19 Jan 2008

Minggu ke 4 January

KASIH YANG TULUS.
Ami (12 tahun), kedua orangtuanya dan dua adiknya adalah keluarga yang sangat sederhana. Kecuali Ami, mereka belum mengenal Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Tetapi Ami rajin pergi ke gereja. Menjelang Natal, majelis gereja membuat program di mana setiap anggota majelis yang mampu dan mau bisa mencari anggota gereja yang kurang mampu dan memberi mereka hadiah Natal sesuai kemampuan majelis tersebut. Hartono, seorang anggota majelis yang tahu keadaan keluarga Ami, memanggilnya dan berkata, “Ami, sebagai hadiah Natal, bapak akan memberi kamu uang dua ratus ribu untuk kamu belikan barang yang paling kamu inginkan saat ini.” Ami berpikir sejenak dan berkata, “Terima kasih pak, saya butuh sepatu.” Pergilah mereka berdua ke mal dan masuk ke toko sepatu yang ada di situ. Sesampainya di sana, bapak itu heran karena Ami mencari sepatu pria dewasa. Kemudian Ami menunjuk sepasang sepatu dan berkata kepada penjual, “Saya mau yang ini, berapa harganya?” Penjual menjawab, “Sembilan puluh ribu rupiah.” Amipun membeli sepatu itu. Hartono membayar dan tidak bertanya apa-apa. Kemudian mereka keluar dari toko sepatu. Bapak itu tidak tahan dan bertanya, “Ami, buat siapa sepatu itu?” Amipun menjawab, “Pak, bapak saya tidak punya sepatu dan dia sangat membutuhkan sepatu untuk bekerja.” Sambil bercakap-cakap Ami kemudian masuk membeli baju wanita, dan beberapa batang coklat serta biskuit yang enak sehingga jumlahnya mencapai dua ratus ribu. Hartono kemudian mengantar Ami pulang. Hari Minggu berikutnya di gereja, Hartono bertemu dengan Ami. Dia kaget karena ayah, ibu dan kedua adik Ami juga ikut ke gereja. Hartonopun bertanya kepada ayah Ami, “Wah, pak, puji Tuhan, saya senang bapak datang.” Ayah Ami kemudian berkata, “Saya bukan orang yang percaya kepada Yesus, tetapi ketika Ami pulang dan membawa sepatu yang sangat saya butuhkan, baju untuk ibunya dan makanan serta coklat untuk kedua adiknya, saya tahu bahwa Tuhannya Ami adalah kasih dan saya mau bertemu dan mengenal Tuhan itu.”
Cerita di atas menggambarkan kasih yang tulus. Ketika diberi uang dua ratus ribu, Ami bisa saja membeli barang-barang yang dia perlukan, tetapi Ami tidak berbuat itu. Dia lebih mementingkan kepentingan keluarganya. Dia melakukan firman Tuhan dalam Filipi, mendahulukan kepentingan orang lain. Dia sungguh-sungguh mengasihi keluarganya. Dengan perbuatan kasih dan tidak mementingkan diri sendiri itu Ami telah menjadi saksi Kristus dan membawa keluarganya kepada Yesus. Itulah artinya kita menjadi saksi Kristus, bukan dengan kata-kata saja tetapi lewat perbuatan kita yang tidak mementingkan diri sendiri. Seperti Ami, kita juga dapat membawa orang datang kepada Yesus. (DeTe)


