5 Aug 2007

MINGGU KE-2 AUGUSTUS



Mengatasi konflik dalam KELUARGA


Kolose 3 : 18-21 : ”Hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah istrimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.”
Keluarga adalah unit terkecil yang Tuhan jadikan. Firman Tuhan berkata, ”Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” (Kejadian 2 : 24). Keluarga terdiri dari suami, istri dan anak-anak mereka; tidak termasuk orang tua/mertua, oom (paman)/tante (bibi), saudara/ipar. Ketika Tuhan membentuk keluarga yang pertama, Tuhan mau menjadikan keluarga yang sempurna, tetapi kemudian Iblis datang merusaknya. Ketika Hawa percaya akan perkataan ular dan memakan buah pengetahuan baik dan buruk, Hawa telah ”membuka pintu” bagi Iblis untuk masuk dan menyebabkan perpecahan dalam keluarga; Adam menyalahkan Hawa yang menyebabkan ia makan buah itu (Kejadian 3 : 12); Kain iri hati kepada Habel sehingga ia membunuh adiknya itu (Kejadian 4 : 4-8). Yesus berkata, ”Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan.” (Yohanes 10 : 10a). Itulah yang dilakukan Iblis! Ia datang untuk mencuri kedamaian dalam keluarga, merusak dan menghancurkan keluarga-keluarga.
Dalam satu keluarga, adalah hal biasa bila terjadi konflik. Konflik dapat timbul karena adanya perbedaan pendapat, atau karena sesuatu yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Adalah kewajiban setiap anggota keluarga untuk dapat mengatasi dan menyelesaikan konflik dengan cara yang benar, agar keutuhan keluarga dapat tetap terjaga. Suami dan istri bisa berbeda pendapat, misalnya dalam hal mengasuh dan mendidik anak. atau dalam pengelolaan keuangan, karena latar belakang merekapun berbeda. Mereka diasuh dalam keluarga yang berbeda, dengan pola asuh dan didikan yang berbeda. Jadi seharusnya suami istri membicarakan bersama apa yang terbaik untuk keluarga mereka, bukan menurut cara keluarga suami atau keluarga istri, tapi menurut cara mereka sendiri. Konflik dapat terjadi bila suami atau istri bersikeras mempertahankan pendapatnya sendiri dan tidak mau kompromi. Antara orang tua dan anak pun bisa terjadi konflik; begitupun di antara anak-anak sendiri. Konflik yang terjadi pada masa kanak-kanak bila tidak diselesaikan dengan baik akan menyebabkan perpecahan berlanjut hingga mereka dewasa dan berkeluarga. Bagaimana cara terbaik untuk mengatasi konflik? Kata kuncinya adalah ”saling”.
Saling menerima.
Kita harus sadar bahwa setiap individu adalah pribadi yang unik yang Tuhan ciptakan, dengan temperamen (sifat) masing-masing. Kita tidak bisa mengharapkan semua orang sama dengan kita. Kita harus belajar menerima dan mengerti orang lain, dan tidak mencoba untuk mengubahnya supaya menjadi seperti apa yang kita inginkan. Firman Tuhan mengajarkan, ”Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain.” (Kolose 3 : 13a).
Saling menghormati.
Rasul Paulus meminta, ”Karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: ..., dengan tidak mencari kepentingan diri sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri.” (Filipi 2 : 2-3). Belajarlah mendengarkan dan hargai pendapat orang lain, jangan maunya hanya keinginan kita saja yang diikuti.
Saling mengampuni.
Berbuat salah bisa dilakukan siapa saja. Mintalah maaf bila kita salah, dan berilah maaf kepada orang yang berbuat salah terhadap kita. Firman Tuhan berkata, ”Dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.” (Kolose 3 : 13b).
Saling mengasihi.
Kunci yang terutama adalah saling mengasihi. Rasul Paulus menulis dalam suratnya, ”Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.” (Kolose 3 : 14). Rasul Petrus juga menulis, ”Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.” (I Petrus 4 : 8). Kasih adalah kunci untuk dapat melakukan semuanya. Tanpa kasih kita tidak mungkin bisa sabar menghadapi perbedaan-perbedaan; tanpa kasih kita tidak mungkin rela mengorbankan kepentingan kita; tanpa kasih kita tidak mungkin mau mengampuni.
Banyak keluarga pecah karena tidak adanya keempat ”saling” ini. Iblis sedang bekerja keras untuk menghancurkan keluarga karena ia tahu waktunya sudah sangat singkat, tetapi Tuhan juga sedang bekerja untuk memulihkan segalanya sebelum Ia datang kembali. Firman Tuhan berkata, ”Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu.” (Kisah Para Rasul 3 : 21). Tuhan mau memulihkan keluarga-keluarga, mari kita juga berusaha, jangan biarkan Iblis merusak keluarga kita. Semuanya tergantung dari kita, apakah kita mau dipulihkan? (LH)




