13 Mar 2008

MINGGU KE 4


ANAK YANG HILANG
Dalam Lukas 15 : 11-32 Yesus memberi perumpamaan tentang anak yang hilang. Dalam hidup, ternyata banyak sekali orang yang bersikap seperti anak bungsu ini, tidak bisa menghargai apa yang dimiliki sampai setelah kehilangan, barulah menyadari betapa berharganya apa yang pernah mereka miliki itu. Anak bungsu berada dalam rumah bapa dengan segala fasilitas dan kecukupannya, tetapi tentunya sebagai anak ia juga memiliki tugas dan kewajiban, serta peraturan dan disiplin yang harus dituruti. Dan ternyata ia “memberontak” dengan meminta harta bagiannya untuk kemudian pergi mencari kebebasan dan kesenangan. Ketika segala miliknya habis dan jatuh miskin, sampai untuk mengisi perut dengan ampas makanan babi pun tidak didapatnya, barulah ia menyadari betapa berharga apa yang dimilikinya dulu.
Seringkali kita sebagai anak Tuhan juga bersikap seperti anak bungsu ini, bukan? Kita berada dalam rumah Bapa dengan segala anugerah-Nya, dengan segala berkat yang Tuhan berikan. Tapi kita ”memberontak” dan lari dari Tuhan karena tidak suka kepada tugas, peraturan dan disiplin yang ada di rumah Bapa. Kita tidak mau taat kepada kehendak Tuhan, dan lebih suka mengikuti keinginan kita sendiri. Kita tidak suka kepada peraturan firman Tuhan yang terlalu mengikat dan ’lari’ untuk mencari kebebasan dengan berbuat semaunya. Kita tidak sadar betapa berharganya anugerah yang Tuhan berikan. Jangan sampai kita menyia-nyiakan anugerah itu dan baru sadar setelah kehilangan. Bila hal itu terjadi saat ini, masih ada kesempatan bagi kita untuk kembali. Sama seperti bapa menanti kepulangan anak bungsu tersebut, Tuhan masih menantikan kita untuk datang kepada-Nya. Jangan menunggu lagi, mari datang kepada-Nya, bertobatlah sekarang!
Kalau cerita anak yang hilang ini hanya tentang anak bungsu, tentu cerita ini akan berakhir sampai ayat 24 saja. Tetapi selanjutnya Yesus bercerita tentang anak yang sulung, anak yang tinggal dalam rumah bersama bapanya. Ketika mendengar bahwa bapa menyambut kepulangan adiknya, bahkan mengadakan pesta, anak sulung ini marah dan tidak mau masuk rumah. Ia merasa telah melayani bapanya dan tidak pernah melanggar perintah, tapi bapa tidak menghargai apa yang ia lakukan dan tidak pernah memberikan bahkan seekor anak kambingpun kepadanya. Tetapi bapa berkata bahwa ”segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu” (ayat 31). Anak sulung ini juga tidak sadar akan anugerah yang dia miliki. Artinya, secara fisik dia ada terus di rumah, tidak pernah minggat, tetapi secara mental ”hilang” juga. Ternyata banyak anak Tuhan pun sering bersikap seperti anak sulung ini, ”hilang” dalam rumah Bapa. Kita merasa telah melayani Tuhan, telah menuruti firman Tuhan, tapi ternyata kita tidak mendapat imbalan yang pantas, pekerjaan kita tidak dihargai, kita tidak dipandang, kita merasa disia-siakan, kita cemburu kepada orang yang kita lihat mendapat perhargaan lebih dari kita, kita iri melihat orang lain lebih sukses dari diri kita. Kita marah kepada Tuhan yang sepertinya tidak adil kepada kita. Seberapa sering kita ”ngambek” kepada Tuhan seperti anak sulung ini? Kita tidak sadar betapa besar anugerah yang telah Tuhan berikan kepada kita, betapa berharganya kasih karunia yang kita miliki. Sadarlah, jangan hitung-hitungan dengan Tuhan!
Hari ini, mari introspeksi diri, adakah kita bersikap seperti anak bungsu atau anak sulung dalam perumpamaan Yesus ini? Jangan kita menjadi “anak yang hilang”, yang tidak bisa menghargai apa yang kita miliki. Rasul Paulus berkata, ”Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima.” (II Korintus 6 : 1). Jangan anggap remeh kasih karunia Tuhan! (LH)


