15 Apr 2007

Minggu ke -3 April

DI TANGAN SANG MAESTRO

Saya tidak ada apa-apa, tapi Tuhan dalamku adalah semuanya. Jika saya tidak ada apa-apanya, maka Tuhan bisa membuat sesuatu yang indah dari saya.
Seorang ibu pecinta musik membawa putra kecilnya ke konser piano. Yang manggung adalah seorang pianis dunia kenamaan. Tidak heran jika tiket masuk sulit didapat dan pengunjung sudah banyak sekali. Apalagi karena ibu itu datang satu jam sebelum waktu konser. Di panggung dalam sorotan sinar spot, terdapat sebuah grand piano kualitas mutakhir. Ibu mulai membaca-baca buku program dan putra kecilnya mulai gelisah. Beberapa saat kemudian ketika si ibu melirik ke samping, putra kecilnya sudah hilang. Tidak ada lagi. Kemudian ia mendengar musik itu. Jantungnya serasa mau copot. Yang didengarnya adalah sebuah lagu yang sangat sederhana yang digemari anak kecilnya karena sangat mudah dimainkan. Di atas panggung, dalam terpaan lampu sorot ribuat watt duduk si kecil memainkan lagu tersebut. Beberapa orang terdengar berseru gelisah: ”Turunkan dia!” ”Anak siapa sih? Bikin reseh saja...” ”Usir tuh!” ”Angkat... Angkat... Udah mau mulai nih...” Tiba-tiba, ”Jangan!” Terdengar suara si pianis terkenal. Rupanya pianis besar sudah ada di panggung. Dengan anggun ia tersenyum pada si anak. ”Teruskan nak, saya akan bantu kau.” Kemudian ia duduk di sebelah si anak serta mulai main bersama. Si anak tetap dengan lagu sederhananya itu, dan pianis besar itu mengiringi lagu tersebut dengan pola-pola indah, chord-chord yang mencekam, melodi tambahan menggelinding memukau, dan improvisasi yang ‘uuh’... bikin nafas tertahan. Pianis besar bersama anak kecil menghasilkan sebuah kesempurnaan lagu yang sederhana.
Waktu kita mendoakan doa sederhana... waktu kita menjalani hidup yang sederhana... tiba-tiba kita tidak sendirian. Dia Sang Maestro sudah datang duduk di sebelah kita... tidak lain dari pada Yang Maha Kuasa, Roh Kudus sendiri, dan bersama-Nya kita menghasilkan sesuatu yang istimewa dan sangat spesial indahnya. (DeTe)

Senin, 16 April 2007

KASIHILAH MEREKA

Lukas 10 : 25-37

Dua hukum baru yang Tuhan berikan bagi kita adalah untuk mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama kita (Matius 22 : 37-39). Inilah yang harus kita buat dalam hidup kita, yaitu untuk menyatakan kasih kita. Tuhan Yesus telah memberikan teladan yang mulia, Ia telah menyatakan kasih-Nya dengan turun ke dunia menjadi manusia. Karena kasih-Nya Ia rela mati di atas kayu salib. Karena kasih-Nya Ia rela menderita untuk menebus dosa kita. Yesus sangat mengasihi orang berdosa, tetapi Ia sangat benci dosa. Kita sebagai pengikut-Nya harus mengikuti teladan-Nya. Nyatakan kasih Kristus di dalam hidupmu agar dunia dapat melihat Kristus di dalammu. Yesus telah memulai dengan kasih-Nya, kita memiliki kewajiban untuk meneruskan kasih-Nya itu. Jangan sampai kasih-Nya itu putus atau berhenti dalam diri Anda. Biarlah kita menjadi penyalur kasih-Nya dan biarkan kasih-Nya itu terus mengalir melalui hidup kita kepada sesama kita. Berbahagialah orang yang menjadi tangan Allah untuk menyatakan kasih-Nya kepada manusia. Orang yang mengasihi Tuhan pasti ia juga mengasihi sesamanya, tetapi orang yang mengasihi sesamanya belum tentu ia mengasihi Tuhan. Ketika kita mengasihi sesama kita terkadang ada motif terselubung di balik kasih kita. Ketika kita mengasihi Tuhan, kita harus mengasihi dengan hati yang tulus tanpa ada maksud tertentu. Mari kita nyatakan kasih kita kepada Tuhan dan sesama kita dengan tulus dan sungguh-sungguh. (Giant)

Jangan sampai kasih Kristus terputus di diri kita. Tugas kita adalah menyalurkan kasih itu.

