12 May 2007

Minggu ke-3 May

SIAPAKAH KAU?

Ø Siapakah orang yang sibuk?
Orang yang sibuk adalah orang yang suka menyepelekan waktu ibadahnya seolah-olah ia mempunyai kerajaan seperti kerajaan Raja Salomo, anak Raja Daud.
Maka sempatkanlah bagimu untuk beribadah...dan bersegeralah.

Ø Siapakah orang yang manis senyumnya?
Orang yang mempunyai senyuman yang manis adalah orang yang ditimpa musibah lalu dia berucap, ”Tuhan yang memberi dan Tuhan yang mengambil. Terpujilah Tuhan.” Kemudian berkata, ” Ya Tuhan, aku bersyukur dengan kehendak-Mu ini”, sambil mengukir senyuman.
Maka berbaik hatilah dan bersabar...

Ø Siapakah orang yang kaya?
Orang yang kaya adalah orang yang bersyukur dengan apa yang ada dan tidak lupa akan kenikmatan dunia yang sementara ini.
Maka bersyukurlah atas nikmat yang engkau terima dan berbagilah...

Ø Siapakah orang yang miskin?
Orang yang miskin adalah orang yang tidak puas dengan nikmat yang ada dan selalu menumpuk-numpukkan harta duniawi.
Maka janganlah engkau kikir juga dengki...

Ø Siapakah orang yang rugi?
Orang yang rugi adalah orang yang sudah sampai usia pertengahan namun masih berat untuk melakukan ibadah dan amal-amal kebaikan.
Maka hargailah waktumu dan bersegeralah...

Ø Siapakah orang yang paling cantik?
SIAPAKAH KAU?Orang yang paling cantik adalah orang yang mempunyai akhlak yang baik.
Maka peliharalah akhlakmu dari dosa dan noda...

Ø Siapakah orang yang mempunyai rumah yang sempit lagi dihimpit?
Orang yang mempunyai rumah sempit adalah orang yang mati tidak membawa amal-amal kebaikan.
Maka ingatlah akan kematian dan kehidupan setelah dunia..

Ø Siapakah orang yang punya akal?
Orang yang mempunyai akal adalah orang-orang yang menghuni sorga kelak karena telah menggunakan akal sewaktu di dunia untuk menghindari api neraka.
Maka peliharalah akal sehatmu dan pergunakan semaksimal mungkin untuk menerima berkat-Nya...
(IR)

Senin, 14 Mei 2007

SETIA HINGGA USIA SENJA

Bilangan 7 : 12

Hari Minggu, di tengah ibadah ada persembahan pujian dari manula. Saya melihat para opa dan oma dengan semangat menyanyi untuk Tuhan. Saya bangga melihat opa dan oma itu. Mereka tetap setia hingga masa tua. Walau mereka sudah tua tapi mereka tetap menyanyi dengan semangat, seakan-akan mereka ingin menyatakan walau sudah tua tapi mereka tetap dapat memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Saya lalu berkata dalam hati, “Dapatkah saya seperti mereka, tetap setia hingga masa tua?” Tuhan tidak menginginkan harta kita, Tuhan tidak menginginkan kedudukan kita. Yang Tuhan inginkan dari kita adalah kesetiaan memegang iman kepada-Nya. Ketika Ia datang kembali ke dunia ini, Ia ingin melihat iman yang bertumbuh. Hanya orang yang memiliki iman yang bertumbuh di dalam Kristus yang berhak masuk ke dalam kerajaan-Nya. Tetapi bagi setiap orang yang telah kehilangan iman, ia harus waspada karena ia tidak akan diijinkan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Marilah kita yang masih ada di dunia ini terus berjuang untuk mempertahankan iman dan membuat iman kita semakin hari semakin tumbuh dewasa. Marilah kita tetap setia hingga usia senja. (Giant)

Kesetiaan kita kepada Tuhan menentukan masa depan kita.

