28 Apr 2007

Minggu ke-1 May

Senin, 30 April 2007

SALIB YANG MENYELAMATKAN

Ibrani 9 : 23-28

Ada seorang anak muda yang tinggal bersama ibunya. Anak ini telah ditinggal mati oleh ayahnya sejak umur 6 tahun. Ia sekarang berumur 12 tahun. Ia tinggal bersama ibunya di rumah yang sangat sederhana. Karena kemiskinannya anak ini sering mencuri barang orang lain. Ibunya sering marah-marah dan mengingatkannya untuk tidak mencuri lagi, tetapi seruan ibunya itu tidak dihiraukan oleh anak itu. Karena sudah tidak tahu harus berbuat apa lagi maka ibu itu berkata kepada anaknya, “Anakku, kamu tahu pisau ini, kalau pisau ini digoreskan di tangan maka tangan akan berdarah. Bila kamu masih mencuri lagi maka pisau ini akan menggores tanganmu.” Anak itu lalu berpikir, “Ah, ibu hanya mau menakuti-nakuti aku saja.” Keesokan harinya iapun mencuri lagi dan perbuatannya itu ketahuan oleh ibunya. Lalu ibunya berkata, “Kamu masih ingat perkataan ibu kan?” Ibunya kemudian mengambil pisau itu dan menggores tangannya. Anak itu terkejut melihat perbuatan ibunya, ternyata bukan tangannya tapi tangan ibunya yang tergores pisau. Ibunya berkata, “Lihat darah ini, anakku, bila engkau masih mencuri lagi maka tangan ibu akan penuh luka goresan.” Anak itu menjadi sedih sekali, ia menyesal dan berjanji tidak akan mencuri lagi.
Cerita di atas adalah gambaran diri kita dengan Kristus. Bila kita terus-menerus berbuat dosa maka kitapun akan terus-menerus menyakiti Tuhan Yesus. Ia telah berkorban bagi kita, jangan sia-siakan pengorbanan-Nya. Ia telah mati satu kali bagi kita dan Ia tidak akan mati dua kali bagi kita. (Giant)

Jagalah hidup kita agar tetap berjalan pada jalan kebenaran sehingga Kristus tidak harus disalibkan lagi.

Selasa,1 May 2007

PERSEMBAHAN HIDUP

Roma 12 : 1-8

Sekitar 40 tahun yang lalu saya berkenalan dengan Agus dan Emma Brower, sepasang utusan injil mula-mula yang melayani di Afrika. Ketika saya melihat presentasi slide dan berbicara dengan mereka, saya pikir mereka adalah orang-orang yang sungguh-sungguh mempersembahkan tubuh sebagai persembahan bagi Allah. Selagi kita mengagumi penyerahan diri orang-orang seperti itu, janganlah kita lupa bahwa pesan dalam Roma 12 : 1-2 juga ditujukan kepada kita semua. Pengabdian kita untuk melayani Allah dimulai dengan suatu komitmen yang menentukan. Tetapi seperti halnya memelihara janji pernikahan yang diucapkan saat peneguhan dan pemberkatan nikah, demikian pula dengan penyerahan diri kita kepada Allah. Dari waktu ke waktu hal itu harus selalu diingat, diperbaharui dan sadar pada komitmen yang telah kita ucapkan. Peringatan-peringatan ini diperlukan karena dunia selalu berusaha mempengaruhi agar kita mengambil sikap mementingkan dan menyombongkan diri, yang pada dasarnya merupakan sifat dasar kita. Tetapi bila kita terus menerus menundukkan diri di hadapan Allah, hati dan kehidupan kita akan diubahkan oleh kuasa Allah. Kita akan mengalami kuasa Roh Kudus yang meyakinkan bahwa jalan Allah itu ”baik, berkenan dan sempurna” (ayat 2). Keyakinan ini memungkinkan kita hidup dengan penuh percaya diri, bahagia dan penuh pengorbanan. Apakah hidup saudara merupakan persembahan yang hidup? (Aping)

Untuk hidup bagi Kristus kita harus mampu menaklukkan diri sendiri.