SENIN, 21 Januari 2008

JANGAN SALAHKAN

Yehezkiel 18 : 4

Ketika ditangkap karena kedapatan mencuri di pusat pertokoan, remaja yang baru tamat SMP ini tidak langsung mengakui perbuatannya. Ia menyalahkan teman yang telah mengajaknya untuk melakukan hal itu. Mungkin alasannya benar, tetapi kecenderungan melemparkan kesalahan kepada orang lain, lingkungan dan situasi ekonomi saat ini sudah menjadi hal yang biasa untuk menghindari tanggung jawab. Konsep di atas ternyata bukan merupakan hal yang baru. Pada zaman Yehezkiel sudah ada semacam pemahaman yang beredar di antara umat Allah yang menyatakan bahwa, “Ayah-ayah makan buah mentah dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu.” (ayat 2). Walaupun kata-kata itu sudah menjadi kebiasaan di antara umat Allah, namun Allah melarang nabi Yehezkiel untuk menggunakannya. Sebagai gantinya Allah menyatakan bahwa setiap orang harus bertanggung jawab atas dosanya sendiri. Ketika seseorang melakukan hal yang benar atau tidak, iapun menikmati akibat dari perbuatannya itu. Seorang ayah tidak perlu menanggung dosa atau langsung disalahkan atas kejahatan anaknya; demikian juga kejahatan seorang ayah tidak ditanggung oleh anaknya. Mereka masing-masing harus bertanggung jawab sendiri di hadapan Allah. Walaupun ada banyak alasan bagi seseorang untuk menyalahkan orang lain guna menghindari tanggung jawab, di hadapan Tuhan dan hukum semuanya itu tidak berarti. Sebab itu jika kita telah berbuat salah atau dosa, akui saja, bertobat dan terima akibatnya. Tidak perlu menyalahkan orang lain, urusannya jadi panjang dan nurani kita tidak bisa tenteram karena terus-menerus dikejar rasa bersalah. (Aping)
Menyalahkan orang lain hanya bisa menghindari tanggung jawab untuk sementara waktu saja.

SELASA, 22 Januari 2008

SUDAH PERNAH

Filipi 4 : 12-13

Rasul Paulus memberi nasihat kepada jemaat di Filipi tentang apa yang harus dilakukan karena dia sendiri telah mengalami semua keadaan yang mungkin dialami manusia dalam hidupnya. Paulus pernah mengalami kekurangan, dia juga pernah mengalami kelimpahan, dan sebagainya (ayat 12). Nasihatnya itu juga berlaku untuk kita. Apa yang kita alami saat ini, sudah pernah dialami Paulus. Sering kita tidak mendengarkan nasihat orang lain karena kita tidak melihat sendiri orang lain itu sudah pernah mengalami kesulitan seperti yang kita alami. Sering kita membantah nasihat orang lain karena kita merasa lebih tahu, pintar dan lebih mengenal masalah yang kita hadapi. Kalau kita mengalami hal itu, kita dapat berpegang pada nasihat Paulus pada ayat 13 karena dia sudah pernah mengalami semuanya. Yang perlu kita lakukan hanya percaya, yakin dan melakukan nasihat Paulus pada ayat 13: AKU BISA! (cubs)
Orang yang bijak belajar dari pengalaman orang lain.

RABU, 23 Januari 2008

SYUKURI KELEMAHAN KITA

II Korintus 12 : 7-10

Tuhan selalu memiliki tujuan dalam setiap masalah yang terjadi. Kita perlu belajar dari Rasul Paulus, seorang yang dipakai Tuhan luar biasa tetapi kenyataannya ia memiliki kelemahan. Rasul Paulus menyadari bahwa kelemahannya justru membawa kebaikan dalam hidupnya. Ada tiga hal yang dapat kita pelajari di sini: 1. supaya dia tidak meninggikan diri (ayat 7). 2. supaya kuasa Tuhan menjadi sempurna (ayat 9). 3. jika dia lemah, maka dia kuat (ayat 10). Tiga hal ini menjadi berkat yang luar biasa bagi kita. Demikian juga dalam hidup kita, Tuhan memberi kita kelemahan supaya kita juga belajar ketiga hal di atas karena Tuhan tidak suka orang yang sombong dan lewat kelemahan kita maka kita akan selalu sadar bahwa kita punya Tuhan yang kuat dan sempurna. (Neke)
Syukuri kelemahan kita karena kita punya Allah yang menopang.
KAMIS, 24 Januari 2008

