1 Dec 2007

Minggu ke 1 December


Kalahkan:
RASA TAKUT


Ketakutan adalah suatu perasaan yang selalu timbul ketika seseorang menghadapi sesuatu yang ‘baru’ dalam hidupnya. Rasa takut seringkali membuat orang mundur, tidak berani melangkah masuk menghadapi tantangan yang ‘baru’ tersebut, padahal setelah menguasai tantangan tersebut, setelah mengalahkan rasa takutnya orang akan mendapat sesuatu yang sangat diinginkannya, sesuatu yang indah. Tantangan perlu ditaklukkan terlebih dahulu sebelum seseorang mendapatkan hasil. Ujian perlu diselesaikan dulu sebelum ijazah diberikan. Dalam Alkitab, contoh yang sangat jelas tentang rasa takut yang mem’batal’kan terwujudnya ‘Janji Tuhan’ adalah ketika bangsa Israel yang sudah tiba di seberang tanah Kanaan tidak berani masuk dan merebut tanah itu, karena mereka takut menghadapi raksasa-raksasa di sana. Akibatnya, mereka tidak menikmati susu dan madu tetapi harus berkelana di padang gurun selama 40 tahun dan orang-orang yang sudah berusia 20 tahun ke atas bahkan tidak bisa masuk sama sekali kecuali Yosua dan Kaleb.
Perasaan atau tindakan kita yang merupakan perwujudan dari rasa takut antara lain, minder, malu, depresi, gelisah, kuatir, ragu-ragu, sembunyi, tidak bisa tidur, resah, menunda tugas, stres dan sebagainya.
Rasa takut bisa menyebabkan:
1.JANJI TUHAN TIDAK TERWUJUD DALAM HIDUP KITA.
Seperti contoh di atas, pemenuhan janji Tuhan kepada keturunan Abraham sudah di depan mata, tinggal diambil saja, tetapi karena takut, bangsa Israel tidak mau mengambilnya. Apa yang Tuhan bisa buat? Dia sudah berjanji, Dia sudah siap menepati, tapi bangsa Israel tidak mau?? Begitu juga kita, seringkali kita juga melakukan hal yang sama. Kita sudah bersusah payah menanti janji Tuhan, kita sudah bersusah payah taat perintah Tuhan, tetapi ketika Tuhan akan menepati janji-Nya, kita ketakutan sendiri dan memilih untuk tidak menerima. Ya, keputusan menerima janji Tuhan ada di tangan kita, bukan di tangan Tuhan. Keputusan menerima janji Tuhan adalah keputusan saya dan pilihan saya. Jangan lihat ‘raksasa’-nya, tapi lihatlah Tuhan yang memberikan janji dalam hidup kita. Kalau Tuhan mau memberi tapi kita tidak mau terima, salah siapa?
2.KITA TIDAK BISA MELIHAT JANJI-NYA ATAS HIDUP KITA.
Rasa takut menghalangi penglihatan kita. Seperti halnya kabut di pagi hari menghalangi indahnya gunung-gunung dan pemandangan di hadapan kita, demikian jugalah efek rasa takut dalam hidup kita. Rasa takut bisa membuat kita tidak bisa melihat janji-Nya yang begitu indah buat hidup kita. Rasa takut bangsa Israel membuat mereka tidak bisa melihat anggur yang besar, susu dan madu yang banyak di tanah Kanaan. Rasa takut membuat kita tidak bisa melihat keindahan, tetapi yang kita lihat hanya keburukan saja. Dalam segala sesuatu yang terjadi di dunia, ada baik dan buruk. Iman kepada Tuhan membuat kita bisa melihat keindahan dan kebaikan dalam segala sesuatu, rasa takut membuat kita hanya bisa melihat keburukan saja. Hati-hati!
3.PUTUS ASA DAN FRUSTASI.
Rasa takut mengakibatkan segala sesuatu terasa lama dan sukar sekali. Akibatnya, kita bisa putus asa dan frustasi. Akibatnya kita bisa bersungut-sungut. Seseorang yang putus asa adalah seseorang yang terkurung dalam tembok besar dan tinggi, yang merasa sudah tidak ada jalan keluar lagi. Karena takut menghadapi raksasa, bangsa Israel menjadi putus asa karena harus berkeliling padang gurun tanpa harapan berhenti, tanpa harapan untuk memiliki tanah dan rumah serta menikmati tuntunan Tuhan. Seseorang menjadi putus asa karena dia takut.
4.KEHILANGAN KEPERCAYAAN BAHWA JANJI-NYA BENAR.
Ketakutan membuat janji Tuhan kelihatannya tidak nyata, mengakibatkan kita bertanya-tanya apakah janji-Nya itu benar? Apakah Tuhan itu ada? Seperti orang Israel, kalau kita mau menempatkan segala sesuatu dengan benar, Tuhan itu benar ada, Dia mau menepati janji-Nya, tetapi karena orang Israel takut mendengar banyak raksasa di tanah Kanaan, akibatnya mereka tidak berani masuk dan mengambil tanah Kanaan. Mereka harus berputar-putar di padang gurun, akibatnya mereka kehilangan kepercayaan apakah Tuhan benar ada? Itu adalah akibat rasa takut yang cukup berat, semua hanya karena ketakutan tidak berani menghadapi tantangan dan ujian yang mendahului kemenangan dan hadiah. Karena takut, jadi ragu-ragu, jadi bimbang, masa iya?
5.KELUAR DARI JALAN-NYA TUHAN.
Akhirnya rasa takut bisa menyebabkan orang keluar dari jalan-Nya Tuhan. Mereka lebih memilih binasa dari pada menghadapi tantangan dan menang. Mereka lebih memilih meninggalkan Tuhan, karena jalan Tuhan sempit dan penuh tantangan. Banyak orang yang memilih keluar dari jalan-Nya Tuhan, lupa bahwa keputusan itu berarti memilih mati, sama seperti orang Israel. Mereka lupa bahwa tidak menerima janji Tuhan karena takut berakibat penderitaan yang panjang dan berujung pada kematian. Hanya tetap berada di jalan Tuhan dan mengalahkan tantangan yang ada, membunuh raksasa, menghancurkan tembok-tembok penghalang yang dapat membuat kita menikmati ‘susu dan madu’.