Selasa, 17 April 2007

PENGELOLA ATAU PENGRUSAK?

Kejadian 2 : 1-17

Tuhan menjadikan langit dan bumi, dan segala yang dijadikan-Nya itu, ”sungguh amat baik” (Kejadian 1 : 31). Itulah yang firman Tuhan katakan. Allah kita adalah Allah yang sempurna, dan ciptaan-Nya adalah sempurna. Tetapi jika kita melihat keadaan dunia sekarang ini, terjadinya tanah longsor, banjir di mana-mana, bahkan sampai banjir lumpur, ikan-ikan yang keracunan... mengapa semua itu terjadi? Apakah Tuhan salah menciptakan sehingga setelah sekian ribu tahun, bumi tidak lagi baik seperti waktu diciptakan? Memang benar, akibat Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, bumi jadi terkutuk karenanya sehingga manusia harus bersusah payah untuk hidup (Kejadian 3 : 17).
Dalam firman hari ini kita membaca bahwa Tuhan menempatkan manusia dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu (ayat 15). Tuhan menciptakan manusia adalah untuk menjadi pengelola bumi ini, untuk memeliharanya dan bukan untuk merusakkannya. Tetapi kita dapat melihat bagaimana manusia sendiri telah merusak alam, sehingga menyebabkan segala bencana terjadi. Pembuangan sampah yang sembarangan menyebabkan sungai menjadi kotor dan air tidak dapat mengalir; limbah yang dibuang ke laut menyebabkan ikan-ikan tercemar bahan kimia; penebangan dan pembakaran hutan menyebabkan longsor dan banjir; pembangunan tanpa perencanaan menyebabkan tanah resapan hilang; polusi udara karena asap mobil yang kotor... Apakah semua itu salah Tuhan? Bukankah semua itu akibat ulah manusia sendiri?
Marilah kita belajar mulai dari diri kita sendiri untuk disiplin dalam menjaga lingkungan kita. Kita tidak perlu menyalahkan orang lain, dan tidak usah menunggu orang lain untuk memulai, tapi mari kita mulai lebih dulu; dari hal yang kecil, seperti membuang sampah pada tempatnya, memelihara pohon-pohon di lingkungan kita, menjaga kebersihan saluran / got. Jangan berpikir karena orang lain sembarangan, kita juga boleh ikut. Ingatlah bahwa Tuhan telah memberikan bumi ini untuk kita pelihara. (Ginny)

Kita bertanggung jawab kepada Tuhan atas tugas yang diberikan-Nya.

Rabu, 18 April 2007

BEJANA PILIHAN

I Korintus 1 : 28

Yesus bermaksud mencari sebuah bejana yang pantas untuk dipakai-Nya. Di pinggir jalan yang ramai ada satu toko bejana yang menyediakan bermacam-macam bejana yang indah. Ketika Yesus masuk, tepat di depan-Nya terdapat meja kecil yang di atasnya terletak bejana yang sangat indah. Warna kekuningan yang terpancar dari bejana tersebut menandakan bahwa bejana tersebut terbuat dari emas. Bejana emas itu berteriak memanggil Yesus, “Tuhan, ambillah aku. Aku yakin, akulah yang pantas Kau pakai karena aku terbuat dari emas murni yang mahal harganya.” Tetapi Yesus berlalu begitu saja sambil melihat bejana-bejana yang lain. Ketika Yesus lewat di samping sebuah etalase, Dia melihat sebuah bejana kristal yang bening. Bejana kristal ini tampak memamerkan bentuknya yang ramping sambil berkata, “Akulah bejana terbaik di sini. Jika Tuhan menaruh apa saja di dalamku, itu pasti kelihatan karena tubuhku tembus pandang dan sinar yang memantul dariku memberikan warna pelangi yang indah.” Tetapi Yesus tidak menghiraukan suara itu, Dia terus mencari. Sebuah bejana dari kayu hitam tiba-tiba melambaikan tangan dan berkata, “Nah, aku yakin, akulah yang Tuhan pilih. Sekarang ini kan orang-orang lebih menyukai barang-barang yang terbuat dari kayu, tampak lebih alami dan ditambah ukiran-ukiran yang ditoreh di seluruh tubuhku, aku kelihatan semakin indah.” Yesus tidak memalingkan wajah-Nya dan Ia masih terus mencari. Secara tidak sengaja Yesus memalingkan wajah-Nya ke pojok ruangan dan Ia melihat satu bejana tanah liat yang sudah pecah berkeping-keping. Menyadari keadaannya, bejana tanah liat itu tidak berani berkata apa-apa. Namun Yesus membungkuk, mengumpulkan kepingan-kepingan bejana itu dan mengangkatnya sambil berkata, “Inilah bejana yang sedang Aku cari, ia pasti dapat berguna kembali di tangan-Ku.”
Tuhan memilih dan memakai kita bukan karena kelebihan yang ada di dalam diri kita. Betapa sering kita merasa memiliki kelebihan-kelebihan yang dapat dibanggakan dan merendahkan orang lain karena kelebihan kita. Misalnya, wajah yang tampan atau cantik, status sosial dan ekonomi yang tinggi, dan lain sebagainya. Tetapi Yesus mencari kita yang tidak dipandang oleh dunia ini, yang dicap sebagai pendosa, yang tidak memiliki apa-apa untuk dibanggakan. Yesus rindu mengumpulkan kepingan-kepingan hati kita dan berkata, “Engkaulah yang Aku cari, engkau yang hancur hati, Aku akan membuatmu menjadi berharga kembali.” (Aping)

