10 Jun 2007

Minggu ke-3 Juni

TUHAN TIDAK BUTUH SUPERMAN

Mulai dari pada mulanya, Tuhan tidak membuat manusia dari emas dan permata yang berharga. Tuhan memakai debu tanah yang tidak berharga untuk menjadikan manusia yang sangat berharga. Abraham adalah seorang penakut, tetapi Tuhan Allah menjadikannya bapa orang percaya. Yakub seorang penipu, tetapi Tuhan Allah menjadikannya seorang yang menjadi berkat. Musa adalah seorang buronan yang melarikan diri, tetapi Tuhan Allah menjadikannya nabi besar. Daud adalah seorang penggembala domba yang miskin, tetapi Tuhan Allah menjadikannya raja yang penuh kemenangan. Petrus seorang yang mudah berubah dan asal bunyi, tetapi Tuhan Allah menjadikannya pemimpin umat. Paulus seorang perfeksionis yang kejam, tetapi Tuhan Allah menjadikannya penginjil yang penuh kasih. Semua orang di atas adalah orang biasa yang penuh dengan kekurangan, sama seperti kita. Bedanya adalah mereka mendengar, mereka percaya, dan mereka melakukannya. Alkitab adalah sebuah pengharapan bagi orang-orang yang kecil dan tidak berarti. Tuhan Allah yang dikenal dalam nama Yesus Kristus sanggup mengubah orang kecil menjadi orang besar. Kuncinya adalah mendengar, percaya, dan lakukan di dalam iman, pengharapan dan kasih. Mendengar dengan iman, percaya akan pengharapan, dan lakukan dengan kasih. Bagaimana caranya, Tuhan? Ini adalah pertanyaan yang timbul di dalam hati kita. Musa pernah menanyakan hal yang sama, bagaimana caranya, siapa yang akan menganggap saya, siapa yang mau mendengarkan saya? “Apa yang ada padamu?” Pertanyaan Tuhan yang menjadi jawaban bagi kita.
Musa menjawab, “Tongkat,”.
Seorang janda yang menghidupi Elia menjawab, “Sedikit gandum dan sedikit minyak.”
Murid-murid Yesus menjawab, “Lima roti dan dua ikan.”
Ya!!! Tuhan tidak meminta sesuatu yang tidak ada padamu, Tuhan memakai apa yang ada padamu. Tuhan memakai tongkat tua Musa untuk membelah lautan, Tuhan memakai lima roti dan dua ikan kecil untuk memberi makan 5000 orang. Kamu mungkin berkata:
“Saya ini bodoh, Tuhan, cuma lulusan SD.”
“Saya ini masih anak kecil, Tuhan.”
“Saya ini miskin, Tuhan.”
“Saya sudah tua, Tuhan.”
Bagi Tuhan tidak masalah. Tuhan tidak butuh superman untuk melakukan mujizat, Tuhan justru senang memakai orang-orang yang tidak dianggap, orang-orang terbuang, untuk menjadi berkat yang luar biasa. Batu yang dibuang oleh tukang bangunan dijadikan batu penjuru oleh Tuhan. Dalam ketidakmampuan kita kuasa Tuhan nyata dan sungguh sempurna. (IR)

Senin, 11 Juni 2007

HIDUP DALAM KEKUDUSAN

I Korintus 5 : 1-8

Dalam firman Tuhan hari ini kita membaca tentang dosa percabulan yang begitu besar yang dilakukan oleh jemaat di Korintus, sampai ”seperti yang tidak terdapat sekalipun di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, yaitu bahwa ada orang yang hidup dengan istri ayahnya.” (ayat 1). Mungkin kita berkata, ”Ah, saya kan tidak sampai seperti begitu lho!” Tetapi kita harus ingat, percabulan adalah dosa yang sangat dibenci oleh Tuhan! Dalam surat selanjutnya Rasul Paulus menulis, ”Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri.” (I Korintus 6 : 18).
Dengan perkembangan dunia sekarang, di mana mudah sekali untuk mendapatkan gambar-gambar atau film-film berbau pornografi, manusia menjadi rentan untuk hidup dalam percabulan. Bukan hanya orang dewasa, bahkan anak-anak sekolahpun jadi mudah terjebak karena apa yang dilihatnya lewat gambar atau televisi. Sebagai anak-anak Tuhan, kita dituntut untuk tidak mengikuti gaya hidup dunia seperti itu. Dalam suratnya, Rasul Petrus menasihatkan, ”...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” (I Petrus 1 : 15-16).
Rasul Paulus berkata, ”Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru... Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus. Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama,...tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran.” (ayat 7-8). Ragi berbicara tentang dosa. Kita harus menjadi seperti roti yang tidak beragi. Jadi seharusnyalah hidup kita tanpa dosa, melainkan murni dan benar, karena Kristus telah menebus kita dengan darah-Nya. Hargailah apa yang Yesus telah lakukan bagi kita, jangan sia-siakan pengorbanan-Nya yang begitu mahal! (Ginny)