TAK PERLU PANIK

I Petrus 4 : 12-19

Sebelum kita mengadakan suatu perjalanan jauh dengan kapal laut atau pesawat udara, akan dijelaskan terlebih dahulu prosedur keselamatan jika terjadi kecelakaan. Biasanya diperagakan juga cara memakai alat-alat penyelamat. Kita akan diingatkan untuk tidak panik jika ada bunyi sirene atau tanda bahaya lain, karena suasana akan jadi kacau dan tidak terkendali. Jika kita tidak mengerti keadaan sekeliling kita, mudah saja kita tergoncang oleh tanda bahaya dalam hidup kita. Di zaman Petrus, pengikut-pengikutnya mengalami situasi yang sama. Ia memberi peringatan yang sederhana, “Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atasmu.” (ayat 12). Pencobaan dan sakit hati adalah tanda bahaya untuk melarikan diri; melarikan diri dari Tuhan dan berpaling mengikuti cara hidup yang mematikan. Mari kita berada dekat pada Tuhan dan mendengarkan firman-Nya. Pencobaan mungkin hanyalah sebuah peringatan untuk kita menyerahkan diri kita dan percaya pada Tuhan dan bukan manusia. Kita dapat percaya bahwa Dia akan menolong kita pada saat tanda bahaya terdengar. Ia sudah menyiapkan tempat perlindungan bagi kita. Kita aman terlindung dalam Tangan-Nya yang penuh kuasa. (DBR)
Kepanikan akan memperburuk masalah. Penyelesaian hanya didapat dalam Yesus.
JUMAT, 25 Januari 2008

MELAYANI TUHAN

Lukas 10 : 38-42

Ketika Yesus datang ke rumah Marta dan Maria, Marta sibuk sekali melayani Tuhan dengan segala pekerjaannya dan Maria hanya duduk diam dekat kaki Yesus untuk mendengarkan Dia. Ketika Marta protes kepada Yesus supaya Maria membantunya, Yesus hanya berkata, ”... Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” (ayat 42).
Banyak orang sering berpikir bahwa melayani Tuhan adalah ”bersibuk-sibuk” dengan segala kegiatan seperti berkhotbah, memimpin pujian, bermain musik dan sebagainya. Semua itu tidak salah, karena Tuhanlah yang memberikan talenta kepada kita. Tetapi seringkali mereka yang merasa tidak bisa berkhotbah, tidak bisa bernyanyi, tidak bisa bermain musik, jadi bingung bagaimana caranya harus melayani Tuhan. Kita harus membedakan antara ”melayani Tuhan” dengan ”melayani pekerjaan Tuhan”. Segala kegiatan gereja yang kita lakukan adalah ”melayani pekerjaan Tuhan”, dan itu saja tidaklah cukup, kita harus mengimbangi juga dengan ”melayani Tuhan”. Bagaimana caranya kita melayani Tuhan? Dengan memuji dan menyembah Tuhan, berdoa dan mendengarkan Dia berbicara lewat renungan firman Tuhan secara pribadi; dan melakukan kepada sesama kita apa yang Yesus katakan, ”Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.” (Matius 25 : 35-36). Itulah bentuk pelayanan kita kepada Tuhan. Seperti apa yang Yesus katakan, ”Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Matius 25 : 40). Kalau melayani Tuhan adalah seperti itu, tidak ada seorangpun yang dapat berkata, ”Saya tidak bisa melakukannya”, bukan?
Yesus tidak menegor Marta yang sibuk dengan pekerjaannya, tapi Yesus juga tidak menyalahkan Maria yang tidak membantu saudaranya. Keduanya sama baik bila ada keseimbangan dalam melayani Tuhan dan pekerjaan-Nya. Kita harus melayani Tuhan, dan jika Tuhan memberikan talenta kepada kita, pakailah untuk melayani pekerjaan Tuhan, untuk kemuliaan nama-Nya. (Ginny)
Hidup kita yang Tuhan berikan adalah untuk melayani Dia.
SABTU, 26 Januari 2008

HARUS MEMILIH

Bilangan 30 : 19

Tuhan memberi kita pilihan, antara berkat atau kutuk. Kita harus memilih salah satu. Tidak bisa mau dua-duanya. Akibatnya juga sangat jelas sekali, antara sorga dan neraka. Kedua pilihan itu ada konsekuensinya, ada akibatnya. Kalau kita memilih berkat dan kehidupan ada hal-hal yang harus kita lakukan, ada hal-hal yang harus kita hindari. Begitu juga kalau kita memilih kutuk dan kematian. Setelah kita memilih, kita juga harus konsekuen dengan pilihan kita itu. Kita tidak boleh bimbang, tidak boleh terombang-ambing, tidak boleh plin-plan, sebentar iya sebentar tidak. Tuhan tidak senang dengan orang yang plin plan. Dalam kitab Wahyu Tuhan berfirman Dia akan memuntahkan setiap orang yang suam-suam kuku, tidak panas atau tidak dingin (Wahyu 3 : 16). Dengan kata lain, Tuhan tidak suka dengan orang yang tidak mau memilih, panas atau dingin. Mari tentukan pilihan kita apakah berkat atau kutuk, dan hiduplah dengan pilihan kita itu. Jangan sampai dimuntahkan oleh Tuhan. (cubs)
Orang tidak bisa berdiri di antara dua perahu, harus memilih salah satu dengan segala akibatnya.
MINGGU, 27 Januari 2008