Rabu,2 May 2007

MANUSIA SEPERTI KITA

Ibrani 2 : 14-18

Pernahkah saudara membayangkan bagaimana rasanya menjadi orang lain? Hampir 40 tahun yang lalu John Howard Griffin menghitamkan kulitnya dan menjalani kehidupan dalam suatu masyarakat yang mayoritas berkulit putih. Dalam bukunya yang sangat menarik dengan judul ”Black like me” (Hitam seperti saya), Griffin menggambarkan perjalanan di Amerika Serikat. Ia menceritakan diskriminasi yang menyedihkan dan sikap praduga negatif yang dihadapinya. Anak Allah bertindak lebih dari sekedar mengubah penampilan-Nya. Dia menanggalkan kemuliaan-Nya dan mengenakan kemanusiaan seperti kita. Dia hidup di dunia ini sebagai orang yang hina dan dihindari (Yesaya 53; Filipi 2 : 5-8). Karena kasih-Nya kepada kita, Ia turut merasakan kesedihan kita dan melalui pengalaman-Nya sendiri Dia mengenal perasaan yang kita miliki sebagai manusia. Penulis surat Ibrani mengatakan bahwa karena Yesus hidup sebagai manusia dan mati bagi dosa kita, Dia menjadi Imam Besar kita yang menaruh belas kasihan dan setia (Ibrani 2 : 14, 17). Karena Dia menjadikan diri-Nya seperti kita dan tahu apa artinya dicobai, Dia dapat membantu kita bila kita dicobai (ayat 18). Kita dapat berdoa dalam nama-Nya dengan penuh keyakinan (Ibrani 4 : 15-16), untuk menceritakan pergumulan, ketakutan, kekalahan, kebutuhan dan bahkan pertanyaan dan kebimbangan kita kepada-Nya dengan jujur. Karena itulah, bila kita mengingat semua yang telah diderita-Nya sebagai Anak Allah yang mulia, sudah seharusnya kita mengasihi dan berusaha menyenangkan hati-Nya. (Aping)

Anak Allah menjadikan diri-Nya seperti kita agar kita dapat menjadi satu dengan-Nya.

Kamis, 3 May 2007

TERHILANG DALAM GEREJA?

Wahyu 3 : 14-22

Banyak orang Kristen berpikir bahwa mereka aman di dalam gereja. Mereka pergi ke gereja setiap minggu, bahkan aktif dalam kegiatan gereja, hidup mereka baik, mereka tidak berbuat jahat, tidak mencuri, tidak membunuh, tidak berzinah, hidup mereka aman-aman saja, nyaman tersembunyi dalam gereja, tetapi mereka tidak sadar akan keadaan diri mereka yang sesungguhnya; mereka tidak mengenal akan kebenaran firman Tuhan, tidak mengenal akan kehendak Tuhan yang sebenarnya, dan tidak mengenal Tuhan mereka. Sama seperti jemaat di Laodikia yang mengira diri mereka kaya dan tidak sadar akan keadaan mereka yang melarat, miskin, buta dan telanjang.
Menjadi orang Kristen bukanlah hanya sekadar rutinitas beribadah, aktif melayani pekerjaan Tuhan dan berbuat baik. Menjadi anak Tuhan tidak cukup hanya sekadar beragama Kristen, tetapi kita harus memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan, mengenal Tuhan dengan benar. Rasul Paulus seorang yang sangat aktif dalam memberitakan Injil dan melayani Tuhan, tetapi dalam suratnya kepada jemaat di Filipi ia berkata: ”Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, ... Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, ...” (Filipi 3 : 10, 12). Rasul Paulus sadar bahwa mengenal Tuhan jauh lebih penting dari segala hal dan ia mengejar hal itu. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga menganggap hal itu sangat penting, ataukah kita merasa sudah cukup aman dalam gereja tanpa menyadari bahwa sebenarnya kita adalah orang-orang yang terhilang?
Tuhan berkata: ”Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” (Wahyu 3 : 20). Hari ini, jika engkau mendengar Tuhan mengetok pintu hatimu, bukalah pintu hatimu bagi Dia. Jangan keraskan hatimu! ”Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!” (ayat 19). (Ginny)

Jangan kita ada dalam gereja sebagai orang yang terhilang.