Kita harus mengalahkan rasa takut dalam diri kita. Tuhan berfirman, “…bukan roh ketakutan…” (II Timotius 1 : 7). Tuhan tidak mau kita jadi takut, karena kalau kita takut, seperti orang Israel, kita tidak akan menerima janji Tuhan dan hanya berputar-putar dan akhirnya mati di padang gurun. Kalahkan rasa takut! Bagaimana caranya?
1.KENALI RASA TAKUT ITU DENGAN JUJUR.
Kita harus berani berkata ‘ya, saya takut’. Yosua berkata kepada Musa, “Ya, memang di sana banyak raksasa dan kota-kota mereka bertembok tinggi, TETAPI Tuhan yang bersama kita pasti dapat menghancurkan mereka.” Itulah yang harus kita lakukan ketika kita takut. “Ya, saya memang takut dengan ......... (sebutkan tantangan yang sedang Anda hadapi) ini, tetapi Tuhan yang menyertai saya akan membuat saya berhasil.”, dan kemudian kita bertindak seperti yang Tuhan janjikan. Kalau kita menyangkal ketakutan kita berarti kita belum mau berjuang mengalahkan ketakutan itu karena keterbukaan adalah awal pemulihan. Pengakuan bahwa kita takut membuat kita mau berjuang mengalahkannya dan hidup kita dipulihkan.
2.AKUI RASA TAKUT SEBAGAI DOSA.
Setelah kita menyadari bahwa kita takut, berikutnya kita perlu datang kepada Dia yang memberi keberanian. Kita perlu berdoa mengakui ketakutan kita di hadapan Tuhan dan minta ampun kepada-Nya karena ketakutan adalah dosa. Ketakutan bukan dari Allah dan segala sesuatu yang bukan dari Allah adalah dosa. Setelah kita berdoa, seperti dalam I Yohanes 1 : 9 maka kita harus percaya bahwa kita sudah diampuni dari dosa ketakutan. Bila kemudian Iblis menyerang kita, maka kita perlu melawan dengan membaca ayat-ayat dalam Alkitab tentang ketakutan seperti II TImotius 1 : 7.
3.KLAIM JANJI TUHAN TENTANG PERLINDUNGAN.
Selanjutnya, kita harus mengklaim janji Tuhan tentang perlindungan. Ini perlu kita lakukan karena firman Tuhan berkata, “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” (Roma 10 : 17). Telinga kita perlu mendengar, Iblis juga perlu mendengar bahwa kita mendapat perlindungan dari Tuhan, dan orang yang dilindungi Tuhan adalah orang yang tidak takut.
4.BANGUN HUBUNGAN INTIM DENGAN TUHAN.
Orang mengklaim sesuatu karena dia yakin akan apa yang diklaimnya itu. Kalau seseorang berani mengklaim bahwa Tuhan adalah pelindungnya tetapi dia tidak yakin bahwa Tuhan bisa melindunginya, maka klaimnya akan mubasir, sia-sia saja. Kalau kita mau mendapat perlindungan dari Tuhan, kalau kita mau menang dalam pertempuran melawan rasa takut, kita harus tahu dan yakin bahwa Tuhan bisa, bahwa Tuhan sanggup. Satu-satunya cara adalah kita harus membangun hubungan intim dengan Tuhan. Bagaimana caranya? Minta dalam doa, katakan, “Tuhan, saya mau membangun hubungan intim dengan Yesus, tolong saya, nyatakan diri-Mu kepadaku.” Tuhan pasti akan melakukannya karena Dia sudah berjanji. Setelah itu, kita perlu melatih diri kita untuk menjadikan ”3 in 1 rohani, yaitu berdoa, membaca firman dan melakukannya” menjadi gaya hidup kita. Menjadi kebiasaan kita setiap hari. Kalau kita mempunyai hubungan yang intim dengan Dia, maka kita yakin dan klaim kita punya kuasa yang besar untuk mengalahkan musuh yaitu rasa takut.
5.SERAHKAN HIDUPMU SEPENUHNYA KEPADA TUHAN YESUS KRISTUS.
Akhirnya, biarlah hidup kita dipimpin dan dituntun oleh Tuhan Yesus Kristus. Sama seperti Yosua dan Kaleb, mereka berani melawan raksasa karena hidup mereka diserahkan kepada Tuhan. Tanda orang yang hidupnya dipimpin oleh Tuhan dapat dilihat di Roma 8, antara lain mereka tahu bahwa apapun yang terjadi dalam hidupnya pasti akan membawa kebaikan (ayat 28), mereka yakin pasti menang karena Allah di pihak mereka (ayat 31), dan yang paling nyata, hidup mereka berubah, tidak lagi menuruti daging, tetapi menuruti Roh (ayat 13-14). Terjadi perubahan karakter yang jelas dan dapat dilihat orang lain, bukan atas pengakuan kita saja.