Selasa, 15 Mei 2007

MURAH HATI

Efesus 2 : 1-10

Es krim adalah jajanan yang cukup populer. Penjual dan tokonyapun berbeda-beda. Ada toko yang murah hati, sedang-sedang saja, atau pelit dalam menuangkan esnya. Kita dapat dengan mudah mengenali “standar” yang digunakan oleh toko-toko itu, dan biasanya kita akan memilih toko yang murah hati bukan? Tahukah Anda bahwa Tuhan menggunakan ukuran yang sangat murah hati untuk kita? Ia mencurahkan anugerah-Nya secara melimpah sehingga kita memperoleh semua yang kita butuhkan. Ia memastikan bahwa anugerah-Nya, kebaikan dan pertolongan-Nya yang cuma-cuma itu akan mempengaruhi semua aspek kehidupan kita termasuk keuangan. Semuanya itu dilakukan-Nya agar kita dapat mempraktekkan kemurahan hati di dalam kerajaan-Nya melalui berkat-berkat yang kita terima dalam kehidupan ini. Namun definisi setiap orang tentang kemurahan hati sangat bervariasi. Ada yang sudah sepenuhnya memahami kemurahan hati Allah dan ia memberikan miliknya dengan kerelaan. Yang lain, yang mungkin mencakup kebanyakan dari kita, memberi dengan porsi “sedang-sedang” saja. Banyak dari kita dengan teratur memberi dalam “jumlah yang cukup”. Golongan ketiga adalah mereka yang “kikir”. Mereka menolak untuk memberi walaupun sedikit saja, mereka lebih suka menghabiskannya untuk diri mereka sendiri. Murah hati memang adalah masalah hati dan gaya hidup. Dengan berfokus pada orang lain kita menyatakan sikap itu dengan bebas dan bersukacita. Orang yang murah hati selalu mempercayakan Tuhan untuk mencukupi segala kebutuhannya dan bebas untuk memberikan simpanannya. Seberapapun “harta yang kita miliki”, Tuhan menghendaki agar kita menjadi orang yang murah hati. Pikirkanlah orang-orang yang menurut Anda cukup murah hati, apakah Anda termasuk di dalamnya? (Aping)

Tuhan mengasihi orang yang murah hati.

Rabu, 16 Mei 2007

TUGAS YANG BELUM SELESAI

Roma 6 : 12

Pertobatan seharusnya diikuti dengan keinsafan, kesadaran dan tekad sekuat batu karang untuk tidak berbuat dosa lagi. Tetapi selama kita hidup di dalam tubuh dosa ini, kita masih mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa (Roma 6 : 7). Sayangnya, kita seringkali malas mempertahankan “roh pertobatan” yang kita miliki. Ini terjadi karena ketika kita bertobat, manusia lama kita tidak turut disalibkan (Roma 6 : 6). Akibatnya, roh pertobatan tidak berakar dalam diri kita dan tubuh kita tidak kehilangan kuasa kedagingannya sehingga dengan mudah kembali menghambakan diri kepada dosa. Berapa banyak orang Kristen yang mengaku sudah dibaptis dan bertobat tapi masih terus berbuat dosa? Mungkin kita perlu introspeksi sendiri, apakah kita sungguh-sungguh telah bertobat? Seharusnya kita sadar bahwa kita sudah mati bagi dosa dan hidup bagi Kristus Yesus. Oleh sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuh yang fana ini, hendaknya kita menyerahkan diri kita kepada Tuhan sebagai orang-orang yang dahulu mati tetapi yang sekarang hidup (Roma 6 : 12-13), supaya jangan Tuhan mengomentari kita sebagai berikut, “Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, tetapi engkau mati.” (Wahyu 3 : 1). Hal ini juga merupakan salah satu tugas yang masih harus diselesaikan gereja. Gereja bertanggungjawab menanamkan pengertian yang benar tentang pertobatan agar mereka yang sudah bertobat tidak menghambakan diri lagi kepada dosa. (DBR)

Selama kita masih hidup tugas kita untuk bertobat tidak akan pernah selesai.