Jumat, 4 May 2007

SEHATKAH HATI SAUDARA?

Ibrani 10 : 11-22

Pernahkah seorang dokter mengijinkan saudara memakai stetoskopnya sehingga saudara dapat mendengarkan denyut jantung saudara sendiri? Agak aneh bila kita mendengar irama beraturan dari organ tubuh yang sudah berfungsi sebelum saudara dilahirkan dan yang akan terus berdenyut sampai saudara meninggal. Ketika Sue Monk Kidd masih menjadi perawat di sebuah bangsal anak-anak di sebuah rumah sakit, ia sering membiarkan pasiennya berusia belia itu mendengarkan denyut jantungnya sendiri. Suatu hari, ketika ia meletakkan stetoskop dengan hati-hati pada David yang baru berusia 4 tahun, ia bertanya, ”Dengar, suara apa itu ya?” David mengerutkan keningnya untuk berpikir keras dan kemudian tersenyum lebar, ”Apakah itu suara ketokan Yesus?”
Mari kita lupakan tentang ilmu tubuh manusia dan belajarlah dari David. Dari sudut pandang kesehatan rohani dan masa depan yang kekal, David benar. Yesus Kristus, sang Juruselamat yang disalibkan dan Tuhan kemuliaan yang bangkit, memang benar-benar mengetok pintu setiap hati manusia. Hati kita adalah pusat dari keberadaan kita, pusat yang mengatur segenap keputusan dan pilihan yang kita ambil (Wahyu 3 : 20). Sudahkah saudara dengan sukacita mengundang-Nya untuk menjadi Juruselamat pribadi agar Dia menyucikan segala dosa dan hati saudara? (Yohanes 3 : 1-16; Ibrani 10 : 22). Sudahkah saudara mengundang-Nya ke dalam kehidupan saudara untuk memerintah sebagai Tuhan, memimpin segala keputusan dan tindakan yang saudara ambil? Dia sedang mengetok, menunggu untuk masuk. (Aping)

Hati yang sehat berdegup dengan kasih kepada Allah.

Sabtu, 5May 2007

MENEBAR ”AROMA ILAHI”

II Korintus 2 : 12-15

Bila kehadiran kita secara positif mengingatkan orang-orang akan Allah maka kita sudah membawa ”aroma ilahi”. ”Aroma ilahi” di sini berarti pengaruh yang kita munculkan akan mengingatkan orang lain akan Allah. Iman yang teguh, perkataan yang lembut, sikap yang sopan, wajah yang selalu berseri-seri dan juga perbuatan yang suka menolong merupakan aroma yang membuat orang segera tahu bahwa kita mengasihi Allah. Gaya hidup orang Kristen yang saleh dan penuh kasih dapat menjadi contoh bagi orang lain untuk ingin mengerti dan mengenal Allah lebih jauh. Untuk menghasilkan minyak wangi yang semerbak dan bertahan lama dibutuhkan banyak eksperimen, waktu dan bahan yang berkualitas. Bila kita ingin menjadi orang Kristen yang harum seperti minyak wangi, maka setiap saat kita harus mau diubahkan, sehingga ada orang yang akan berkata, ”Ceritakan lebih banyak lagi tentang Yesus dan perbuatan-Nya kepadaku!” (Giant)

Aroma ilahi yang ditebarkan akan menarik jiwa-jiwa datang kepada Yesus.

Minggu, 6May 2007

ALLAH TAHU SEMUANYA

Mazmur 139 : 1-6

Tidak ada satu ayatpun dalam firman Tuhan yang mengatakan jika kita sudah menerima Yesus sebagai Juruselamat kita, lalu perjalanan hidup mulus tanpa pergumulan. Sesungguhnya, sejak kita menerima Dia, sejak itu pula peperangan dan pergumulan harus kita lalui. Apa yang dialami pemazmur di zamannya, sama dengan pengalaman kita pada zaman ini. Himpitan, tekanan, ancaman dan dimusuhi selalu menghadang di depan kita walaupun tidak ada kesalahan yang kita perbuat. Dalam keadaan demikian tidak ada jalan lain selain kita mengadu kepada Bapa kita. Kita percayakan apa saja yang kita hadapi ke dalam tangan-Nya, biarkan Tuhan sendiri yang jadi pembela kita. Ambil sikap seperti Daud, serahkan sepenuhnya persoalan kita kepada Tuhan. (DBR)

Allah sudah tahu dan sudah punya jawaban, bahkan sebelum kita minta. Tunggu apa lagi?

