1 Mar 2008

Minggu ke 2 Maret


BERDOA! ITU TUGAS KITA…
Yeremia 29 : 7 : “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.”
Firman Tuhan kepada bangsa Israel ini diucapkan ketika mereka dibuang ke Babel. Ketika itu bangsa Israel sangat merindukan untuk kembali ke Yerusalem, dan itu menyebabkan banyak nabi-nabi yang bernubuat palsu tentang kepulangan mereka. Tetapi lewat nabi Yeremia Tuhan memberitahukan, ”Sebab beginilah firman Tuhan: Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati janji-Ku itu kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini. Sebab Aku mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (Yeremia 29 : 10-11). Dan apa yang harus mereka lakukan? Mengusahakan kesejahteraan kota itu dan berdoa!
Bagi anak Tuhan tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan dalam hidup ini, Tuhan punya rencana bagi setiap kita. Bila kita ditempatkan di mana kita berada sekarang, itu adalah rencana Tuhan buat kita, walaupun mungkin kita tidak menyukainya. Apa yang harus kita lakukan? Firman Tuhan berkata, ”Usahakanlah kesejahteraan..., dan berdoalah..., sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.” Seringkali kita tidak menyadari hal ini, dan bukannya berdoa, kita malah mengomel, mengeluh dan bersungut-sungut.
Misalnya, bila kita dilahirkan dalam keluarga yang belum kenal Tuhan dan kemudian kita percaya kepada Yesus, kita menjadi anak Tuhan dan masuk dalam rencana Tuhan, maka firman Tuhan ini berlaku bagi kita. Mungkin kita mendapat tentangan dari keluarga dan dikucilkan karena iman kita. Bagaimana sikap kita? Jangan kita marah kepada mereka, mencela mereka karena tidak mau menerima Yesus, atau bahkan kita memberontak dan lari meninggalkan mereka. Tetapi kita harus menunjukkan buah Roh (kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri) dalam hidup kita dan berdoa untuk mereka agar merekapun dapat diselamatkan. Firman Tuhan berkata, ”Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.” (Kisah Para Rasul 16 : 31).
Bila kita bekerja di suatu tempat, apapun profesi kita, tugas kita sebagai anak Tuhan untuk berdoa bagi atasan (bos)/majikan dan perusahaan/tempat kita bekerja, karena kesejahteraannya adalah kesejahteraan kita juga. Jangan sebaliknya, kita mengomel dan bersungut-sungut karena atasan/majikan kita galak, cerewet (banyak tuntutan), pekerjaan yang berat, gaji yang kecil, dan sebagainya. Rasul Paulus menasihatkan, ”Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.” (Kolose 3 : 23-24).
Begitu juga, Tuhan mau kita berdoa bagi lingkungan, bangsa dan negara tempat kita tinggal. Rasul Paulus menulis dalam suratnya, ”Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan.” (I Timotius 2 : 1-2). Jangan kita ikut-ikutan mencela dan menjadi pengkritik pemerintah; ikut ber”demo” terhadap kebijakan pemerintah. Firman Tuhan berkata, ”Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya.” (Roma 13 : 1-2).
Di manapun Tuhan menempatkan kita, Tuhan mau kita berdoa bagi tempat itu. Itulah tugas kita sebagai anak Tuhan, agar kita menjadi berkat bagi semua orang di sekeliling kita. ”Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.” (I Timotius 2 : 3-4). Amin! (LH)
Senin, 3 Maret 2008
ALLAH TEMPAT PERLINDUNGAN KITA
Mazmur 31 : 5
Di tempat-tempat tertentu orang menangkap burung dan kelelawar dengan menggunakan jaring yang dipasang di antara dua tiang yang tinggi. Dengan sorakan dan pukulan pada kaleng-kaleng kosong, kelelawar dan burung itu digiring ke arah yang sudah ditentukan. Saat melewati tempat yang sudah ditentukan, orang yang sudah siap di tempat itu segera menarik jaring ke atas. Burung dan kelelawar yang tidak menyangka adanya jebakan tiba-tiba saja tersangkut jaring itu. Makin keras mereka berusaha menerobos, makin kuat jaring itu mencengkeram cakar mereka. Orang-orang itu lalu menurunkan jaringnya dan menangkap burung dan kelelawar itu beramai-ramai. Rupanya penulis kitab mazmur menyamakan jaring itu dengan perangkap Iblis yang dipasang untuk menjebak orang Kristen yang tidak waspada. Bentuk jaringnya bisa bermacam-macam, ada jaring godaan, jaring kebohongan, jaring kemunafikan, dan banyak lagi. Apapun jaring yang Iblis pakai sangat canggih, menggoda dan tampaknya tidak berbahaya. Namun sekali kita terperangkap jaring itu, hanya Allah yang sanggup menolong kita. Oleh sebab itu pemazmur melanjutkan doanya dengan ucapan, ”Engkaulah tempat perlindunganku.” Alangkah indahnya ayat ini! Jika Allah yang menjadi tempat perlindungan kita, jaring sekuat apapun tidak akan mampu menjerat kita. Jika kita sudah terjaring sekalipun, bila kita bertobat dan berpaling kepada Allah minta pengampunan, Allah menjadi tempat perlindungan yang tidak mengecewakan. Jika dengan iman kita bergantung sepenuhnya kepada Allah maka kita bisa terlepas dari jebakan Iblis. (Aping)
Hanya Allah tempat perlindungan dari jebakan Iblis secanggih apapun.