Senin, 6 Agustus 2007

JANGAN TERIKAT

Markus 10 : 17-27

Firman Tuhan hari ini menceritakan tentang seorang muda yang kaya. Ia bukanlah seorang yang hidupnya dalam dosa melainkan seorang yang taat melakukan perintah Allah (ayat 19-20), tetapi Yesus berkata, ”Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (ayat 23). Yesus menyayangkan hati orang muda itu yang masih terikat kepada hartanya. Berapa banyak kita juga seperti itu? Kita rajin ke gereja, taat melakukan firman Tuhan, bahkan juga dalam memberikan persembahan, tetapi hati kita masih ”terikat” kepada harta kita. Tuhan tidak suka apabila hati kita lebih ”sayang” kepada harta kita dari pada kepada Tuhan. Bukan hanya harta saja, tetapi segala sesuatu yang mengikat hati kita lebih dari pada Tuhan, entah itu orang tua, suami, istri, anak, pekerjaan, hobi, atau apapun juga, itu dibenci oleh Tuhan. Yesus berkata, ”Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.” (Matius 10 : 37). Kita harus melepaskan diri kita dari segala milik kita apabila kita mau mengikut Dia dan menjadi murid-Nya (Lukas 14 : 33). Tuhan mau hanya Dia yang bertakhta dalam hati kita. Bila kita mengakui Dia sebagai Tuhan, biarlah Dia menjadi Penguasa Tunggal atas hati, pikiran dan hidup kita. Tuhan kita adalah Tuhan yang cemburu, yang tidak mau diduakan. Mari kita introspeksi diri kita hari ini, adakah hal lain yang masih mengikat hati kita? Lepaskanlah sekarang juga! (Ginny)


Jangan biarkan hatimu terikat oleh apapun juga selain Tuhan.


Selasa, 7 Agustus 2007

TUJUAN HATI

Daniel 1 : 8

Pada hakekatnya ada dua ayat yang selalu saya baca sebagai pengakuan saya setiap pagi. Yang pertama adalah Yohanes 1 : 4 dan yang kedua adalah pasal pertama dari kitab Daniel. Bacalah pasal itu dan lihatlah bagaimana Daniel serta tiga pemuda Ibrani itu, meskipun sebagai tawanan, telah terpilih sebagai mahasiswa di dalam perguruan tinggi istana raja. Alkitab menyatakan bahwa Daniel berketetapan di dalam hatinya. Hatinya bertekad menetapkan satu ketentuan tegas dan ketetapan itu dia lakukan. Saya tahu bahwa saya tidak lagi hidup di bawah hukum Taurat yang berdasarkan Perjanjian Lama, namun ada satu prinsip yang dapat saya gunakan. Kita tahu bahwa orang Yahudi tidak diperkenankan untuk makan daging tertentu dan itu dilakukan oleh Daniel. Dia tidak mau makan daging, hanya sayuran saja. Itu bisa menjadi teladan bagi kita bahwa kalau kita sudah berketetapan untuk mengikut Yesus maka kita juga harus berani menolak “makanan yang tidak diijinkan oleh Allah”. Mari kita setiap hari juga mengucapkan tekad kita kepada Tuhan untuk menujukan hati kita hanya kepada Dia dan berjalan dalam terang-Nya. (DBR)


Buat Tuhan tidak ada setengah-setengah, yang ada hanya ‘ya’ atau ‘tidak’.