22 Apr 2007

Minggu ke -4 April

Untuk melayani Allah

“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” (Efesus 2 : 10)
“TanganMu membentuk (SHAPE) ku dan membuat aku.” (Ayub 10 : 8)
S= Spiritual gift (Karunia)
H= Heart (Hati)
A= Abilities (Kemampuan)
P= Personality (Kepribadian)
E= Experience (Pengalaman)
“Setiap orang hendaknya menggunakan karunia apapun yang telah ia terima untuk melayani orang lain.” (I Petrus 4 : 10)
Yesus: “Ikutlah teladan-Ku, sebab Aku datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani.” (Matius 20 : 28)
Belajar melayani seperti Yesus:
Melayani seperti Yesus berarti bersedia.
“Dua orang buta....berteriak, ‘Tuhan, kasihanilah kami.’ ... Yesus berhenti dan bertanya, ‘Apa yang kaukehendaki Aku lakukan?’” (Matius 20 : 30-32)
“Jangan katakan pada tetanggamu untuk menunggu sampai besok jika engkau dapat membantunya sekarang.” (Amsal 3 : 28)
Hambatan-hambatan:
a. Keegoisan.
“Lupakan dirimu sedemikian sehingga engkau dapat mengulurkan tangan membantu.” (Filipi 2 : 4)
b. Perfeksionisme.
“Jika engkau menunggu sampai keadaan sempurna engkau tidak akan dapat melakukan apapun.” (Pengkhotbah 11 : 4)
c. Materialisme.
“Tidak ada pelayan yang dapat melayani dua tuan .... kamu tidak dapat melayani Allah dan uang.” (Lukas 16 : 13)
Melayani seperti Yesus berarti bersyukur.
“Yesus menengadah dan berkata. ‘Bapa, terima kasih bahwa Engkau mendengarkan Aku, Aku tahu bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi Aku berkata demikian untuk orang-orang yang berdiri di sini...’” (Yohanes 11 : 41–42)
“Layani Tuhan dengan sukacita.” (Mazmur 100 : 2)
“Dialah yang menyelamatkan kita dan memilih kita untuk pekerjaan-Nya yang kudus bukan karena kita layak tetapi karena rencana-Nya.” (II Timotius 1 : 9)
Hambatan-hambatan:
a. Membandingkan dan mengkritik.“Siapakah kamu menilai pelayan dari orang lain? Tuhan akan menilai apakah pelayanNya telah melayani dengan berhasil.” (Roma 14 : 4)
b. Motivasi yang salah.
“Jika engkau melakukan perbuatan baik, jangan pamer. Jika engkau pamer, engkau tidak akan mendapatkan imbalannya dari Bapamu yang di sorga.” (Matius 6 : 1)
Melayani seperti Yesus berarti setia.
“Aku telah memuliakan Engkau di dunia dengan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan untuk Aku lakukan.” (Yohanes 17 : 4)
“Satu hal yang dibutuhkan dari seorang pelayan ialah dia harus setia...” (I Korintus 4 : 2)
“Berilah dirimu untuk melakukan pekerjaan Tuhan, percayalah bahwa tidak ada hal yang kamu lakukan untuk Dia yang sia-sia.” (I Korintus 15 : 58)
“Ia tidak akan lupa bagaimana kerja kerasmu untuk Dia dan bagaimana kamu telah menunjukkan kasihmu kepada-Nya dengan cara memperhatikan orang Kristen yang lain.” (Ibrani 6 : 10)
“Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaKu yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, Aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” (Matius 25 : 23)