Senin, 17 Maret 2008
DOKTER DI ATAS SEGALA DOKTER
Yeremia 17 : 14; Yesaya 57 : 18
Ada bidat yang melarang anggotanya untuk berobat atau menjalani transfusi darah. Mereka berpendapat bahwa tindakan itu tidak beriman, padahal kita tahu penyembuhan adalah hak prerogatif Allah. Dia jelas bisa menyembuhkan, tetapi apakah Dia mau menyembuhkan seseorang atau tidak, itu hak prerogatif Allah sepenuhnya. Di samping itu Allah bisa menggunakan orang lain untuk menyembuhkan kita, misalnya dokter dan tenaga medis lain. Satu hal yang perlu kita ingat, dengan cara apapun kita disembuhkan, kemuliaan tetap harus diberikan kepada Dia. Pemazmur pun ketika sakit berseru dengan suara nyaring, ”Oh Tuhan, sembuhkanlah aku, karena tulangku begitu sakit.” dan lagi, ”Sembuhkan jiwaku, karena aku telah berdosa kepadamu.”. Betapa menghiburnya jika kita menyadari bahwa di dalam pribadi Yesus ”berdiam segala kepenuhan Allah”. Datanglah kepada-Nya dengan segala kelemahan kita dan jadilah sembuh. Tidak ada yang bisa menghalangi kuasa kesembuhan-Nya bagi kita. (Aping) Tuhanlah yang menuntun dan memberi hikmat kepada dokter. Dari Dialah kesembuhan kita.

Selasa, 18 Maret 2008
SUDAH BERBUAHKAH ANDA?
Lukas 13 : 6-9
Dalam bacaan hari ini Yesus memberi perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah. Pemilik kebun anggur mencari buah pada pohon ara, tetapi ia tidak menemukannya. Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu, ”Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!” (ayat 7). Jawab orang itu, ”Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!” (ayat 9).
Sebagai anak Tuhan, kita dituntut untuk berbuah. Yohanes Pembaptis berkata kepada orang-orang yang datang kepadanya, ”Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan. ... Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, akan ditebang dan dibuang ke dalam api.” (Lukas 3 : 8-9). Banyak orang berpikir cukup hanya dengan percaya kepada Yesus, asal sudah selamat tidak usah berbuat apa-apa lagi. Tetapi Yesus berkata, ”Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, ...” (Yohanes 15 : 16).
Apakah hidup kita sudah berbuah bagi Tuhan, buah yang sesuai dengan pertobatan, yaitu hidup yang berubah dari kehidupan yang lama, hidup yang sesuai dengan firman Tuhan? Buah yang mencerminkan karakter Yesus, yaitu buah Roh (Galatia 5 : 22-23)? Adakah hidup kita sudah memberi buah (menjadi berkat) bagi orang lain? Hari ini, mari introspeksi diri kita! Tuhan masih memberikan kesempatan kepada kita, tetapi waktunya terbatas. Sama seperti pohon ara itu yang diberi kesempatan satu tahun lagi, bila tetap tidak berbuah, ia akan ditebang. (Ginny)
Tuhan mau kita berbuah bagi-Nya.

