan bilang. ‘Tidak.’. Pada waktu menerima jawaban dari Tuhan sering kita marah kepada-Nya, kenapa Tuhan tidak mau menjawab doa kita? Tuhan lebih mengerti kita dari pada kita sendiri. Dia tahu kalau Dia memberikan sesuatu, hal itu akan berbahaya buat kita, atau menjauhkan kita dari-Nya. Bukan Tuhan tidak mengasihi kita, Dia mengasihi kita dengan kasih-Nya yang tidak bersyarat. Kalau Dia tidak memberikan apa yang kita inginkan, itu karena kasih-Nya bagi kita. ”Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (FF)
Tuhan tidak pernah berubah, Dia selalu peduli pada setiap anak-Nya.
SELASA, 23 Desember 2008
DURI DALAM DAGING II
Korintus 12 : 1-10
Rasul Paulus adalah seorang yang dipakai Tuhan secara luar biasa. Dengan karunia-karunia yang dahsyat, penyataan-penyataan yang hebat dari Tuhan, semuanya dapat membuat ia jadi sombong/bermegah. Oleh sebab itu ia diberi suatu ”duri di dalam daging” agar ia tidak meninggikan diri. Rasul Paulus berkata bahwa sudah tiga kali ia berseru kepada Tuhan agar ia dilepaskan, tetapi jawaban Tuhan, “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” (ayat 9).
Mungkin kita juga merasakan seperti Rasul Paulus. Kita rindu untuk lebih lagi berbuat sesuatu bagi Tuhan, untuk lebih giat lagi dalam melayani Dia, tetapi ternyata ada hal-hal yang menghambat diri kita, atau beban yang mengikat kita yang membuat kita tidak ”bebas”; entah itu berupa penyakit/kelemahan fisik, keluarga (orangtua, suami atau anak yang menuntut perhatian ekstra dari kita), atau kekurangan/ketidakmampuan kita. Jangan kecewa karena Tuhan mengijinkan semua itu ada agar kita tidak menjadi sombong, tetapi supaya kita tetap bergantung kepada Tuhan.
Dalam suratnya yang lain, Rasul Paulus menulis, ”Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.” (II Korintus 4 : 7). Sebagai bejana tanah liat, kita rapuh dan mudah sekali hancur, kita tidak ada apa-apanya; kekuatan dan kemampuan kita berasal dari Tuhan. Mari selalu ingat agar kita tetap merendahkan diri dan bergantung kepada Tuhan. (Ginny)
Tuhan memberikan ”duri” justru karena Ia mengasihi kita.
RABU, 24 Desember 2008
MENJADI SERUPA DENGAN KRISTUS
Filipi 2 : 5
Teman kami di kantor pandai sekali meniru cara berjalan pimpinan kami. Waktu itu teman-teman sedang bercanda di dalam ruangan. Tiba-tiba mereka berhenti tertawa dan suasana menjadi hening, ternyata mereka tertipu oleh teman kami yang pintar meniru pimpinan kami itu. Kita sebagai murid Kristus, seharusnya juga serupa dengan Kristus. Sehingga setiap orang yang melihat kita, melihat Kristus dalam kita. Hidup kita mencerminkan Dia, cara bicara, cara berpikir, cara hidup, serupa dengan Dia. (FF)
Murid sejati akan serupa dengan gurunya.
KAMIS, 25 Desember 2008
RENUNGAN NATAL
Bulan ini adalah bulan Desember, bulan yang dinantikan oleh setiap orang Kristen di seluruh dunia. Bulan ini merupakan bulan yang spesial karena seluruh umat Tuhan merayakan Natal. Bila kita ingat waktu masih kecil, maka kita akan teringat bagaimana bahagianya kita menyambut hari Natal ini. Yang ada dalam pikiran kita adalah kita akan mendapat kado dari orang tua kita/gereja. Di bulan ini pula banyak orang Kristen yang sudah tidak pernah ke gereja akan ke gereja lagi, biasanya orang seperti itu disebut KrisTal (Kristen Natal). Ada suatu penghargaan yang begitu besar akan hari Natal ini, karena kita memperingati kelahiran Yesus Tuhan kita. Sebagai orang Kristen yang dewasa hendaknya kita memiliki pengertian yang lebih dari pada itu. Kita jangan memaknai Natal hanya sebagai peringatan kelahiran Tuhan Yesus sebagai penyelamat manusia, tetapi biarlah kita jadikan Natal ini sebagai pengingat akan kedatangan-Nya yang kedua sebagai Sang Hakim yang Adil. Bila kita memaknai Natal hanya sebatas memperingati kelahiran Yesus sebagai penyelamat maka kita bersantai-santai saja. Tetapi bila kita memaknai Natal sebagai pengingat kedatangan-Nya yang kedua maka kita akan menyiapkan diri kita sebaik mungkin agar saat Kristus datang, Ia berkenan atas hidup kita. Biarlah Natal tahun ini membuat kita semakin mempersiapkan diri untuk meyongsong kedatangan-Nya. (Giant)
Sudah dekat waktunya Yesus datang lagi.