Selasa, 4 Maret 2008
JANGAN ANGGAP REMEH YANG KECIL
Lukas 16 : 10
Manusia selalu melihat yang besar, dan seringkali menganggap remeh hal-hal yang kecil. Padahal untuk menjadi besar, seringkali sesuatu harus dimulai dari yang kecil dulu. Orang-orang yang sukses dalam usaha seringkali memulainya dari sesuatu yang kecil. Yang diperlukan adalah ketekunan dan kerja keras. Tetapi sayang, banyak orang tidak mau berusaha dan bekerja keras, mereka mengharapkan sesuatu yang besar tanpa perlu bersusah payah. Yesus berkata, ”Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar.” Kalau kita bisa setia dalam perkara yang kecil, barulah Tuhan bisa mempercayakan perkara yang besar kepada kita.
Orang sering menganggap ada dosa hitam dan dosa putih; ada dosa besar dan ada dosa kecil. Tetapi bagi Tuhan, dosa tetap dosa! Tidak ada bedanya mencuri sedikit atau korupsi banyak, tidak ada bedanya berbohong (orang sering menganggapnya sebagai dosa kecil) atau membunuh (dianggap sebagai dosa besar). Yesus berkata, ”Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.” Jika kita tidak benar dalam masalah kecil seperti berkata jujur, kita tidak akan merasa bersalah untuk melakukan penipuan besar-besaran. Jika kita berani curang dalam pembukuan keuangan yang kecil, jangan heran jika suatu saat nanti kita akan berani untuk korupsi secara besar-besaran. Pelanggaran yang besar seringkali dimulai karena pelanggaran yang kecil dulu. Ketika kita melakukan dosa, hati nurani kita akan mengingatkan, itu adalah suara Roh Kudus. Tetapi jika berulang kali kita mengabaikan peringatan tersebut, lama-lama kita akan menjadi kebal dan tidak lagi merasa bersalah jika berbuat dosa. Saat kita melanggar firman Tuhan dan tidak merasa bersalah, itu adalah ”lampu kuning”, waktunya bagi kita untuk introspeksi. Bertobatlah sebelum terlambat! (Ginny)
Sesuatu yang besar awalnya adalah kecil.
Rabu, 5 Maret 2008
PENGORBANAN
Yohanes 3 : 16
Kami bukanlah keluarga yang berkecukupan, waktu kecil seringkali kami makan bersama dengan lauk secukupnya. Mama selalu berkorban untuk anak-anaknya. Kami makan dulu, dan kalau mama ditanya kenapa tidak makan, mama selalu menjawab sudah kenyang, padahal mama belum makan. Setiap kali ada makanan enak pemberian orang, mama selalu mendahulukan anak-anaknya. Bahkan sampai kami dewasa, mama tetap mendahulukan kepentingan anak-anaknya. Bukankah kasih Allah lebih dari pada itu? Allah demikian mengasihi kita dengan kasih-Nya yang mulia. (FF)
Tidak ada pengorbanan tanpa kerugian dan kesakitan.

Kamis, 6 Maret 2008
NADA YANG PAS
I Tawarikh 5 : 19-21
Setiap orang yang mau memainkan alat musik, harus menyetel alatnya dulu sehingga pas untuk dimainkan. Bila tidak maka musik yang dimainkan tidak enak didengar. Bacaan hari ini dengan tepat sekali menggambarkan penyetelan yang harus dilakukan oleh para pemain musik. Hasilnya adalah tabut Allah dibawa ke Yerusalem diiringi orkestra yang indah dan penari-penari yang begitu senang karena musiknya sinkron. Begitu juga bila kita mau mengikut Yesus. Untuk dapat memuliakan Tuhan, maka kita masing-masing harus menyetel diri kita sendiri dengan pas dan bersatu dengan yang lain untuk menghasilkan sesuatu yang indah dan berkenan kepada Tuhan. Bila ada satu saja yang tidak pas, maka semuanya akan rusak dan Tuhan tidak dipermuliakan. Kita tidak bisa main sendiri. Kita butuh kolega, kita butuh orang lain. Mari kita saling menyetel diri dengan membuang semua yang tidak baik sehingga bersama-sama bisa menghasilkan karya yang indah untuk Tuhan Yesus. (cubs)
Karya yang indah hanya bisa dihasilkan dengan nada yang pas.

