22 Mar 2008

Minggu ke 5 Maret

TINDAKAN KASIH SEJATI

Ø Berterima kasihlah selalu atas pelayanan dan kebaikan yang Anda terima dari orang lain meski kecil sekalipun, dan satu hari kelak Allah akan berterima kasih atas pelayanan dan tanda kasih yang Anda berikan pada-Nya meski kecil sekalipun.
Ø Pergunakanlah lidah yang Allah berikan pada Anda untuk mengucapkan kata-kata yang ramah, lembut dan yang membawa perdamaian. Suatu hari kelak Anda akan mendengar kata-kata pengasihan dari bibir Allah.
Ø Basuhlah hati Anda setiap kali dalam darah Yesus dengan penuh penyesalan maka Allah akan datang dan diam dalam diri Anda. Jangan biarkan kesempatan berlalu untuk menghancurkan keangkuhan Anda.
Ø Rendahkanlah diri Anda di hadapan Allah dan manusia setiap kali Roh Allah menggerakkan Anda. Allah memberikan anugerah-Nya pada yang rendah hati. Jika Anda bertemu seseorang, biarlah salam Anda menjadi berkat dan Allah akan membalas Anda dengan berkat dari sorga.
Ø Bawalah segala sesuatu yang Anda alami ke hadapan Allah dan biarlah Dia yang menyelesaikannya, maka Anda akan mendapatkannya kembali sebagai berkat di alam baka. (DBR)

SEMBILAN PERTANYAAN DARI TUHAN
1.Tuhan tidak akan menanyakan, mobil model apa yang kau punya. Ia akan tanya padamu, “Sudahkah engkau beri tumpangan bagi yang tidak punya mobil sendiri?”
2.Tuhan tidak akan bertanya berapa luas dan besar rumahmu. Ia akan tanya, “Sudahkah engkau menerima saudaramu di rumahmu?”
3.Tuhan tidak akan bertanya padamu seberapa banyak pakaian yang engkau simpan dalam lemarimu. Ia akan tanya, “Sudah berapa banyak engkau memberi pakaian pada mereka yang membutuhkannya?”
4.Tuhan tidak akan tanya berapa gesar gajimu. Ia akan tanya,”Apakah engkau sudah menolong sesamamu dengan gajimu?”
5.Tuhan tidak akan tanya berapa tinggi jabatanmu. Ia akan tanya, “Apakah engkau sudah menjadi pimpinan yang baik dan bijaksana?”
6.Tuhan tidak akan tanya berapa banyak teman-temanmu. Ia akan tanya, “Apakah engkau sudah jadi teman yang baik bagi mereka?”
7.Tuhan tidak akan tanya engkau tinggal di lingkungan yang mana. Ia akan tanya, “Apakah engkau sudah memperlakukan sesamamu seperti dirimu sendiri?”
8.Tuhan tidak akan tanya mengenai warna kulitmu. Ia akan menanyakan, “Sudahkah engkau menyenangkan sesamamu?”
9.Tuhan tidak akan bertanya mengapa engkau begitu lama menunggu untuk mencari keselamatan. Ia akan dengan senang hati membawamu ke dalam istana-Nya dan bukan mengantarmu ke gerbang neraka.
Baca Yudas 21-23

Senin, 24 Maret 2008
MENJADI SAMA SEPERTI DIA
I Yohanes 1 : 7
Sama seperti Dia ada di dalam terang! Dapatkah kita mempunyai standar setinggi ini? Dapatkah kita berjalan dengan jelas di dalam terang seperti Dia yang kita panggil “Bapa kami”? Inilah model atau teladan yang disediakan bagi kita, karena Penebus sendiri berkata, “Jadilah sempurna karena Bapa di sorga juga sempurna.”. Jadi meskipun kita menyadari sepenuhnya bahwa kita tidak mungkin bisa sempurna seperti Bapa, tetapi kita diminta untuk terus mengusahakannya dan tidak boleh berpuas diri sampai kita berhasil mencapainya. Seorang artis muda ketika pertama kali menggoreskan pensilnya untuk melukis, tentu tidak mengharapkan bahwa hasilnya akan sebagus pelukis terkenal. Namun jika dia tidak mempunyai idealisme yang tinggi untuk jadi seperti mereka, dia tidak akan pernah bisa menjadi seorang pelukis besar. Begitu juga kita. Bila kita tidak punya kerinduan dan ketekunan berlatih untuk jadi sama seperti Yesus, menjadi terang, kita tidak akan pernah jadi terang buat sekeliling kita. (Aping)
Di sorga kelak hanya ada terang, tidak ada kegelapan.