Senin, 23 April 2007

WAKTU UNTUK ANAK

Efesus 6 : 4, Kolose 3 : 21

Seorang anak berusia 6 tahun dengan takut-takut mendekati ayahnya yang sedang melepas lelah. “Papa, berapa uang yang papa dapatkan sebagai gaji dalam 1 jam?” Tanya si anak. “200 ribu per jam, tapi kenapa kau bertanya begitu?” Kata si ayah. “Kalau begitu, bolehkah aku pinjam 100 ribu?” Kata si anak. Si ayah menjadi marah dan berkata, “Jadi rupanya kamu tanya pendapatan papa untuk kamu pinjam membeli mainan ya? Sana tidur, jangan ganggu papa.” Dengan sedih si anak masuk ke kamarnya.
Satu jam kemudian si ayah mulai tenang dan berpikir bahwa ia telah terlalu keras terhadap anaknya. Anaknya jarang minta uang dan mungkin kini ia sedang membutuhkannya. Ia masuk ke kamar anaknya. “Kamu sudah tidur, nak?” “Belum, pa,” sahut si anak. Dengan tersenyum si ayah berkata, “Maaf ya, papa tadi marah. Ini uang 100 ribu yang kamu minta.” “Terima kasih, papa,” jawab si anak sambil melompat dari tempat tidurnya. Kemudian dia mengambil uang 100 ribu lain yang dimilikinya. “Kalau kamu sudah punya uang, kenapa minta lagi?” Gerutu si ayah. “Karena tadi belum cukup, tapi sekarang sudah,” jawab si anak. Ia kemudian menyerahkan uang 200 ribu itu kepada ayahnya sambil berkata memelas hingga ayahnya tertegun, “Papa, aku punya 200 ribu sekarang. Bolehkah aku membeli 1 jam waktumu untuk ngobrol dan bermain-main denganku?” Kata si anak.
Tanpa kita sadari seringkali kita terlena dengan kesibukan kita sendiri, lupa bahwa selain uang, keluarga juga membutuhkan waktu dan perhatian kita.
Kata “kasih” oleh seorang anak dieja menjadi “waktu”.

Selasa, 24 April 2007

HANYA SEKILAS

Wahyu 22 : 1-5

Betapa bersyukurnya kita atas keajaiban dunia yang telah diciptakan Allah sebagai tempat tinggal kita saat ini. Sekalipun dunia ini telah rusak oleh kejahatan dan kesengsaraan, bumi ini penuh dengan hal-hal indah yang mempesona indera kita. Pagi-pagi benar di hari yang cerah, berjalanlah di taman bunga dan nikmatilah keindahan serta aromanya. Renungkanlah tentang keindahannya. Keindahan itu adalah sekilas pemandangan samar akan kemuliaan sorga. Juruselamat kita meyakinkan pada murid-Nya bahwa Dia akan kembali ke rumah Bapa-Nya, yaitu rumah-Nya yang kekal untuk menyiapkan tempat bagi mereka yang percaya kepada-Nya. Tempat itu akan menjadi tempat yang sangat indah dan megah, dan tidak satupun tempat di bumi ini yang dapat menyamainya. Satu-satunya syarat agar dapat memasukinya adalah dengan iman secara pribadi kepada Kristus serta pada kematian dan kebangkitan-Nya. Percayalah akan pengorbanan-Nya, maka suatu hari Dia akan menyambut kita dalam keindahan dan sukacita yang mulia. (DBR)

Kristus membuka pintu sorga bagi mereka yang membuka hati bagi-Nya.

