16 May 2008

Minggu ke 3 May

PERJALANAN HIDUP

Pada mulanya, aku berpikir tentang Allah sebagai pengamat yang mengamat-amatiku sepanjang hari. Juga sebagai seorang hakim yang terus-menerus mengikutiku, mencatat segala kesalahanku dan menghakimiku pantas masuk sorga atau neraka. Juga sebagai seorang presiden, jika aku melihat fotonya aku akan segera mengenalinya. Sesungguhnya aku tidak mengenal-Nya. Tetapi sesudah aku bertemu dan mengenal-Nya, hidupku berubah. Perjalanan hidup menjadi seumpama aku berkendaraan sepeda; tetapi sepeda ”tandem”, sepeda yang dikendarai oleh dua orang. Satu tempat duduk ada di belakang dengan dua pemijak kaki dan temanku duduk di belakangku.
Sungguh, sesudah Dia berkendaraan bersamaku, hidupku jadi lain. Dulu jika aku ber’sepeda’ sendirian, aku tahu jalan-jalanku. Sebetulnya, jalan-jalan itu membosankan, tetapi setidaknya aku tahu jalan-jalanku. Adakalanya aku dapat mengambil jalan pintas, supaya cepat sampai di tujuan. Setelah Ia mengambil alih kemudiku, Ia tahu jalan-jalan yang menyukakanku. Ia mengajakku naik gunung, melalui jalan terjal dengan cepat, mengambil tikungan tajam dengan aman. Aku hanya dapat berpegangan dengan erat, supaya aku tidak jatuh. Jika aku takut dan mohon pada-Nya untuk menghentikan perjalanan ini, Ia hanya berkata, ”Terus mengayuh.”. Aku kuatir dan bertanya, ”Ke mana Engkau akan membawa aku?”. Ia tidak menjawab, hanya tersenyum padaku. Jika aku mengatakan, ”Aku takut!”, Ia hanya memegang tanganku. Ia pertemukan aku dengan orang-orang yang Ia beri karunia-Nya, karunia kesembuhan dan mereka menerimaku dalam kelompoknya, memberiku sukacita. Mereka memberiku hadiah berupa karunia yang mereka miliki untuk dibawa dalam perjalanan bersama-Nya.
Dalam perjalanan, Ia berkata, ”Apa yang sudah kau peroleh sebagai karunia, berilah kepada orang lain. Untuk membawanya pada perjalanan kita seterusnya memberatkan saja.” Kuikuti perintah-Nya, kuberikan karunia itu kepada mereka yang kutemukan sepanjang perjalananku. Lalu aku mengerti bahwa dengan memberi aku menerima lebih banyak lagi, tetapi tetap saja bawaanku terasa enteng.
Pada mulanya aku tidak percaya untuk menyerahkan perjalananku kepada-Nya. Aku sangka Ia akan mengacaukan perjalanan hidupku. Ternyata Ia tahu menghalau tikungan-tikungan tajam di perjalanan. Ia dapat membawaku untuk melompat tebing dan batu-batu besar dan menerbangkan aku melalui perjalanan yang menakutkan. Aku belajar untuk tidak bertanya-tanya lagi jika melalui jalan-jalan yang aku tidak kenal. Aku melihat pemandangan-pemandangan yang sangat indah dan merasakan angin sepoi-sepoi mengusap wajahku. Aku mulai menikmati perjalananku bersama Temanku yang setia, yang aku suka, yaitu sahabatku Yesus Kristus. Dan jika aku sudah lelah dan ingin berhenti, Ia hanya tersenyum dan berkata, ”Berpijak saja dan terus berjalan, Aku ada di depanmu.” (DBR)

Senin, 19 Mei 2008
MERDEKA
Yohanes 8 : 30-36
Yesus berkata, ”Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (ayat 31-32). Tetapi kenyataannya, banyak anak Tuhan yang belum benar-benar merdeka. Merdeka artinya bebas, tidak dikuasai oleh apapun dan siapapun. Banyak orang sudah menjadi orang Kristen, tetapi mereka masih dikuasai oleh ketakutan, kekuatiran, kemarahan, dendam, kepahitan, uang, harta dan sebagainya; itu artinya mereka belum merdeka. Mengapa demikian? Karena mereka belum benar-benar tinggal dalam kebenaran firman Tuhan.
Dalam Injil Yohanes, Yesus berkata, ”Akulah jalan dan kebenaran dan hidup...” (Yohanes 14 : 6). Bila Yesus hidup di dalam kita, seharusnya kita menjalani kebenaran firman Tuhan itu dalam hidup kita. Misalnya, firman Tuhan mengajar kita untuk mengampuni, untuk saling mengasihi, untuk tidak kuatir, untuk percaya; selama kita belum menjalaninya, firman itu belum menjadi kebenaran dalam hidup kita. Selama kita masih memegang kebenaran kita sendiri yang dikuasai oleh ego kita, misalnya kita tidak mau mengampuni, tidak mau mengasihi, tidak mau percaya dan menyerahkan kekuatiran kita kepada Tuhan, kita tidak akan mengalami kemerdekaan seperti yang Yesus katakan.
Yesus berkata, ”Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka.” (ayat 36). Itu adalah janji yang Yesus berikan. Tapi bagaimana caranya supaya kita benar-benar merdeka? Kita harus tetap tinggal dalam Yesus dan menjalani kebenaran firman Tuhan dalam hidup kita. (Ginny)
Ingin merdeka? Jalani kebenaran firman Tuhan!