Di tangan Tuhan yang berkeping-keping bisa diubah melebihi yang paling baik sekalipun.

Kamis, 19 April 2007

ANDA HAUS?

Mazmur 73 : 23-28

Para pakar kesehatan menganjurkan kita untuk minum sedikitnya 2 liter air setiap hari. Selain dapat mengurangi resiko serangan jantung, air juga menjadikan kulit kita berkilau dan membantu mengurangi berat badan. Bahkan kita harus minum lebih banyak air ketika berolahraga atau jika kita berada di tempat yang panas atau kering. Meskipun kita tidak haus kita tetap harus minum air. Kehausan kita akan Allah bahkan lebih bermanfaat lagi. Pada saat kita mengalami kekeringan rohani, kita akan rindu mendengar Dia melalui firman-Nya dan kita akan mencari setetes pengetahuan akan Dia. Apabila kita melatih iman dengan cara baru, maka kita akan ingin menjadi dekat dengan-Nya dan menerima kekuatan-Nya. Kita akan menjadi semakin haus akan Allah apabila kita melihat dosa orang-orang yang ada di sekitar kita, atau ketika kita memperoleh kesadaran baru akan dosa kita sendiri dan memerlukan Dia. Apabila kita mengalami dahaga rohani, kita dapat mengikuti teladan Asaf dan mendekatkan diri kepada Allah (ayat 28). Dia akan memuaskan diri kita dan membuat kita menjadi lebih haus lagi akan Dia sehingga kita akan belajar untuk mengingini Dia lebih dari apapun juga. (DBR)

Dahaga akan Allah hanya dapat dipuaskan oleh Kristus Sang Air Kehidupan.

Jumat, 20 April 2007

TANGGUNG JAWAB

Ulangan 1 : 9-15

Kita manusia adalah makhluk yang terbatas dalam banyak hal. Memikul tanggung jawab terhadap orang lain adalah salah satunya. Dalam renungan hari ini, Musa menyampaikan isi hatinya kepada orang Israel bahwa dia tidak sanggup untuk memikul seluruh tanggung jawab atas bangsa itu, khususnya dalam hal menyelesaikan masalah yang terjadi. Masalah yang terjadi di dalam satu keluarga yang terdiri dari suami-istri saja sudah sangat berat, apalagi kalau satu bangsa. Ini juga yang sangat banyak terjadi pada masa sekarang. Banyak jemaat gereja yang meng’harus’kan pendetanya untuk memikul seluruh beban masalah jemaat tersebut dengan dalih, “itu sudah tugas gembala”. Sama seperti Musa, pendeta juga manusia yang terbatas. Jadi, jangan kita bebani lagi dengan semua masalah kita. Selain itu kita juga harus ingat bahwa kita bertanggung jawab atas kehidupan kita sendiri kepada Tuhan, bukan pendeta, itu artinya termasuk bertanggung jawab atas masalah kita. Mari kita belajar untuk tidak melempar tanggung jawab, tetapi mari kita menjadi umat Allah yang bertanggung jawab atas segala masalah hidup kita pertama kepada Tuhan dan kemudian kepada diri sendiri. (cubs)

Setiap orang harus bertanggung jawab sendiri, tidak dapat diwakili.