JANGAN BERHENTI

Matius 19 : 30

Hidup orang Kristen ibarat perlombaan balap mobil. Kita membawa mobil hidup kita mengarah pada Kristus dan berjalan pada jalan kebenaran-Nya. Start perlombaan dimulai dari saat pertobatan kepada Kristus. Saat mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan maka kita telah mulai ikut dalam perlombaan iman. Ketika berada dalam arena perlombaan, kita harus terus berjalan maju, jangan pernah mengurangi kecepatan atau berhenti di tengah perlombaan. Bila kita berhenti atau mengurangi kecepatan maka akan terbalap oleh orang yang di belakang, dan firman hari ini akan tergenapi dalam hidup kita, ‘yang terdahulu akan menjadi yang terkemudian’. Alangkah disayangkan bila kita telah jauh menempuh perjalanan dan di tengah jalan terbalap oleh orang di belakang karena kita mematikan atau mengurangi kecepatan. Supaya jangan terbalap oleh orang di belakang maka kita harus menambah kecepatan mobil. Dengan membangun hubungan yang lebih intim lagi dengan Bapa di sorga maka kerohanian kita akan bertumbuh semakin dewasa. Tuhan Yesus tidak pernah bertanya berapa lama kita telah menjadi orang Kristen, tetapi yang Ia inginkan adalah berapa besar dan dewasanya iman kita kepada-Nya. Oleh sebab itu mari pacu lebih kencang lagi mobil hidup kita. Jangan pernah berhenti, tetapi teruslah bertumbuh di dalam Kristus. (Giant)
Sebelum sampai garis finish masih ada kesempatan. Jangan berhenti.

13 Jan 2008

Minggu ke-3 January

DOA KEPADA YESUS

Tuhan Yesus,
terima kasih karena Engkau memberi kami suatu keinginan,
keinginan untuk maju, keinginan untuk meraih impian dan cita-cita, dan keinginan-keinginan lainnya.
Keinginan itu membuat kami berusaha, memberi kami dorongan untuk berkarya dan berbuat lebih baik lagi.
Tuhan Yesus,
kami menyadari bahwa kami punya keinginan yang baik,
tapi ada juga keinginan yang tidak baik dalam diri kami karena kami manusia yang tidak luput dari dosa warisan,
manusia yang tidak luput dari keinginan daging. Karena itu ya Tuhan, tolonglah kami untuk meletakkan seluruh keinginan kami dalam kerangka firman-Mu,
menjadikan firman-Mu sebagai dasar dalam memilah-milah keinginan kami, sehingga ketika keinginan jahat muncul dalam diri kami,
kami dapat menolaknya dengan tegas.
Ajar kami untuk membawa seluruh keinginan, rencana dan cita-cita kami ke dalam kehendak dan rencana-Mu.
Engkaulah Tuhan Pencipta kami.
Engkaulah yang berkuasa sepenuhnya atas hidup kami, dan
Engkaulah yang mengetahui apa yang terbaik bagi kami.
Jalan-jalan-Mu begitu tinggi melampaui akal pikiran kami yang terbatas,
apa yang kami pandang sudah cukup baik mungkin belum baik bagi-Mu.
Engkau mempunyai rencana yang indah dalam kehidupan kami masing-masing dan
rencana-Mu itu akan Engkau genapi dalam diri kami jika kami sepenuhnya taat dan turut dalam pimpinan-Mu. Terpujilah nama-Mu Yesus, sekarang dan selama-lamanya. Amin. (IR)