Rabu, 19 Maret 2008
GELOMBANG DATANG!
I Korintus 10 : 4
Ada satu kisah, sebuah keluarga mau pergi berlayar, pindah dari tempat tinggal mereka ke suatu pulau di seberang untuk mendapatkan hidup yang lebih baik. Mereka melihat gelombang begitu besar dan menjadi tawar hati untuk mulai perjalanan. Gelombang besar itu mengejar mereka dan mereka segera berlindung pada sebuah batu karang yang menaungi mereka. Pada waktu ombak menerjang. Mereka tidak gentar dan tidak basah. Karena mereka berlindung pada batu karang yang kokoh berdiri menghadang ombak. Setelah gelombang itu reda, mereka baru mulai perjalanan berlayar. Tahun ini awal tahun yang baru, begitu memasuki tahun baru banyak bencana alam dan ketidakpastian. Hidup yang semakin sulit, biaya semakin tinggi, seakan-akan kita tidak tahu bagaimana hidup selanjutnya. Waktu memasuki awal tahun mungkin beberapa di antara kita bertanya-tanya, akankah tahun ini lebih baik dari kemarin? Mungkin beberapa di antara kita menjadi takut. Tapi kalau kita berlindung pada batu karang yang teguh yaitu Tuhan Yesus, kita tidak akan takut lagi. (FF)
Gelombang boleh datang, tapi kita aman bersama Yesus.

Kamis, 20 Maret 2008
BERBALIK KEPADA TUHAN
Hosea 6 : 1-3
Sebagai orang Kristen belum tentu kita selalu percaya dan setia kepada Tuhan. Tuhan selalu setia, tetapi kita belum tentu. Berapa banyak orang Kristen yang murtad? Berapa banyak orang Kristen yang tidak taat kepada Tuhan? Berapa banyak orang Kristen yang lebih takut kepada manusia dari pada kepada Tuhan? Berapa banyak orang Kristen yang menyembah berhala? Perumpamaan anak hilang dalam Lukas 15 jelas sekali menggambarkan orang Kristen yang adalah anak, setelah menerima warisan (= karunia, mujizat pelayanan) kemudian meninggalkan rumah Bapanya untuk berfoya-foya. Firman hari ini adalah bagian dari apa yang sebenarnya Tuhan rasakan atas kelakuan orang Kristen. Hosea adalah seorang nabi yang disuruh Tuhan untuk mengambil seorang pelacur menjadi istrinya. Setelah beberapa waktu menjadi istri, dia kembali lagi menjadi pelacur sehingga Hosea harus pergi menjemput kembali dari tempat pelacuran. Itulah yang dirasakan dan harus dilakukan Tuhan. Kita orang Kristen yang adalah mempelai wanita-Nya Tuhan, juga seperti istri Hosea, senang melakukan pelacuran. Maaf, yang dimaksud di sini adalah secara rohani. Mari kita jujur kepada diri sendiri. Periksalah diri kita sendiri, tidak usah melihat orang lain, apakah kita masih senang melacur? Apakah kita masih lebih memperhatikan suami/istri, anak, harta benda, pekerjaan, pelayanan dari pada memperhatikan Tuhan? Bila ya, mari seperti firman hari ini (ayat 1) kita kembali kepada ‘suami’ kita yang sejati, yang setia dan baik hati, yaitu Yesus. Bagaimana caranya? Lakukanlah ayat 3. (cubs)
Tersesat? Berbaliklah, Dia selalu menunggumu dengan tangan terbuka.