Selasa, 20 Mei 2008
BARU SETIAP HARI
Ratapan 3 : 22-23
Mungkin kita sudah berbuat sesuatu pada minggu lalu atau bulan lalu yang membuat kita merasa tidak enak di hati, tetapi ada berita baik, kita tidak usah membawa beban kita seterusnya. Itu adalah sebagian dari firman yang berkata bahwa kasih rahmat Allah baru setiap pagi. Kasih rahmat dan pengampunan tersedia bagi kita setiap hari. Pengasihan-Nya tak pernah lalai. Itu berarti secepatnya kita memanggil-Nya dan mohon ampun merubah hidup kita, begitu pula Tuhan segera akan mencurahkan kasih dan pengampunan-Nya. Bukalah hati kita dan terimalah, kita dapat mulai dengan hidup baru setiap hari. Apakah kita merasa bahwa ada sesuatu yang tidak benar antara kita dengan Tuhan? Berdiam dirilah sejenak, panggil Tuhan dan mohon kesetiaan-Nya, mohon pengampunan-Nya dan pengasihan-Nya. Jangan menyia-nyiakan waktu lagi. Mohon kesegaran dan perbaikan untuk jiwa kita. Pujilah Dia dan berterima kasih untuk apa yang Ia sudah lakukan dalam hidup kita dan bersukacita untuk hidup baru yang diberikan. (DBR)
Bersama Tuhan tidak ada yang lama, setiap hari pasti baru!

Rabu, 21 Mei 2008
DIAM ADALAH EMAS
Amsal 10 : 19
Banyak orang sering tidak menyadari bahwa perkataan mereka memberitahu siapa mereka sebenarnya. Juga bahwa perkataan adalah satu cara untuk menyiksa orang! Mengerikan sekali bukan? Yakobus bahkan berkata bahwa lidah yang digunakan untuk berkata-kata adalah seperti api yang dapat membakar hutan. Banyak pertengkaran, kesalahpahaman yang diakibatkan dari kata-kata yang diucapkan. Betapa bersyukurnya kita bahwa Tuhan hanya memberikan satu mulut dan satu lidah saja kepada kita. Kalau satu saja dampaknya sudah begitu hebat, bagaimana kalau dua atau lebih? Bacaan hari ini berkata bahwa siapa yang menahan bibirnya dikatakan berakal budi! Mari kita belajar untuk berpikir dahulu sebelum berkata-kata, karena ingat, Tuhan memberi dua telinga dan satu mulut, Dia mau kita lebih banyak mendengar dari bicara! Diam adalah emas, jangan bicara kalau tidak perlu. (cubs)
Kalau kita diam, Tuhan bicara dan itu jauh lebih berguna!

Kamis, 22 Mei 2008
BERGEMBIRA KARENA TUHAN
Mazmur 37 : 4
Bagaimana saya bisa bergembira di dalam masalah saya? Saya pernah mengucapkan hal ini waktu membaca firman Tuhan. Bergembira atau tidak adalah suatu pilihan. Apakah kita mau mengikuti firman Tuhan atau tidak adalah suatu pilihan. Memang berat, di waktu mengalami masalah bagaimana bisa bergembira. Tetapi firman Tuhan ya dan amin. Dia tidak pernah ingkar dari janji-Nya untuk memberi apa yang kita minta bila kita melekat kepada-Nya. Firman-Nya berkata bahwa “yang mencari akan mendapat…”. Saya melihat apa yang diinginkan hati saya bahkan yang kelihatan sepele diberikan oleh Tuhan. Suatu hari saya menginginkan kue muffin yang saya lihat di mal. Waktu ke rumah kakak saya, tetangganya memberikan muffin persis seperti yang saya mau, dan keluarga kakak saya tidak suka kue muffin tersebut, jadi muffin tersebut seluruhnya untuk saya. Puji Tuhan! Marilah kita selalu bergembira karena kita punya Tuhan yang sangat baik dan selalu memenuhi kebutuhan kita. (FF)
Hati yang gembira adalah obat, apalagi gembira karena Tuhan baik!