Tuhan kita kudus. Sebagai anak-Nya kita juga harus kudus.

Selasa, 12 Juni 2007

PEMENANG

I Korintus 9 : 24-27

Rasul Paulus menggambarkan bahwa kehidupan kekristenan seperti suatu pertandingan yang harus dimenangkan. Untuk menjadi pemenang dalam pertandingan, kita harus mempunyai tujuan atau sasaran yang akan dicapai. Tanpa tujuan hidup kita tidak maksimal, karena tidak ada target yang harus dicapai. Setelah kita menetapkan tujuan, maka kita harus hidup fokus pada tujuan itu. Hidup yang fokus pada tujuan berarti hidup yang memusatkan perhatian pada tujuan itu. Bila kita menyimpang dari tujuan yang akan kita capai, itu berarti kita telah tidak fokus lagi pada tujuan itu. Cepat kembali fokus lagi agar hidup kita kembali lagi pada tujuannya. Berikutnya kita harus mengusahakan agar tujuan itu terwujud. Kita pernah mendengar istilah “ora et labora” (berdoa dan bekerja). Di sini kita dituntut agar kita berdoa pada Tuhan supaya Dia memberi kekuatan pada kita. “Hati manusia memikirkan jalannya tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya.” (Amsal 16 : 9). Penulis amsal ingin mengingatkan agar kita menyerahkan seluruh rencana kepada Tuhan, karena Tuhanlah yang menentukan langkah hidup manusia. Tidak cukup hanya berdoa, kita juga harus mengusahakan agar tujuan kita tercapai. Tanpa adanya usaha tidak mungkin tujuan itu bisa terjadi. Terakhir yang tidak boleh dilupakan, hidup kita harus sesuai perintah Tuhan. Di dalam usaha untuk mencapai tujuan itu, hidup kita harus tetap berjalan di dalam firman Tuhan. Mari kita terus berlomba dengan tujuan yang pasti. Jangan pernah menyerah dan putus asa, sebab Tuhan pasti akan menolong. (Giant)

Tanpa doa dan usaha kita tidak mungkin jadi pemenang.

Rabu, 13 Juni 2007

KRISTEN YANG SEJATI

Ayub 42 : 1-6

Hari-hari yang berjalan ini ada banyak orang memberi reaksi yang salah terhadap persoalan yang dihadapi. Banyak orang Kristen ketika ibadah menyatakan ekspresi iman yang luar biasa, tetapi ironisnya begitu mempunyai masalah kelakuannya seperti orang yang tidak punya Tuhan. Orang atheis adalah orang yang tidak percaya adanya Tuhan. Wajar bila mereka hidup tanpa Tuhan. Lucunya banyak orang Kristen mengaku adanya Tuhan tapi dalam kehidupannya sehari-hari berlaku seolah-olah Tuhan tidak ada. Mari kita menyadari bahwa kekristenan bukan hanya di bibir saja atau tidak hanya main perasaan-perasaan saja atau tidak hanya ketika di gereja atau dalam ibadah, tetapi kekristenan adalah realita kehidupan yang harus kita hadapi. Kita harus menyadari apa yang Tuhan kehendaki bagi diri kita. Dalam situasi apa saja, fokuskan mata kita kepada tempat di mana Tuhan berada. Itu sebabnya kita perlu membangun mezbah doa. Saat kita merenungkan kembali akan kebaikan Tuhan maka kita akan merasakan Tuhan begitu baik dalam kehidupan kita. Kita akan merasakan begitu besarnya pemeliharaan Tuhan dalam hidup kita. Kita tidak akan bersungut-sungut saat menghadapi masalah. Percayalah dan serahkanlah hidupmu kepada Tuhan karena Tuhan akan memelihara hidupmu. (Giant)

Orang Kristen sejati kelihatan dari sikap dan perbuatannya terutama ketika menghadapi masalah.