Rabu, 25 April 2007

SAHABAT

Mazmur 25 : 14

Renungan kita hari ini sekali lagi menegaskan bahwa “Tuhan adalah sahabat bagi orang yang takwa”, artinya orang yang taat melakukan firman-Nya. Alkitab menyebut sahabat sebagai “lebih akrab dari saudara” (Amsal 18:24), di bagian lain disebutkan sahabat “selalu setia kepada kawan” (Amsal 17:17). Jadi sahabat adalah orang yang sangat berarti dalam kehidupan seseorang. Sangat disayangkan bahwa banyak orang pada masa sekarang yang tidak punya sahabat, karena kesibukan dan kondisi lingkungan saat ini. Padahal, seperti kata pepatah, dua lebih kuat daripada satu. Justru di saat ini setiap orang membutuhkan orang yang bisa diandalkan, orang yang dapat diajak ‘curhat’, orang yang dapat ‘saling’ berbagi satu dengan lain, setiap orang butuh SAHABAT Bahkan kadang-kadang antara suami istripun tidak dapat menjadi sahabat satu dengan lain. Padahal, salah satu tujuan pernikahan adalah menjadi ‘satu’, yang artinya menjadi sahabat. Kalau Anda belum punya sahabat, mulai sekarang carilah seorang. Orang yang tidak punya sahabat tidak punya penopang di saat mengalami masalah yang berat, juga tidak ada orang yang bisa bergembira bersama. Memang, sahabat juga bisa mencelakakan seperti sahabatnya Ayub, tetapi biar bagaimanapun tetap lebih baik punya sahabat, karena Yesuspun mau menjadi Sahabat kita. (cubs)

Yesus Sahabat yang setia dan tidak pernah ingkar.

Kamis, 26 April 2007

BERDOA AGAR DITERANGI

Ibrani 10 : 23

Ada banyak hal yang kita tidak tahu. Ternyata orang yang paling rohani pun hanya mengetahui sebagian saja rencana Allah. Rasul Paulus berkata bahwa ia hanya “mengenal dengan tidak sempurna”, dalam arti ia hanya tahu sebagian saja (I Korintus 13 : 12). Oleh karena itu kita seharusnya juga berdoa seperti Rasul Paulus agar “mata hati kita diterangi”, bukan untuk diri kita sendiri saja tetapi juga untuk orang lain. Jika pengetahuan adalah satu-satunya jawaban, maka orang-orang yang mempelajari Alkitab paling banyak pasti memiliki iman yang paling hebat dan pasti akan melakukan perkara-perkara besar dalam nama Allah. Namun, kenyataannya ada banyak sarjana teologi yang mengingkari kuasa Allah. Kita bersyukur untuk gelar sarjana, tetapi itu bukan merupakan jawaban seutuhnya. Alkitab adalah berita hidup yang diberikan oleh Allah yang hidup. Untuk memahami Alkitab, kita perlu bersekutu dengan Allah dan meminta penerangan dari-Nya. Mungkin saudara pernah merasa heran mengapa saudara bisa melihat dengan jelas hal-hal yang ada dalam Alkitab, sedangkan teman-teman atau orang-orang yang saudara kasihi tampaknya buta. II Korintus 4 : 4 menyebutkan bahwa, “Ilah zaman ini telah membutakan pikiran banyak orang tidak percaya.” Oleh sebab itu hati dan pikiran kita perlu dibukakan atau diterangi oleh Allah. Inilah alasannya mengapa kita perlu mendoakan orang-orang tidak percaya. Bagi orang percaya, kita perlu berdoa minta diterangi agar kita bisa melihat keajaiban-keajaiban dari firman Tuhan (Mazmur 119 : 18).

Allah bisa membuka hati seseorang, karena itu teruslah berdoa.

Jumat, 27 April 2007

IMAN YANG RAPUH

Matius 26 : 69-75

Kisah dalam renungan kita hari ini mau mengingatkan agar kita memiliki iman yang kuat. Iman kita pasti akan diuji oleh Tuhan. Bila kita tidak memiliki iman yang kuat maka kita pasti akan menyangkal Tuhan ketika pencobaan datang. Bisa kita lihat bahwa karena Petrus tidak memiliki iman yang kuat maka ia menyangkal Tuhan Yesus. Bukan tidak mungkin suatu hari nanti kita akan menghadapi situasi seperti yang dihadapi oleh Petrus. Kita diperhadapkan dengan dua pilihan, kita hidup di dunia tapi menyangkal Tuhan Yesus atau kita mati tapi kita memperoleh hidup kekal karena iman percaya kita kepada Kristus. Bila iman kita tidak kuat maka kita akan bimbang. Sebaliknya bila iman kita kuat kita pasti akan memilih mati demi Kristus. Buat apa kita memiliki hidup di dunia tetapi kehilangan hidup yang kekal? Kematian demi Tuhan Yesus adalah kebahagiaan bagi orang percaya. Biarlah kita semakin hari semakin dekat kepada Tuhan sehingga iman kita dapat bertumbuh. Isilah hidupmu dengan firman yang memberi kekuatan. Jangan tinggalkan Tuhan walau apapun yang terjadi dalam hidupmu! (Giant)

Hidup bagi Kristus dan mati adalah keuntungan bagiku.