Kamis, 17 Mei 2007

MENUNTUT...LAGI??

Lukas 22 : 26

Dalam dunia ini kalau kita tidak menuntut hak kita, maka tidak akan mendapat. Kalau kita tidak dihargai, tidak dihormati, dengan berbagai cara kita akan berusaha mendapatkan kehormatan dan penghargaan itu. Seperti cerita dongeng anak-anak tentang raja yang gila hormat dan akhirnya ditipu oleh penjahit pakaiannya, tanpa disadari kita juga seperti itu. Seringkali kita menuntut ‘hak-hak’ kita, padahal itu bukan milik kita. Seringkali kita mogok, ngambek, mencaci-maki, kalau apa yang kita minta tidak diberikan. Ibaratnya, orang yang belum bekerja tapi sudah minta upah, mana ada? Coba direnungkan, apakah dalam keadaan jujur, kita mengakui bahwa itulah kita, ‘tukang menuntut? Kalau iya, hari ini kita diingatkan bahwa itu bukan yang Tuhan inginkan, yang Tuhan kehendaki. Dia saja, yang adalah Tuhan, tidak menuntut hak-Nya untuk dihormati, melainkan Dia rela melayani, bahkan sampai membasuh kaki. Jadi mari kita lakukan yang Tuhan mau, menjadi pelayan, menjadi orang yang tidak dihargai, menjadi orang yang tidak terhormat. Siapkah Anda? (cubs)

Jangan cuma menuntut, tapi buktikan bahwa kita memang berharga di mata Tuhan.

Jumat, 18 Mei 2007

BERSUKACITALAH!

Filipi 4 : 4

Firman Tuhan hari ini menasihatkan agar kita bersukacita. Mengapa kita harus selalu bersukacita? Karena sukacita dapat memberi kekuatan dan semangat kepada kita dalam menghadapi hari-hari yang semakin sukar di akhir zaman ini. Kita dapat melihat betapa banyaknya orang yang putus asa dan bunuh diri karena tidak kuat menghadapi masalah dan tekanan dalam hidupnya. Firman Tuhan berkata: ”Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?” (Amsal 18 : 14). Orang yang bersukacita mampu menghadapi apapun yang datang dalam hidupnya. Misalnya, ada dua orang yang divonis menderita sakit kanker, keduanya harus menjalani operasi dan kemoterapi. Yang seorang memiliki sukacita dan menjalani semuanya dengan optimis dan semangat juang yang tinggi, tetapi yang seorang lagi merasa putus asa, menjalani semuanya dengan pesimis dan keluh kesah. Otomatis hasilnyapun akan berbeda, kualitas hidup merekapun akan berbeda. Percayakah Anda? Firman Tuhan berkata: ”Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi
semangat yang patah mengeringkan tulang.” (Amsal 17 : 22).
Sebelum disalib, Yesus berdoa kepada Bapa-Nya, ”Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka.” (Yohanes 17 : 13). Yesus tahu sekali bahwa sukacita itu kita perlukan, dan Ia mau memenuhinya di dalam hidup kita. Salah satu buah Roh yang dihasilkan oleh Roh Kudus adalah sukacita. Yesus berkata, ”Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.” (Yohanes 16 : 24). Mari, miliki sukacita itu agar kita menjadi orang-orang yang kuat dan bersemangat, dan biarkan sukacita itu mengalir kepada orang-orang di sekeliling kita. Menghadapi tekanan dan kesukaran yang semakin meningkat, banyak orang yang menjadi lemah dan kuatir dalam hidupnya. Penulis Amsal berkata, ”Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia.” (Amsal 12 : 25). Mari, sebagai anak-anak Tuhan, biar kita menjadi orang yang dapat memberi semangat kepada orang yang sedang tawar hati, menjadi penghibur bagi orang yang sedang berduka, dan menjadi pendorong bagi orang yang sedang mundur imannya. (Ginny)

Biarkan sukacita dari Tuhan melimpah dalam hidup kita dan menjadi berkat.