Jumat, 7 Maret 2008
HANYA DI MATA TUHAN
Matius 6 : 1-8, 16-18
Ada sesuatu yang khas bagi mereka yang menjelang tua, mereka kehilangan menjadi seorang yang menonjol dan dalam posisi sebagai orang yang berwibawa (post power syndrome). Demikian juga bagi mereka yang selalu menjadi pusat perhatian, mereka menghilang dan menjadi bayangan saja, menjadi tidak dikenal atau tidak diketahui namanya lagi. Keadaan seperti ini sebenarnya baik juga untuk menenangkan diri. Hanya biasanya orang menjadi sulit menghadapi masyarakat, karena mereka akan bertanya-tanya, apakah mereka masih berpengaruh? Mereka akan berpikir apakah keadaan mereka masih berharga atau sudah usang. Dalam hal inilah terletak bahaya: kita ingin dikenal manusia tapi kehilangan perkenanan Allah. Inilah sebuah ujian untuk persembahan, doa-doa dan pelayanan mereka. Apa semua itu dilakukan hanya untuk perkenanan Allah? Jika begitu seharusnya kita tidak usah takut, biarpun dilupakan manusia tetapi mendapat pengakuan dan penghargaan dari Bapa di sorga. Tiga kali Tuhan Yesus mengulangi kata-kata ini kepada murid-murid-Nya, ”Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” (ayat 4, 6, 18). Ini adalah kepastian buat kita juga. Setiap pemberian yang tidak terlihat berupa waktu, energi, kasih; setiap permohonan yang kita sampaikan kepada Bapa; setiap rahasia, pergumulan melawan dosa, akan dihargai oleh-Nya pada waktunya. Pada akhirnya terdengarlah, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba-Ku yang baik dan setia...” (Matius 25 : 21). Dan hanya itulah yang terpenting! (DBR)
Hanya di mata Tuhan penilaian terakhir: berharga atau tidak.

Sabtu, 8 Maret 2008
EKONOMINYA ALLAH
Amsal 11 : 24
Seorang yang pelit sekali suatu hari sedang berjalan bersama sahabatnya di suatu hutan dan tiba-tiba dia terperosok ke dalam lubang yang lumayan dalam. Sahabatnya mencoba untuk menariknya keluar, ia berkata, ”Berikan tanganmu.” Tetapi orang pelit tadi tidak mau, karena dia pikir dia harus memberi tangannya. Sahabatnya tidak kurang akal dan berkata, “Ayo, ambil tangan saya!” Langsung orang pelit itu mengambil tangan sahabatnya sehingga dapat ditarik keluar dari lubang itu. Kita juga sering tidak dapat memberi, karena merasa apabila kita memberi, apa yang ada pada kita menjadi berkurang. Ini merupakan prinsip dunia. Tapi apa yang firman Tuhan katakan? “Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan.” (FF)
Berilah maka kamu akan diberi. Itu caranya Tuhan.
Minggu, 9 Maret 2008
MEMBERI YANG TERBAIK
Kejadian 22 : 1-19
Satu hal yang sering sulit untuk kita lakukan adalah memberikan yang terbaik dari yang kita miliki. Hal ini juga pernah dialami oleh Abraham. Allah minta Ishak, anak yang dikasihinya itu, untuk dikorbankan. Ini adalah permintaan yang sulit buat Abraham. Dia mau melakukannya karena Abraham mau memberi yang terbaik buat Tuhan. Karena ketaatan Abraham ini maka ia mendapat kasih karunia dari Allah. Allah sebenarnya hendak menguji seberapa besar kasih Abraham kepada Allah. Ternyata kasih Abraham kepada Allah jauh lebih besar dari segala sesuatu yang dimilikinya. Apakah kita sekarang ini memiliki kasih yang besar kepada Tuhan sama seperti Abraham? Seandainya Allah meminta kita untuk mempersembahkan sesuatu yang paling kita sayangi, apakah kita mau memberikannya? Bila kita mengasihi Tuhan lebih dari apapun yang kita miliki, kita pasti akan memberikan semua yang Tuhan minta meski itu sangat berharga dan sangat kita sayangi. (Giant)
Allah telah memberi kita yang terbaik, masa kita tidak?