KEKUATAN SEBUAH DOA
Doa yang disampaikan dengan tulus dan dengan hati yang benar oleh orang yang dekat dengan Tuhan akan mempunyai kekuatan yang dapat melumpuhkan hati yang keras, gunung yang tinggi dan besar sekali. Yesus selalu mengawali dan mengakhiri setiap kegiatan-Nya dengan doa. Doa yang didengar oleh Bapa bukanlah doa yang panjang dan dirangkai menjadi seuntai puisi yang indah. Doa yang didengar adalah doa yang disampaikan dari hati yang hancur, hati yang sungguh-sungguh rindu, hati yang sungguh-sungguh butuh. Doa yang dijawab bukanlah doa untuk mendapat keinginan, tetapi doa untuk memenuhi kebutuhan. Doa yang dinaikkan untuk orang lain bisa mengubahkan hati-Nya Tuhan, seperti ketika Musa berdoa untuk bangsa Israel, Abraham berdoa untuk Sodom dan Gomora. Beberapa fungsi doa lainnya adalah:
a. Menyatakan apa dosa saya, siapa saya sesungguhnya. Lalu kataku: "Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam." ( Yesaya 6 : 5).
b. Membersihkan dosa yang bahkan tidak kita ingat. “Lagipula hamba-Mu diperingatkan oleh semuanya itu, dan orang yang berpegang padanya mendapat upah yang besar. Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari.” (Mazmur 19 : 12-13).
c. Menopang kita sehingga tidak mudah jatuh. “Langkahku tetap mengikuti jejak-Mu, kakiku tidak goyang.” (Mazmur 17 : 5).
d. Mengendalikan mulut kita.
Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku! (Mazmur 141 : 3).
e. Membuka mata rohani kita sehingga bisa melihat Tuhan dengan jelas,
“Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu.“ (Mazmur 119 : 18).
f. Menghadirkan Roh Kudus.
“Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.“ (Kisah Rasul 2 : 4).
g. Membawa keselamatan lebih dari pada perkataan. “Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa.”(I Yohanes 5 : 16).
Marilah kita berdoa, bila kekuatan sebuah doa dapat membawa jiwa kepada Tuhan, menyadarkan orang dari kesalahannya dan terlebih dahsyat lagi doa orang yang benar besar kuasanya. Doa adalah nafas orang percaya dan doa adalah cara orang percaya berkomunikasi dua arah dengan Tuhan. Mari kita berdoa. (cubs)

SENIN, 14 Januari 2008
TAHUN BARU, HIDUP BARU
Efesus 4 : 17-32
Sudah satu tahun berlalu, kini kita berada di tahun yang baru lagi. Banyak sekali pengalaman yang telah di alami, baik manis maupun pahit. Kita mungkin pernah jatuh ketika pencobaan datang, dan mencoba bangkit lagi. Janganlah kegagalan menghambat langkah kita untuk maju, tetapi biarlah kegagalan itu menjadi pelajaran agar di tahun ini kita tidak jatuh di tempat yang sama lagi. Tahun yang baru ini seperti buku yang masih kosong yang belum ada coretan-coretannya, marilah kita isi dengan sesuatu yang baik dan kita pertahankan hingga akhir tahun dan itu akan menyenangkan hati Tuhan. Bagaimana caranya? Dengan menjadi manusia baru yang senantiasa diperbaharui hari lepas hari. Diperbaharui dengan apa? Dengan doa dan firman Tuhan. (Giant)
Tetaplah maju dan berubahlah senantiasa di dalam Yesus Kristus.

SELASA, 15 Januari 2008
AKU TAHU
II Timotius 1 : 12
Kalau mau ditelusuri penggunaan bahasa dalam pergaulan sehari-hari dewasa ini, saya harus akui bahwa banyak kata-kata “gaul” yang digunakan remaja dan pemuda yang tidak saya ketahui. Oleh sebab itu saya mencoba untuk bergaul dengan anak-anak remaja sehingga bisa mengerti bahasa gaul mereka. Kadang saya juga merasa harus nonton acara tertentu agar tidak ketinggalan. Keingintahuan kita tentang banyak hal bukanlah sesuatu yang buruk. Sebaliknya bisa menambah wawasan dan banyak teman. Tapi ada hal yang lebih butuh perhatian untuk kita ketahui dan yakini. Dalam bacaan hari ini Paulus dengan tegas mengungkapkan keyakinannya yang kuat atas apa yang ia ketahui dan percayai. Paulus bukanlah orang yang tidak peduli dengan perkembangan yang ada di sekitarnya, bahkan kalau mau dilihat latar belakangnya, ia termasuk seorang yang berpendidikan tinggi dan tahu apa yang harus dilakukan dalam hidupnya. Setelah mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, segala kebanggaan keturunan, kepandaian, tidak lagi menjadi utama dalam hidupnya. Paulus bermegah atau bangga karena ia mengenal Yesus dan dikenal oleh Yesus. Paulus tahu kepada siapa ia mempertaruhkan hidup dan masa depannya. Pengetahuan akan Tuhan Yesus serta keyakinannya itu melebihi segala pengetahuan yang bisa diraih di dalam hidupnya, sehingga apapun yang dialaminya kemudian baik itu menyenangkan atau tidak, tidak terlalu penting lagi. Rasanya senang kalau kita bisa tahu banyak hal di sekitar kita sehingga bisa dipergunakan untuk menolong orang yang tidak tahu. Sebagai orang Kristen, kita harus tahu dengan pasti kepada siapa kita percaya dan ke mana kita akan pergi setelah hidup ini berakhir. Kalau bicara tentang akhir hidup, yang penting bukanlah berapa banyak ayat Alkitab yang kita hafal, tetapi sejauh mana pengenalan kita akan Tuhan Yesus. Untuk mengenal Dia dengan sungguh-sungguh, bergaullah dengan-Nya setiap hari melalui Alkitab sehingga kita juga bisa berkata seperti Paulus, “Karena aku tahu kepada siapa aku percaya.” (Aping)
Tidak ada gunanya aku tahu tentang banyak hal tetapi tidak tentang Yesus.
RABU, 16 Januari 2008
BERUBAH? ATAU BELUM?
Matius 22 : 10–13