Selasa, 25 Maret 2008
PERCAYA TANPA MELIHAT
Yohanes 20 : 24-29
Tomas tidak percaya ketika teman-temannya memberitahukan bahwa mereka sudah berjumpa dengan Yesus, sampai akhirnya setelah Yesus memperlihatkan diri kepadanya, barulah ia percaya. Kata Yesus kepadanya, “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” (ayat 29).
Kalau dipikir, kitapun suka bersikap seperti Tomas, bukan? Kita berkata bahwa kita percaya kepada Tuhan, tapi sering kita meragukan dan tidak percaya kalau belum melihat bukti. Misalnya saat kita berdoa untuk suatu hal, kita harus melihat kenyataan dulu atas jawaban doa kita barulah kita mau percaya. Seringkali susah bagi kita untuk melihat dengan “mata iman” kita bahwa Tuhan sudah menjawab doa kita. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.” (Markus 11 : 24). Penulis surat Ibrani menulis, “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” (Ibrani 11 : 1). Itulah iman! (Ginny)
Bila harus melihat bukti baru percaya, bukan iman namanya.

Rabu, 26 Maret 2008
TIDAK BISA SENDIRI
Yesaya 46 : 4
Ada satu tayangan di TV tentang perjuangan seorang ibu yang sudah tua dan anaknya yang buta mencari nafkah dengan berjualan sapu, menempuh perjalanan berkilo-kilo meter. Ibunya mendorong gerobak dan anaknya ada di dalam gerobak itu. Sang ibu kehujanan dan kepanasan sambil mendorong gerobak melewati jalan yang berbatu, mendaki dan menurun. Waktu anak itu ditanya bagaimana seandainya ibunya meninggal? Anak itu tidak bisa menjawab dan dia begitu sedih. “Saya tidak dapat hidup tanpa ibu.” Katanya. Allah begitu dekat kepada kita. Apakah kita mempunyai ketergantungan yang sama kepada Tuhan seperti anak itu dengan ibunya? Seharusnya ya! Anak itu tidak mampu karena matanya buta, tanpa Tuhan kita juga tidak dapat berbuat apa-apa. (FF)
Sadarkah bahwa kita sangat tergantung dengan Tuhan karena tidak bisa sendiri?

Kamis, 27 Maret 2008
MENINGGALKAN YANG JAHAT
II Timotius 2 : 19
Bacaan hari ini secara tegas mengatakan tiga hal. Pertama, bahwa dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan dimeteraikan. Sesuatu yang dimeteraikan berarti tidak dapat diganggu gugat, sangat kuat ikatannya, komitmennya. Kedua, dikatakan bahwa Allah mengenal milik-Nya. Jangan sembarangan kita mengaku sebagai milik-Nya, hamba-Nya, pertanyaannya apakah Allah mengenal kita? Mengakui kita sebagai milik-Nya? Yang ketiga, setiap orang yang menyebut nama-Nya hendaklah meninggalkan yang jahat. Jadi artinya, jangan kita berani-berani menyebut nama-Nya kalau kita masih bergelimang dalam kejahatan. Kita tahu apa yang Allah maksudkan dengan kejahatan. Daftar kejahatan yang tidak disukai Allah ada di Alkitab. Kalau kita tidak mau meninggalkan kejahatan, kita bukanlah milik Allah walaupun kita mengatakan ke seluruh dunia bahwa kita milik Allah. Allah punya kriteria, Dia punya persyaratan dan tidak semua yang menyebut nama Allah adalah anak-anak-Nya, adalah kepunyaan-Nya. Hati-hati! (cubs)
Kalau memang milik Tuhan, buktikan! Tinggalkan kejahatan!