Sabtu, 21 April 2007

KUAT DAN TEGUH LEWATI TANTANGAN

Matius 10 : 28

Setiap orang yang hidup di dunia ini pasti akan banyak melewati tantangan dan masalah. Orang yang tidak melewati tantangan dan masalah adalah orang yang mati. Selama kita hidup, siap atau tidak siap, kita harus berhadapan dengan tantangan dan masalah. Persoalannya bukanlah menghindari tantangan itu, tetapi bagaimana menghadapinya dengan langkah-langkah yang benar sehingga meraih kemenangan. Pertama, ingat bahwa Tuhan kita adalah Allah yang aktif dalam menyertai anak-anak-Nya. Ia adalah Allah yang bertanggung jawab atas hidup kita karena kita berharga di mata-Nya. Nyawa-Nya saja Dia berikan, apalagi penyertaan-Nya. Jadi di tengah tantangan dan masalah yang menghimpit kehidupan kita, jangan pernah kuatir karena ada Yesus yang menyertai kita. Kedua, ingat dan sadari bahwa sebagai orang percaya kita akan selalu melihat kemenangan besar di setiap pertandingan besar. Ini adalah janji Tuhan bagi anak-anak-Nya. Dengan tantangan dan masalah yang diijinkan Tuhan bagi kita, kita akan dilatih untuk lebih kuat dan lebih bijaksana dalam hidup ini. Asal kita tidak berpaling dari pada-Nya. Ketiga, ingat dan sadari bahwa Iblis memang ingin melihat anak-anak Tuhan lemah dan takut karena itulah tujuan-Nya, untuk menjatuhkan anak-anak Tuhan. Oleh sebab itu kita harus waspada dan melawannya dengan selengkap senjata yang disediakan buat kita (Efesus 6 : 14-17). Keempat, ingat bahwa Allah kita dapat merubah kutuk dan penderitaan menjadi berkat dan mujizat. Apapun yang dirancangkan oleh Iblis (musuh kita), jika tidak diijinkan oleh Tuhan, tidak akan terjadi pada kita, malahan rancangan Iblis itu akan diubahkan Tuhan menjadi berkat dan mujizat. Seutas rambutpun tidak akan jatuh dari kepala kita jika tidak diijinkan Tuhan.
Sebagai anak-anak Tuhan, sudah seharusnya kita kuat dan teguh di tengah tantangan dan masalah karena kita sadar bahwa Tuhan menyertai kita. Asal kita setia dan menjaga kekudusan, kemenangan sudah menjadi bagian kita.

Sebesar apapun tantangan yang dihadapi, jangan pernah putus asa dan menyerah.

Minggu, 22 April 2007

AKU LEMAH... AKU KUAT

II Korintus 12 : 9-10

Di dalam hidup kita pastilah kita sering mengalami masalah yang begitu berat sehingga membuat iman kita menjadi lemah. Biarlah kelemahan itu tidak menjadi alasan kita untuk menyerah. Biarlah melalui kelemahan itu malah membuat iman kita bertambah kuat di dalam Kristus. Justru ketika kita menghadapi masalah yang berat, kuasa Tuhan turun menaungi kita sehingga kita akan memperoleh kekuatan yang dahsyat untuk melalukan masalah itu. Kuasa Tuhan akan menjadi sempurna dalam hidup kita bila kita mau berserah penuh kepada Tuhan. Tuhan memang mengijinkan masalah itu datang dalam hidup kita, supaya kita belajar berharap penuh kepada Dia. Hendaknya kita tidak meragukan kedahsyatan kuasa-Nya. Bila Tuhan telah menunjukkan kuasa-Nya maka tidak ada sesuatupun yang dapat menghalangi kuasa itu bekerja dalam hidup kita. Bila mata hati kita tertuju kepada Kristus maka kita akan melihat masalah itu menjadi tidak berarti. Bila mata hati kita berpaling dari Kristus maka kita akan melihat masalah itu tambah besar dan kita tambah lemah, dan akhirnya kita kalah oleh masalah itu. Sekarang kita mau jadi pemenang atau menjadi seorang yang selalu kalah? Pilihannya ada di tangan kita. Saya percaya Anda pasti dapat memilih yang terbaik bagi hidup Anda. Oleh sebab itu berserahlah sepenuhnya dan arahkan mata hatimu senantiasa kepada Tuhan Yesus. (Giant)

Justru dalam kelemahanlah kuasa Tuhan menjadi sempurna.