Kamis, 14 Juni 2007

AMAN DI TANGAN TUHAN

Mazmur 31 : 6

Ketika seorang pendeta mengunjungi jemaatnya yang sudah lanjut usia, nenek itu bertanya, “Pak pendeta, benarkah Allah telah menyediakan tempat bagiku di sorga?” Ketika pendeta itu mengiyakan, nenek itu bertanya lagi, “Kalau begitu, mengapa aku tidak segera dipanggil-Nya pulang?” Setelah berpikir sejenak, pendeta itu menemukan sebuah gagasan. “Nek, Allah memang menyediakan rumah bagi nenek di sorga, tapi rumah itu belum selesai. Temboknya belum dicat dan lantainya belum dipasangi keramik, namun sebentar lagi selesai kok, nek!” Ujar pendeta itu dengan bijak. Kita bisa belajar dari nenek tua itu. Dia begitu yakin akan keselamatan kekalnya sehingga dia ingin cepat dipanggil pulang ke rumah Bapa. Seperti pemazmur, bisakah kita berkata kepada Allah hari ini, “Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku!”? Obyek kecemasan orang yang setia bukan pada kehidupan atau kematian, tetapi pada rohnya. Umat percaya menyerahkan jiwanya ke tangan Allah. Semua hal aman di tangan Tuhan. Apa saja yang kita pasrahkan kepada Tuhan selalu aman, baik sekarang saat kita masih hidup di dunia maupun di sorga nanti. Jika kita menyadari kebenaran ini, kita akan mengalami hidup yang damai dan kematian yang penuh kemuliaan. Pada segala situasi dan kondisi kita perlu menyerahkan seluruh keberadaan kita ke tangan Yesus yang setia. Tidak jadi soal apakah kita bergantung pada seutas benang dan musuh kita banyak sekali seperti pasir di pantai, jiwa kita tetap tenteram karena berada di tempat yang tenang. Penebusan merupakan dasar yang kuat untuk percaya diri. Daud belum mengenal kalvari seperti halnya kita, tetapi penebusan sementara itu bisa membuatnya bersukacita. Bisakah kita yang telah memperoleh penebusan sempurna bersukacita? (Aping)

Selama di tangan Tuhan kita aman, jadi jangan keluar.

Jumat, 15 Juni 2007

DAMAI DENGAN DIRI SENDIRI

Roma 12 : 1-6

Dalam Roma 12 Paulus mengatakan bahwa beberapa orang cenderung berpikir terlalu tinggi tentang diri mereka sendiri. Di sisi lain, ada juga orang yang cenderung berpikir terlalu rendah tentang diri mereka. Bagaimana dengan Anda? Harga diri yang sehat terbentuk dari hidup yang diisi dengan kedamaian. Harga diri yang sehat menunjukkan adanya keseimbangan. Artinya, tidak menghargai diri terlalu rendah, tetapi juga tidak terlalu tinggi. Harga diri yang sehat terbentuk dari kemampuan untuk melihat diri kita sendiri sebagaimana Dia melihat kita. Ketika kita lahir baru, Tuhan melihat kita sebagai anak yang dikasihi-Nya yang punya identitas baru. Karena hidup kita “tersembunyi” di dalam Kristus dengan seutuhnya (Kolose 3 : 3). Dan karena Roh-Nya ada di dalam diri kita, kita dimungkinkan untuk menjalani kehidupan yang benar di mata-Nya. Namun pada saat yang sama kita sering menyimpan sifat dosa yang masih menyatakan dirinya. Karena itu adalah wajar untuk menyesali hal-hal tak pantas yang pernah kita lakukan. Hendaknya kita selalu ingat bahwa apakah kelakuan kita menyenangkan hati Tuhan atau tidak, hal itu tidak akan mengubah kasih-Nya kepada kita apalagi mengubah jati diri kita sebagai anak-Nya. Tuhan selalu melihat kita sebagai milik-Nya yang sangat bernilai. Akhirnya kita akan mencapai kematangan rohani dalam Kristus. Jangan lupa, kita jadi “merdeka” bukanlah karena apa yang kita lakukan. (DBR)

Kita ada sebagaimana kita ada sekarang karena pembaruan yang Yesus lakukan.