Sabtu, 28 April 2007

MELENTUR TAPI TIDAK PATAH

Galatia 5 : 16

Satu kenangan terindahku di masa kecil adalah pergi ke sungai dan duduk di tepinya. Disana, aku mengamati pohon bambu yang melentur ditiup angin dan kemudian dengan anggun kembali ke posisi lurus setelah angin berhenti. Ketika aku berpikir tentang kemampuan pohon bambu kembali ke asalnya, terpikir kata “resilence” (pulih kembali). Berdasarkan beberapa buku referensi, aku mendapatkan bahwa kata itu berarti kemampuan untuk pulih dari goncangan atau depresi atau situasi lain yang menyentuh batas situasi seseorang.
Pernahkah Anda merasakan seperti saat-saat Anda berada pada titik kehancuran? Bersyukurlah Anda dapat bertahan dalam pengalaman tersebut dan membicarakan hal tersebut. Selama menjalani pengalaman itu Anda mungkin merasakan berbagai emosi yang menekan. Anda merasa emosi Anda terkuras, lelah mental, dan Anda merasa seperti memikul beban fisik yang berat. Hidup adalah gabungan antara waktu-waktu baik dan waktu-waktu buruk, saat bahagia dan saat tidak bahagia. Di lain waktu, Anda akan mengalami satu dari waktu-waktu buruk atau saat tidak bahagia yang membawa Anda ke titik hancur Anda. Pada saat itu melenturlah tetapi jangan patah (hancur). Cobalah sebaik-baiknya untuk tidak membiarkan situasi buruk merampas yang terbaik darimu. Raih harapan Anda melalui cobaan berat yang tidak menyenangkan. Dengan harapan akan hari esok lebih baik atau situasi yang lebih baik, segalanya mungkin tidak seburuk yang Anda lihat. Cobaan berat yang tidak menyenangkan mungkin lebih mudah dikerjakan bila hasil akhirnya adalah sesuatu yang sangat berharga. Jika segalanya menjadi buruk dan Anda berada pada titik kehancuran, tunjukkan kemampuan Anda untuk pulih kembali. Seperti pohon bambu, melenturlah tetapi tidak patah.
Tuhan memberi kemampuan dan kekuatan kepada kita untuk melentur, gunakanlah itu.

Minggu, 29 April 2007

TITIK DAN LOBANG DONAT

Mazmur 104 : 1-15

Kerapkali perhatian kita justru tersita oleh setitik kekecewaan yang sangat kecil dalam masalah kita dan kita cenderung melupakan begitu banyak berkat yang kita terima dari Tuhan. Namun seperti lembaran kertas, hal-hal yang baik sebenarnya jauh lebih penting dari pada segala kesulitan yang menyita perhatian kita. Hal ini mengingatkan kita akan sebuah pepatah aneh yang menyatakan sebuah nasihat praktis yang baik: ”Saat Anda menapaki jalan hidup, jadikanlah hal berikut ini tujuan Anda: arahkan pandangan Anda pada kue donat, jangan pada lobang yang ada di tengahnya.” Ya, dari pada memusatkan diri pada berbagai pencobaan yang terjadi dalam hidup, kita seharusnya mengarahkan perhatian pada berkat-berkat kehidupan. Marilah kita berkata seperti pemazmur: ”Terpujilah Tuhan hari demi hari Dia menanggung bagi kita.” (Mazmur 68 : 20). (DBR)

Marilah kita terus memuji Dia agar perhatian kita tidak tertuju pada titik kecil dan lobang pada donat saja.