Renungan hari ini sangat menarik. Kalau kita menghadiri suatu pesta, apa saja, kita perlu mengganti pakaian sehari-hari kita dengan pakaian pesta. Pakaian sehari-hari dengan pakaian pesta jelas berbeda. Orang-orang di sekitar pasti dapat membedakan. Yesus menceritakan perumpamaan ini karena Dia ingin mereka yang mau menjadi murid-Nya juga harus bisa menunjukkan perbedaan antara setelah mereka mengikut Yesus dengan sebelumnya. Perubahan bukan hanya secara fisik, tetapi perubahan menyeluruh, fisik, emosi dan rohani. Tolok ukur orang yang sudah berubah antara lain, mempunyai hubungan erat dengan Tuhan, selalu taat kepada perintah Tuhan, mempunyai karakter buah Roh (Galatia 5 : 22-23). Dari semuanya itu, orang lainlah yang memberi penilaian akan perubahan dalam pribadi setiap murid Yesus. Bila belum ada orang yang berkata, “kamu sudah berubah”, maka kita harus waspada. Jangan sampai seperti tamu yang tidak mau berganti pakaian, kita juga dicampakkan ke tempat penghukuman karena belum berubah. Hiiii….serem! (cubs)
Orang lain yang bisa melihat kita sudah berubah atau belum.
KAMIS, 17 Januari 2008
INGIN DAMAI DAN BAHAGIA?
Yesaya 49 : 18

Renungan kali ini mengajar kita tentang kunci kebahagiaan dan damai sejahtera yang melimpah. Setiap kita pasti ingin hidup bahagia dan damai sejahtera. Untuk itu kita harus memperhatikan perintah-perintah Tuhan, artinya kita harus fokus pada kehendak-Nya, apa yang Ia mau kita lakukan dalam hidup ini, yaitu berjalan dalam kebenaran Allah atau hidup sesuai firman-Nya. Apabila kita lakukan hal itu, maka kebahagiaan dan damai sejahtera pasti akan dilimpahkan Allah. Kebahagiaan dan damai sejahtera diberikan oleh Allah terus-menerus, tidak pernah berhenti, atau kekal selama-lamanya bagi mereka yang mentaati-Nya. (Neke)
Kalau ingin damai dan bahagia, lakukan firman Allah.