Jumat, 23 Mei 2008
SAKITNYA HATI INI
Mazmur 109 : 1-31
Masih ingatkah Anda dengan lagu yang berbunyi, ”Lebih baik sakit gigi dari pada sakit hati”? Penulis lagu ini sadar benar perasaan yang tidak enak bila sakit hati, rasanya lebih dari sakit gigi. Oleh sebab itu meskipun sakit gigi rasanya tidak enak, tapi ia tetap memilih sakit gigi dari pada sakit hati. Salah satu faktor yang dapat membuat kita sakit hati adalah difitnah orang. Pasti Anda pernah mengalami difitnah orang. Bagaimana rasanya, sakit sekali bukan? Mungkin gara-gara fitnah itu Anda sangat benci kepada orang yang memfitnah Anda. Ketika Anda bertemu dengan orang itu Anda pasti rasanya ingin menghajar dia. Tapi hari ini renungan kita ingin mengajarkan pada kita bagaimana mengatasi rasa sakit hati karena fitnah. Pertama, kita harus datang kepada Tuhan melalui doa, minta agar Dia memberikan hati yang mau mengampuni. Hanya Tuhan yang dapat membalut luka hati kita. Ia yang akan menyembuhkan sakit hati kita. Kedua, minta agar Tuhan membela diri kita (ayat 21). Ketiga, doakan orang yang memfitnah Anda agar Tuhan mengampuni kesalahannya (ayat 4). Hanya dengan cara inilah maka Anda akan dapat mengatasi rasa sakit hati. (Giant)
Sakit hati hanya dapat disembuhkan oleh darah Yesus.

Sabtu, 24 Mei 2008
PELUPA TAPI PENDENDAM?
Matius 18 : 21-35
Kata orang, sifat manusia adalah pelupa. Kita seringkali lupa akan kasih yang kita terima, akan kebaikan dan pertolongan yang orang berikan kepada kita. Kita sering melupakan banyak hal-hal yang baik, tetapi anehnya terhadap hal-hal yang tidak baik kita cenderung mengingat terus. Kita seringkali tidak bisa lupa perbuatan orang yang membuat kita sakit hati. Kita sering menyimpan kemarahan dan kepahitan sampai bertahun-tahun dan tidak mau melupakannya, bahkan kalau bisa dibawa sampai mati. Padahal kita mengaku sebagai anak Tuhan! Apakah sifat Bapa seperti itu? Pemazmur berkata, ”Jika Engkau, ya Tuhan, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang.” (Mazmur 130 : 3-4). Tuhan kita adalah Tuhan yang mengampuni, Dia tidak mengingat-ingat kesalahan. Dia menjauhkan pelanggaran kita sejauh timur dari barat. Tetapi untuk setiap perbuatan yang kita lakukan bagi Dia, Tuhan mencatat dan tidak melupakannya. Dia memberi upah bagi setiap jerih lelah kita (I Korintus 15 : 58).
Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Rasul Paulus menulis, ”Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” (Filipi 4 : 8). Sebagai anak Tuhan, mari kita belajar untuk mengingat hal-hal yang baik dan menjadi ”pelupa” terhadap hal-hal yang buruk, jangan sebaliknya. Lepaskan pengampunan bagi orang yang telah menyakiti hati kita, lupakan segala kemarahan, kekecewaan, kepahitan, jangan disimpan terus dalam hati. Coba pikir, bagaimana kalau Tuhan terus mengingat dan mencatat setiap kesalahan yang kita perbuat? Apa jadinya kita? Tetapi Tuhan tidak begitu, Dia mengampuni segala kesalahan dan dosa kita. Kalau begitu, tidakkah kita mau mengampuni kesalahan sesama kita? (Ginny)
Biarlah kita menjadi pelupa terhadap hal-hal yang buruk, bukan yang baik.
Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik.

Minggu, 25 Mei 2008
PERCAYA DIRI
Lukas 19 : 1-10
Kisah Zakheus adalah cerita yang menarik menurut saya. Pada suatu hari Tuhan Yesus masuk kota Yerikho dikelilingi kerumunan banyak orang yang ingin melihat-Nya, Ia yang mereka sebut “yang membuat keajaiban”. Ada satu orang yang tidak berada di tengah-tengah kerumunan tersebut, orang itu adalah Zakheus. Karena tubuhnya pendek ia tidak dapat melihat Tuhan Yesus, oleh karena itu ia naik ke atas sebuah pohon dan menunggu Tuhan Yesus lewat. Zakheus adalah seorang Yahudi yang berpengaruh dalam pemerintahan Romawi sebagai pemungut cukai, tetapi bangsanya orang-orang Yahudi tidak menyukainya karena ia bekerja untuk Romawi. Orang bertubuh pendek ini menjadi pemungut pajak dengan harapan menjadi kaya karena ia dapat memungut lebih dari yang ditentukan. Dengan menjadi kaya ia berharap dapat kuasa dan kekuasaan memberi kepadanya percaya diri. Mengapa pada hari itu ia sangat ingin melihat Yesus? Untuk meminta uang pajak? Tidak, ia hanya ingin punya percaya diri lebih besar yang ia tahu hanya bisa didapat dalam Yesus. Hanya Tuhan Yesus yang dapat memberi kepuasan itu. Uang, kuasa dan apapun juga tidak dapat memberi percaya diri yang besar selain jika kita mencari dan menyerahkan diri ke dalam tangan Tuhan. Itu yang dicari Zakheus dengan naik ke atas pohon untuk dapat melihat Tuhan Yesus. Dari atas sanalah ia dapat melihat Tuhannya. (DBR)
Percaya diri sejati hanya didapat dalam Yesus.