Rabu, 8 Agustus 2007

DIJADIKAN SAHABAT-NYA

Lukas 18 : 31


Hanya karena kita merasa banyak kekurangan, tidak berharga, tidak kaya maka kita menganggap tidak layak untuk dijadikan sahabat-Nya Tuhan. Itu tidak benar sama sekali. Justru sebaliknya, karena segala kekurangan kitalah Tuhan memilih kita untuk menjadi sahabat-Nya, untuk menjadi tempat ‘curhat’-Nya. Tuhan memilih orang-orang yang tidak berharga karena mereka tidak punya motivasi terselubung. Mereka benar-benar sudah ‘hancur’ sehingga lebih mudah dipulihkan, lebih mudah untuk ‘diajak ke Yerusalem’ yang dimaksud dalam bacaan hari ini. Kalau kita mau diajak ke Yerusalem itu berarti tujuan kita menjadi kenyataan. Selama kita pergi bersama Yesus ke Yerusalem.
Orang biasanya beranggapan bahwa orang Kristen yang baik adalah orang yang cakap, pandai, kaya, karakternya kuat, cantik, menawan atau berpengalaman. Tetapi yang Tuhan cari bukan semua itu. Yang berharga di mata Tuhan, bukanlah penampilan luar, kepandaian atau kekuatan kita, bukan apa yang kita bawa, tetapi apa yang Tuhan dapat berikan kepada kita, apa yang Dia dapat ‘isi’kan kepada kita (I Korintus 1 : 26-31). Orang yang dapat dijadikan sahabat-Nya Tuhan adalah mereka yang sadar keadaan mereka sebenarnya, bahwa mereka miskin, bodoh dan tidak punya apa-apa. Tuhan tidak mau berteman dengan orang yang sombong, yang merasa bisa semua, tetapi Dia mengasihi mereka yang hancur hati dan tidak bisa apa-apa. Karena sesungguhnya kita ada di dunia ini bukan untuk memenuhi tujuan kita sendiri, tetapi untuk memenuhi tujuan yang Tuhan telah tetapkan buat kita. Tujuan kita dan tujuan Tuhan adalah dua hal yang berbeda sekali, bahkan antara bumi dan langit. Kita tidak tahu apa sih tujuan akhir Tuhan untuk hidup kita? Tetapi satu hal yang pasti, apapun yang terjadi hendaklah kita terus menaruh harapan kita pada Dia, tetap memelihara hubungan kita dengan Tuhan. Hal yang paling penting dari kekristenan adalah hubungan pribadi dengan Tuhan, menjadi sahabat-Nya, jadi jangan biarkan apapun merusak hubungan itu. Bila hubungan itu rusak karena suatu hal, secepat mungkin perbaiki hubungan itu. Percaya atau tidak, tetapi hal memelihara hubungan ini juga adalah yang paling sering diserang oleh iblis. Jadi peliharalah hubungan pribadi kita dengan Tuhan sebaik mungkin. (cubs)


Kehilangan persahabatan dengan Tuhan berarti kehilangan hidup kekal.

Kamis, 9 Agustus 2007

RENDAH HATI YANG SEJATI

I Korintus 4 : 12-13

Ayat bacaan renungan kita hari ini sangat luar biasa. Karena Rasul Paulus menjalankan suatu pekerjaan yang berat. Saya percaya tanpa campur tangan Tuhan maka tidak ada satu orangpun yang dapat melakukan tugas yang berat itu. Ia mengemban tugas yang begitu mulia dan begitu berat, yaitu memberitakan Injil Kristus. Di tengah-tengan bangsa yang tegar tengkuk, Rasul Paulus dan rasul-rasul yang lainnya mencoba memberitakan Injil kepada mereka. Dalam perjalanan pemberitaan Injil ini mereka mengalami banyak hal yang tidak pantas seharusnya mereka terima. Mereka menerima makian, aniaya, fitnah dan masih banyak lagi hal-hal buruk yang mereka terima. Namun di tengah-tengah makian mereka tidak membalasnya dengan makian tetapi mereka memberkati orang-orang yang memaki mereka. Saat mereka menerima aniaya yang menyiksa mereka, mereka tidak mencoba mempertahankan diri dengan membalasnya. Namun mereka dengan sabar mereka menerima aniaya itu sebagai hadiah yang terbesar, karena mereka akan mendapat upah yang besar yaitu Kerajaan Sorga (Matius 5 : 10). Ketika mereka difitnah, mereka tidak marah melainkan mereka tetap menjawab dengan ramah orang yang memfitnah mereka. Mereka telah merendahkan diri mereka serendah-rendahnya. Sampai-sampai Rasul Paulus berkata mereka telah menjadikan diri mereka sama dengan sampah atau kotoran yang tidak ada artinya. Bukannya mereka tidak memiliki harga diri tetapi mereka menyadari di hadapan Tuhan mereka tidak ada artinya. Jadi tidak ada yang harus dibanggakan. Mereka telah memberikan teladan kerendahan hati yang sejati, mari kita mengikuti teladan mereka dan miliki kerendahan hati yang sejati dalam diri kita. (Giant)


Rendah hati yang sudah lulus dari berbagai ujian dan tantangan itulah yang sejati.