Jumat, 28 Maret 2008
MENELADANI SIKAP KRISTUS
Lukas 22 : 24-30
Setiap orang yang mengaku dirinya murid Tuhan Yesus, harus meneladani apa yang Tuhan Yesus perbuat. Satu pernyataan yang luar biasa telah dinyatakan oleh Tuhan Yesus seperti yang dikatakan-Nya, ” Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Markus 10 : 45). Mengasihi tidak selalu memberi uang atau materi; mengasihi berarti memberi perhatian pada orang lain, serta menjaga agar sikap kita tidak membuat orang lain tersinggung. Tuhan Yesus sendiri tidak pernah meremehkan atau menolak orang yang membutuhkan pertolongan-Nya. Dia juga tidak pernah memandang rendah orang yang dalam kekurangan. Karena itu Tuhan Yesus berkata, ”Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.” (Lukas 6 : 31). Maka jelas sekali bila ada orang yang meremehkan orang lain, pasti dia orang yang tinggi hati. bila ada orang Kristen yang tinggi hati, perlu dipertanyakan apakah dia benar murid Tuhan Yesus? Ada satu contoh yang luar biasa yang tercatat dalam Perjanjian Lama, yaitu mengenai Yusuf. Yusuf sangat mempesona hati Potifar, sehingga segala miliknya diserahkan dalam kekuasaan Yusuf. Sebab ”Yusuf itu manis sikapnya”(Kejadian 39 : 6b). Sebagai hamba-hamba Allah, sebagai pemberita-pemberita Injil, kita harus bersikap manis. Bagaimana kita bisa memberitakan Injil dan menjadi saksi Kristus bila tidak mendapat simpati dari orang lain, karena sikap kita yang angkuh? Sering terjadi, memenangkan jiwa tidak dengan memberitakan Injil, tetapi dengan kasih, artinya kita tunjukkan bahwa kita memiliki sesuatu yang lebih baik dari mereka. (DBR)
Kristus adalah kasih dan kasih adalah memberi.

Sabtu, 29 Maret 2008
SEPERTI ANAK KECIL
Lukas 18 : 17
Waktu saya kecil saat yang paling menyenangkan adalah menunggu papa saya pulang dari kantor. Papa pulang kantor jam 17.00 dan saya selalu menunggu papa pulang. Waktu saya dengar suara langkah kakinya dari jauh saya segera berlari sambil berseru-seru, “Papa pulang! Papa pulang!”, kemudian papa akan menuntun saya masuk ke dalam rumah. Saya akan duduk di pangkuannya, bercerita atau mendengar cerita papa. Kami begitu gembira. Demikian juga Bapa di sorga rindu bersekutu dengan anak-anak-Nya. Beberapa kali Yesus mengumpamakan orang yang bisa masuk ke sorga adalah orang-orang yang seperti anak kecil, seperti saya yang gembira menyambut papa, tidak minta apa-apa selain bersekutu dengan papa, tulus, sepenuh hati dan tidak dibuat-buat. Tuhan juga senang yang seperti itu. (FF)
Anak kecil tidak bisa berpura-pura dan munafik.

Minggu, 30 Maret 2008

BUKAN DOSA-NYA
Matius 27 : 24
Yesus adalah Tuhan yang sangat setia. Ia setia melakukan tugas yang Bapa berikan kepada-Nya, untuk menjadi Penebus bagi manusia. Meskipun Ia tidak berdosa tapi Dia harus mati untuk menebus dosa. Ia disalib bukan karena Ia telah berbuat dosa tapi Ia disalib karena pelanggaran yang telah kita lakukan. Ia disiksa dengan cambuk yang berduri bukan karena pemberontakan-Nya, tapi karena pemberontakan kita kepada Tuhan. Ia dimahkotai duri bukan karena Ia telah melakukan kesalahan yang besar tapi karena kesalahan kita. Ketika Ia didakwa dengan bermacam-macam tuduhan yang berat, Dia diam saja, tidak membela diri. Yesus ingin mengajarkan kepada kita untuk berdiam diri ketika sedang mengalami masalah. Saat kita berdiam diri di tengah gelombang masalah maka kita akan menemukan kebenaran. Seperti dicontohkan Yesus, saat diperhadapkan kepada Pilatus dan Ia berdiam diri, Pilatus mendapati bahwa Ia tidak bersalah. Saat orang menuduh kita dengan tuduhan yang menyudutkan, hendaknya kita berdiam diri karena Tuhanlah Pembela kita. Ia yang akan membela kita. Jangan kita takut ketika banyak orang menyalahkan kita, serahkan saja pada Tuhan. (Giant)
Kebenaran lebih nyata tanpa pembelaan diri. Allah tahu dan membela yang benar.