JUMAT, 26 Desember 2008
PENGAMPUNAN MEMBEBASKAN
Lukas 6 : 37
Di kantor ada seorang teman yang sering menyakiti saya dengan kata-kata dan perbuatannya yang menyakitkan hati. Saya harus sering bertemu dan berhubungan dengan orang ini karena tugas kami yang berkaitan. Sampai rasanya saya tidak tahan lagi, karena setiap saat saya sudah mengampuni, dia menyakiti saya lagi. Saya membaca sebuah buku. Di buku itu dikatakan kalau ‘mengampuni adalah sebuah pilihan’, dan kita mengampuni karena Tuhan terlebih dulu mengampuni kita. Saya mau taat pada firman Tuhan, lalu saya berdoa kepada Tuhan, “Tuhan, tolong saya melihat seperti Engkau memandang dia (teman saya yang menyakiti saya itu). Saya mengampuni dia dan memberkati dia. Dalam nama Yesus. Amin.”. Tuhan merubah cara pandang saya terhadap teman saya itu sehingga ketika saya bertemu dengan dia, saya tidak mempunyai perasaan sakit hati lagi; tetapi seperti Tuhan memandang dia dengan kasih, saya pun memandang dia dengan cara pandang Tuhan. “Ampunilah, dan kamu akan diampuni.. ”. (FF)
Ketika kita mengampuni, kita akan mengalami kelegaan.
SABTU , 27 Desember 2008
KERENDAHAN HATI
MAZMUR 25 : 9
Dewasa ini sangatlah jarang kita temukan seseorang yang memiliki kerendahan hati, terlebih bagi orang-orang yang hidup di kota-kota besar. Kita harus akui, menjalani hidup di kota besar tentu sangat berbeda dengan tinggal di daerah pedesaan. Di kota besar persaingan hidup sangat ketat. Kondisi inilah yang membuat setiap individu cenderung mementingkan diri sendiri dan tidak mengindahkan orang lain. Setiap orang lebih terpacu untuk menunjukkan kelebihan masing-masing, yang pada akhirnya mengarah pada sikap tinggi hati.
Tinggi hati adalah lawan dari rendah hati. Rendah hati adalah suatu sikap yang tidak menganggap diri sendiri lebih penting dari orang lain. Sikap inilah yang harus dimiliki oleh setiap anak-anak Tuhan, karena “… orang yang rendah hati dikasihi-Nya” (Amsal 3 : 34). Sikap rendah hati seseorang akan terlihat melalui sikap yang ditunjukkan terhadap sesamanya. Orang yang memiliki kerendahan hati akan menyadari bahwa orang lain itu sama pentingnya dengan dirinya. Seperti tertulis, “…hendaklah dengan rendah hati seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri, dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” (Filipi 2 : 3-4).
Orang yang rendah hati tidak pernah memuji dirinya sendiri, justru pujian akan datang dari mulut orang lain karena orang lainlah yang menilai sikap kita selama ini. Jadi pujian itu tidak perlu dicari-cari. Dengan sangat jelas firman-Nya berkata bahwa, ”Keangkuhan merendahkan orang, tetapi orang yang rendah hati, menerima pujian,” (Amsal 29 : 23). Orang yang rendah hati juga sangat terbuka dengan kritik atau saran dari orang lain. Dengan demikian bila ia membuat kesalahan, maka dengan jiwa besar ia akan meminta maaf pada orang lain. Oleh karenanya kita harus dapat menjaga sikap kita di manapun berada. Ingat! Kita hidup di dunia ini mengemban tugas yang sangat berat yaitu menjadi terang bagi orang lain. Bagaimana bisa menjadi terang bagi orang lain, kalau kita tidak memiliki kerendahan hati? (DBR)
Jadilah orang yang rendah hati supaya berkenan kepada Tuhan.
MINGGU, 28 Desember 2008
AKHIR TAHUN
Ulangan 11 : 12
Beberapa hari lagi tahun 2008 akan berakhir dengan membawa segala kenangan baik dan buruk bagi setiap orang. Kita tahu bahwa selama beberapa bulan terakhir, banyak sekali kejadian yang terjadi di seluruh dunia. Krisis finansial yang terjadi secara merata di seluruh dunia, terpilihnya senator Barack Obama sebagai presiden Amerika Serikat, suatu hal yang tidak terduga, dan sebagainya. Di Indonesia, memasuki tahun 2009 berarti kita menyongsong pemilu dan lain-lain lagi. Mari kita renungkan apa yang telah terjadi selama tahun 2008 ini. Apa yang baik kita ambil, kita pegang. Apa yang buruk kita buang, segala iri hati, sakit hati dan sebagainya, jangan diingat-ingat lagi. Mari pada akhir tahun ini kita melepaskan semua pengampunan dan minta ampun atas segala pikiran, perasaan dan perbuatan kita yang telah menyakiti orang lain. Akhir tahun adalah waktu terbaik untuk terlebih lagi mensyukuri anugerah dan pemeliharaan-Nya yang telah diberikan sepanjang tahun, dari awal sampai akhir. (cubs)
Akhir tahun adalah waktu untuk menutup buku dan membersihkan diri.