Jumat, 10 Agustus 2007

PERCAYA? BUKTIKANLAH!

Yakobus 2 : 14-20

Banyak orang suka menyalahgunakan ayat dalam Yohanes 3 : 16, ”..., supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” dengan berpikir, ”Pokoknya saya sudah percaya, saya selamat.” Apakah benar? Percaya yang bagaimanakah itu? Firman Tuhan hari ini berkata bahwa setan-setanpun juga percaya (ayat 19), lalu apakah setan juga selamat? Yakobus mengajarkan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati (ayat 17).
Jika kita berkata bahwa kita percaya pada Tuhan, percaya akan firman-Nya, lakukanlah apa yang Tuhan katakan. Seringkali orang mengatakan percaya, tapi tidak mau melakukan apa yang firman Tuhan ajarkan. Lalu apa artinya? Yakobus berkata, ”Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.” (Yakobus 1 : 22). Jadi artinya bohong saja kalau kita mengatakan percaya tapi tidak melakukan firman Tuhan. (Ginny)


Buktikan imanmu dengan taat kepada firman Tuhan!

Sabtu, 11 Agustus 2007

FOKUS BERBEDA

Matius 8 : 23-27

Bacaan hari ini bicara tentang beberapa hal. Dan sudah berkali-kali dibahas di gereja maupun persekutuan. Ada satu hal baru yang menarik perhatian untuk direnungkan dari bacaan ini. Yang perlu kita renungkan ini terjadi setelah Yesus menenangkan danau dari badai yang mengamuk. Murid-murid terpukau pada peristiwa ‘penenangan’ itu. Mereka kagum akan kuasa Yesus yang begitu besar (ayat 27). Tetapi kalau kita perhatikan apa yang menjadi fokus-Nya Yesus, sungguh suatu hal yang berbeda sekali. Yesus fokus pada kurangnya iman para murid. Dia kecewa bahwa setelah para murid bersama Dia, mereka telah menyaksikan kuasa-Nya, tetapi ternyata mereka tetap tidak ‘naik kelas’, di situ-situ saja, masih terpukau pada kuasa-Nya bukan percaya Dia yang mempunyai kuasa itu (ayat 26). Banyak orang Kristen sayangnya juga masih seperti para murid. Mau-Nya Tuhan, kalau sudah menjadi murid ya naik kelas donk? Ganti fokus kita bukan kepada kuasa-Nya saja, tetapi mulai fokus pada Tuhan, pada pribadi-Nya, pada sifat-Nya. Yesus menganggap kuasa untuk menenangkan danau yang bergelora itu sangat kecil, makanya Dia tertidur. Dia menyerahkan pengharapan-Nya hanya kepada Bapa-Nya. Itulah harapan-Nya untuk murid-murid-Nya dan untuk kita sekarang ini juga. Mari, sudah saatnya kita mengalihkan fokus kepada hal yang lebih penting dari sekedar menyatakan kuasa, dari hal-hal yang sementara. Mari kita samakan fokus kita dengan fokus-Nya Tuhan, supaya ketika Dia datang kembali, Dia mendapati kita beriman. (cubs)

Bila fokus tidak sama, tujuan tidak akan tercapai dan yang rugi adalah manusia!

Minggu, 12 Agustus 2007


KEPANDAIAN DAN KETRAMPILAN

Daniel 1 : 17

“Allah memberikan kepada mereka...”. Tuhan memberikan kepada Daniel dan ketiga temannya segala pengetahuan dan ketrampilan. Kitapun telah memperoleh sifat Tuhan dalam diri kita. Sadarilah itu! Percayalah akan hal itu. Berikanlah pengakuanmu terhadap anugerah Tuhan itu maka pengetahuan dan ketrampilan yang Tuhan berikan akan mulai menguasai dirimu. Belajarlah bagaimana untuk menyatakan pengetahuan dan ketrampilan itu dalam praktek hidup kita sehari-hari, maka semua itu akan meningkatkan kemampuan pribadi kita dan menambah kecerdasan diri kita. Yakinlah bahwa terang Allah, pengetahuan Allah dan hikmat Allah, semuanya itu ada dalam diri kita. Tuhanlah yang memberi petunjuk bagi kita. Dia yang membimbing kita. Kita memiliki hidup kekal dan sifat-sifat Tuhan dalam diri kita. Jangan ragu untuk menggunakannya. (DBR)
kepandaian dan ketrampilan diberikan Allah untuk dipergunakan, untuk dilipatgandakan.


---------------------------------------------------