Jumat, 21 Maret 2008
KEKUATAN DOSA
Roma 7 : 14-25
Pada suatu hari aku makan siang dengan teman sepelayanan. Sesudah berbasa-basi kami membicarakan seorang teman kami yang adalah hamba Tuhan yang gagal bersikap moral baik. Sesudah kami mengutarakan kesedihan kami tentang kejatuhan teman baik kami itu, aku bertanya, ”Bagaimana mungkin teman kita bisa jatuh sedangkan ia adalah seorang yang pintar, cerdas, hamba Tuhan yang baik dan terkenal? Apakah ia belum tahu hukum-hukum Allah, atau ia berpura-pura tidak tahu dan ia pikir bisa lolos dari akibat perbuatannya?” Temanku menjawab tanpa berpikir panjang, ”Dosa memang membuat kita menjadi bodoh dan dungu.” Inilah suatu jawaban yang lantang dari temanku yang membuatku tersentak dan berpikir. Bertahun-tahun pemikiran itu ada dalam benakku dan aku mengakui kebenarannya. Jika begitu, bagaimana kita dapat menjelaskan perbuatan dosa Daud, raja pilihan Allah sendiri yang melakukan dosa perzinahan dan pembunuhan, atau tindakan Simson yang sembrono, atau penyangkalan Petrus terhadap Tuhan Yesus? Kita adalah manusia penuh kesalahan, tidak sempurna, dan tidak kebal atas kebodohan di dalam pemikiran yang tidak dapat membedakan antara dosa dan kesalahan. Jika kita ingin dapat menguasai dosa, hanya dengan bersandar pada kekuatan hikmat Kristus. Hanya karunia Tuhan yang dapat menguatkan hati dan pikiran kita, sehingga kita dapat mengatasi kecenderungan untuk melakukan dosa yang akan membuat kita menjadi bodoh. Roh Allah adalah kekuatan kita. Jangan biarkan dosa mematahkan hubungan kita dengan-Nya. (DBR)
Kekuatan dosa hanya dapat dipatahkan dengan ketaatan kepada Tuhan.

Sabtu, 22 Maret 2008
ALLAH SELALU MENUNTUN
Yesaya 41 : 10
Papa saya mengalami stroke dua kali. Waktu stroke pertama kali, kakinya lumpuh sebelah dan dia harus menyeret kakinya kalau berjalan. Papa masih tetap bekerja, dia adalah orang yang berkemauan keras. Saya ingat waktu itu saya kelas 2 dan hari itu saya mengambil rapor di sekolah bersama papa. Jarak rumah kami dengan sekolah cukup dekat, dan kami berjalan kaki. Papa menuntun saya, saya merasa aman di dalam genggaman tangannya. Setiap tahun saya selalu mendapat juara di sekolah, dan saya berdebar-debar juara berapa yang saya dapatkan. Papa menguatkan saya. Waktu melihat rapor, saya juara 3. Saat itu saya merasa kecewa, karena saya selalu mendapat juara 1. Tapi papa menguatkan saya, katanya, “Juara atau tidak juara kamu tetap anak papa, dan papa bangga terhadap kamu.”. Pengalaman indah ini mengingatkan hubungan kita dengan Bapa di sorga. Walaupun sering kita jatuh dan tidak berjalan dalam kehendak Bapa, Allah akan tetap memegang tangan kita, dan bersama Dia kita selalu aman. (FF) Jadilah anak Allah supaya Tangan-Nya selalu menuntun kita.

Minggu, 23 Maret 2008
PAGI YANG MENGHEBOHKAN
Matius 28 : 1-10
Waktu itu hari masih gelap, dua orang wanita datang ke kuburan. Mereka berjalan dengan muka muram karena orang yang dikasihinya telah tiada. Saat mereka sampai di kubur Yesus, mereka terkejut karena jenazah Yesus tidak mereka temukan. Tubuh yang terbaring itu tidak ada di tempatnya. Di tengah kebingungan itu mereka berjumpa dengan malaikat Tuhan. Malaikat itu memberitahu bahwa Yesus telah bangkit dari kematian, Ia telah menang dari maut. Mendengar berita itu maka bersukacitalah mereka dan kemudian memberitakan kabar baik itu kepada murid-murid yang lain, yang saat itu dalam ketakutan paska kematian Yesus. Kebangkitan Yesus adalah kemenangan-Nya atas maut. Ia telah selesai dengan sempurna melaksanakan tugas yang diberikan Bapa kepada-Nya. Dengan kebangkitan-Nya dosa-dosa kitapun telah ditebus. Kita sekarang bukan lagi menjadi hamba dosa, tetapi kita sekarang telah menjadi hamba Kristus, karena Dia telah menebus dosa kita dengan darah-Nya yang kudus. Mari kita memberikan yang terbaik untuk Tuhan, karena Dia telah memberikan yang terbaik bagi kita. Selamat Paskah! (Giant)Paskah berarti Yesus telah menang sempurna