Sabtu, 16 Juni 2007

HATI-HATI MEMILIH YANG BENAR

I Raja-raja 22 : 1-28

Ketika raja Israel hendak pergi berperang melawan raja Aram, raja Yosafat meminta kepadanya untuk bertanya kepada Tuhan dulu. Raja Israel mengumpulkan nabi-nabinya untuk menanyakan firman Tuhan. Nabi-nabi itu mengatakan hal-hal yang baik kepada raja Israel. Tetapi raja Yosafat tidak puas, maka dipanggillah Mikha bin Yimla. Suruhan yang pergi memanggil Mikha itu, berkata kepadanya, ”Ketahuilah, nabi-nabi itu sudah sepakat meramalkan yang baik bagi raja, hendaklah engkau juga berbicara seperti salah seorang dari pada mereka dan meramalkan yang baik.” Tetapi Mikha menjawab, ”Demi Tuhan yang hidup, sesungguhnya, apa yang akan difirmankan Tuhan kepadaku, itulah yang akan kukatakan.” (ayat 13-14).
Kalau di zaman Perjanjian Lama dulu ada nabi-nabi palsu, firman Tuhan mengingatkan bahwa pada akhir zaman juga akan ada banyak guru-guru palsu dan nabi-nabi palsu. Yesuspun sudah memperingatkan murid-murid-Nya (Matius 24 : 11). Oleh sebab itu kita haruslah sangat berhati-hati agar jangan sampai disesatkan. Apa sebabnya orang dapat disesatkan? Salah satu sebab adalah karena orang tidak mau belajar yang benar. Mereka hanya menginginkan firman yang menyenangkan hati mereka, yang sesuai dengan keinginan mereka. Tetapi jika firman itu berisi perintah yang menuntut ketaatan mereka untuk melakukan, yang menurut mereka sukar dituruti, mereka tidak mau. Mereka tidak suka firman yang menegor kesalahan atau dosa mereka, dan hanya menginginkan firman yang ’meninabobokan’, yang penuh dengan janji-janji yang manis. Sama seperti raja Israel yang hanya mau mendengar hal-hal yang baik dari nabi-nabinya. Dalam suratnya kepada Timotius, Rasul Paulus menulis, ”Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.” (II Timotius 4 : 3-4).
Kita harus belajar untuk mendengar hal-hal yang benar, bukan hal-hal yang menyenangkan tetapi palsu. Untuk dapat bertumbuh, tidak cukup bila hanya minum susu, tetapi kita juga memerlukan makanan keras. Penulis Ibrani berkata, ”Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.” (Ibrani 5 : 13-14). Apakah Anda mau bertumbuh? Belajarlah kebenaran firman Tuhan sekalipun mungkin menyakitkan karena berisi tegoran. (Ginny)

Lebih baik kebenaran walaupun menyakitkan dari pada yang palsu.

Minggu, 17 Juni 2007

DAHSYAT MEN!!!

I Korintus 2 : 9; Pengkhotbah 3 : 11; Roma 11 : 33

Pernahkah kita merenungkan akan pribadi Allah? Ketika kita mulai merenungkan, maka kita akan mulai menemukan suatu Pribadi yang luar biasa yang tidak pernah terduga oleh pikiran manusia. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya. Apa yang tidak pernah kita lihat, apa yang tidak pernah kita dengar, bahkan apa yang tidak pernah timbul dalam hati kita, itu semua disediakan oleh Allah bagi kita yang mengasihi Dia. Sungguh Yesus adalah Allah yang luar biasa, yang tidak dapat terselami segala pekerjaan-Nya. Segala kekayaan, hikmat dan pengetahuan, semuanya berasal dari pada Allah. Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan tak terselami setiap jalan-Nya. Ia dapat membuat segala yang tidak mungkin menjadi mungkin. Tidak ada sesuatu yang mustahil bagi Yesus. Bila kita melihat semua karya-Nya selagi Ia masih di bumi, maka kita pasti tidak akan meragukan kuasa-Nya. Ia dapat membangkitkan Lazarus, Ia dapat memberi makan lima ribu orang, menyembuhkan segala penyakit. Jadi apalagi yang perlu diragukan? Yesus sudah membuktikan dengan perbuatan yang nyata. Berbahagialah kita karena kita mempunyai Allah yang begitu dahsyat. Tidak ada ilah di dunia seperti Allah kita. (Giant)

Kita punya Allah yang dahsyat, karena itu tidak perlu ragu mengikut Dia.