Sabtu, 19 Mei 2007

BUTA ROHANI

Kejadian 13 : 1-18

Abraham dan keponakannya, Lot, berdiri di atas bukit. Hamparan tanah yang luas dan subur terbentang di hadapan mereka. Sebentar lagi keduanya akan membuat keputusan yang akan menentukan nasib keluarga masing-masing. Sudah waktunya bagi mereka untuk berpisah karena tanah yang mereka diami bersama tidak sanggup lagi menampung kambing domba yang luar biasa banyaknya. Meskipun lebih tua Abraham mengalah, ia menyuruh keponakannya untuk memilih terlebih dahulu. “Lalu Lot melayangkan pandangnya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya,... Sebab itu Lot memilih baginya seluruh Lembah Yordan itu...” (ayat 10-11). Tak lama setelah itu, Tuhan menampakkan diri kepada Abraham dan berkata, “Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya.” (ayat 14-15). Perhatikan bahwa sebelum menyepakati pembagian wilayah masing-masing, Abraham dan Lot sama-sama “melayangkan pandangnya”. Keduanya sama-sama melihat tetapi masing-masing melihat dengan sudut pandang yang sangat berbeda. Lot mencari wilayah dengan lahan-lahan yang amat potensial, subur dan airnya melimpah. Sebaliknya Abraham mencari tuntunan Tuhan untuk membawanya ke tempat yang dikehendaki-Nya. Lot melihat “ke bawah” dengan pandangan rohaninya yang sempit dan akhirnya ia menjadi pengungsi yang harus mengungsi dari Sodom. Abraham melihat “ke atas” sehingga ia menjadi sahabat Tuhan dan bapa semua orang percaya (Roma 4 : 11). (DBR)

Bagaimana Anda memandang dunia ini? Awas! Jangan sampai Anda buta rohani seperti Lot.

Minggu, 20 Mei 2007

JANJI-MU SEPERTI MATAHARI

Mazmur 119 : 10-11

Ketika kita menghadapi kehidupan ini sering kita dibuat bingung karena banyak pilihan yang harus kita pilih dan banyak kenyataan yang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Mungkin dulu kita berpikir bahwa ketika kita memutuskan untuk mengiring Yesus, hidup kita akan baik-baik saja. Tapi setelah kita menjadi orang Kristen, hidup kita bukannya berjalan mulus tetapi malah mengalami kejadian-kejadian yang membuat susah. Ketika kita membanding-bandingkan hidup kita yang sekarang dengan yang dulu sebelum mengikut Kristus, kita akan berkata, “Ternyata hidupku dulu lebih baik dari pada sekarang.” Meskipun kita merasa hidup kita dulu lebih baik dari pada sekarang, sesungguhnya tidak demikian. Hidup kita saat ini jauh lebih baik dari yang dulu. Kita telah menerima keselamatan yang abadi dari Tuhan Yesus. Mungkin saat ini kita sedang menghadapi masalah yang berat, tetapi percayalah itu semua diijinkan Tuhan untuk menguji iman kita. Kita harus percaya janji Tuhan seperti fajar pagi hari yang selalu bersinar dan tidak pernah terlambat untuk memancarkan sinarnya. Demikian janji Tuhan akan selalu tergenapi dalam hidup kita. Ia tidak akan pernah terlambat menolong kita. Ia tahu kapan saatnya yang tepat untuk menolong kita. Ia tidak akan membiarkan kita hancur karena masalah yang menghantam hidup kita. Percayalah janji Tuhan ya dan amin. (Giant)

Janji Allah pasti dan selalu akan digenapi dalam hidup kita.