JUMAT, 18 Januari 2008
JAWABAN YANG TEPAT
Matius 16 : 13-17
Jika Tuhan Yesus menanyakan sesuatu, bukan berarti Ia tidak tahu jawabannya melainkan karena Ia menganggap pertanyaan itu sangat penting. Ketika Yesus dan murid-murid-Nya berada di Kaesaria, Filipi, yang jauh dari daerah mereka dan merupakan tempat penyembahan berhala, tempat orang dianiaya, penuh ancaman untuk orang yang berpolitik atau bagi orang yang menganut suatu agama. Di tempat itulah Tuhan Yesus menanyakan siapakah Dia sebenarnya. Ia ingin kepastian dari murid-murid-Nya, bahwa mereka tahu pasti siapa yang mereka ikuti selama ini. Sekarang ini, masih banyak juga orang yang tidak suka pada Yesus seperti pada waktu Ia mengajukan pertanyaan ini pada murid-murid-Nya, “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” (ayat 13). Seperti di zaman Yesus, orang-orang sekarangpun memberi beberapa nama pada Yesus yang tidak tepat, di antaranya “Ia hanya seorang pria yang baik”, atau “Ia Tuhannya orang Kristen”, dan sebagainya. “Ada yang mengatakan, Yohanes Pembaptis. Ada juga yang mengatakan Elia, dan ada pula yang mengatakan Yeremia, atau salah satu dari para nabi.” (ayat 14). Jawaban yang tepat dan harus tidak berubah adalah seperti yang dikatakan Petrus, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.” (ayat 16). Petrus diberkati Allah atas pengakuannya itu. Mari kita bergabung dengan pengakuan Petrus bahwa Ia adalah Juruselamat kita. (DBR)
Siapapun yang percaya pada Yesus Kristus lahir dari Allah.

SABTU, 19 Januari 2008
HAMBA TUHAN
Lukas 17 : 7-10
Siapakah hamba Tuhan? Rasul Paulus berkata, ”Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, ...” (Roma 6 : 16). Jadi kalau kita telah menyerahkan diri kita kepada Tuhan, kita semua adalah hamba Tuhan. Apa artinya menjadi hamba? Hamba adalah seorang yang melayani tuannya, seperti dalam bacaan kita hari ini. Tetapi sayang sekali ternyata banyak orang yang mengaku diri sebagai ”hamba Tuhan” tidak berlaku seperti itu. Mereka bersikap sombong, ingin dipuji, ingin dihargai, merasa tersinggung kalau tidak diperhatikan dan didahulukan. Apakah itu sikap seorang hamba? Tidak! Seorang hamba akan merendahkan dirinya, tidak minta dipuji atau dihargai, karena apa yang dia lakukan adalah tugas dan kewajiban dari tuan yang harus dia taati. Seorang hamba tidak punya hak untuk minta diperhatikan dan didahulukan karena tugasnya adalah melayani orang lain, jadi seharusnya mendahulukan kepentingan orang lain. Seperti Yesus yang berkata bahwa Ia datang untuk melayani bukan dilayani, Ia telah merendahkan diri-Nya sampai mati di kayu salib, begitulah seharusnya sikap seorang hamba. Bagaimana dengan kita? (Ginny)
Jangan mengaku diri sebagai hamba jika masih minta dilayani.

MINGGU, 20 Januari 2008
HIDUP YANG BERBAHAGIA
Mazmur 1 : 1
Setiap orang pasti mendambakan hidup bahagia. Hari ini kita akan belajar apa yang dikatakan oleh pemazmur mengenai hidup bahagia ini. Pertama, bila kita ingin hidup bahagia jangan berjalan menurut nasihat orang fasik, karena itu nasihat yang menjerumuskan kepada kesia-siaan. Kita harus berjalan menurut firman Tuhan yang adalah pelita hidup kita (Mazmur 109 : 115), setiap jalan kita akan diterangi olehnya. Kedua, kita jangan berdiri di jalan orang berdosa yang menuju kepada kebinasaan, tetapi harus berdiri di jalan Kristus yang membawa kepada hidup kekal. Berdiri di jalan Kristus maksudnya adalah hidup kita harus berada di dalam rencana Tuhan. Tuhan telah merancangkan rencana yang indah bagi setiap orang percaya. Untuk dapat mengetahui rencana Tuhan kita harus membaca, merenungkan dan melakukan firman-Nya. Setelah itu baru kita akan mengerti rancangan Tuhan bagi kita. Ketiga, jangan duduk dalam kumpulan pencemooh, karena di sana kita hanya akan membuang waktu dan tidak mendapat hasil apa-apa. Sebagai orang percaya kita harus senantiasa duduk dalam persekutuan orang beriman. Saat berkumpul kita akan saling dikuatkan dan diberkati. Bila saat ini Anda mendambakan kebahagiaan, lakukan nasihat pemazmur ini dan rasakan kebahagiaan itu nyata di hidup Anda. (Giant)
Hidup berbahagia hanya di dapat bila kita melakukan firman Tuhan.