Rasa takut adalah salah satu sifat alami manusia. Yesus ketika menjadi manusia juga takut ketika Dia akan menghadapi tantangan di salib dan ditinggalkan Allah karena menanggung hukuman manusia. Tetapi Yesus mengakui ketakutan-Nya, mengklaim janji Tuhan dan menyerahkan hidup-Nya kepada Tuhan dan Dia menang dari rasa takut-Nya, mengalahkan tantangan-Nya dan menerima kemuliaan tinggi dari Allah. Orang dunia bahkan punya pernyataan, ”no pain no gain”. Tanpa perjuangan tidak ada hasil. Mari kita ikuti teladan Yesus. Mari kita kalahkan rasa takut kita, karena ketakutan menghalangi berkat Tuhan. (cubs)

Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. (II Timotius 1 : 7)


Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? (Roma 8 : 31b)

Senin, 3 Desember 2007
RUMAH KITA DI SORGA
Yohanes 14 : 1-3
Banyak orang merasa takut menghadapi kematian, bahkan juga mereka yang menyebut diri sebagai orang Kristen, karena mereka tidak tahu apa yang akan terjadi setelah mereka mati. Seharusnya, sebagai orang percaya yang telah diselamatkan oleh Tuhan Yesus, kematian tidak lagi menjadi sesuatu yang menakutkan bagi kita. Dalam bacaan kita hari ini, Yesus berkata bahwa Ia pergi ke rumah Bapa untuk menyediakan tempat bagi kita. Bukankah ini sebuah janji yang seharusnya menguatkan iman kita? Apabila telah tiba waktunya untuk kita meninggalkan dunia ini, kita akan pergi ke rumah Bapa di sorga. Yesus telah mati bagi kita di salib supaya kita beroleh hidup yang kekal bersama Dia. Jadi kita tidak perlu lagi takut akan kematian. Penulis Ibrani berkata, ”Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut, dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.” (Ibrani 2 : 14-15).
Takut akan kematian bisa terjadi bila kita masih mencintai dunia ini, bila hati kita masih lebih suka tinggal di dunia dari pada tinggal bersama Tuhan di sorga. Hal itu bisa terjadi bila masih ada hal-hal yang mengikat hati kita. Yesus berkata, ”Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” (Matius 5 : 21). Harta bukan hanya berupa uang atau benda, tetapi mungkin juga suami atau istri, anak-anak, kekasih, kesenangan dunia yang belum puas dinikmati; apapun juga yang berharga bagi kita lebih dari Tuhan. Semua itu membuat hati kita tidak rela untuk meninggalkan dunia ini. Bila kita ingin bebas dari ketakutan akan kematian, mari arahkan hati kita kepada Bapa di sorga. Bila kita mengasihi Tuhan lebih dari apapun, kita akan memiliki kerinduan untuk tinggal bersama Dia. Percayalah, Tuhan telah menyediakan tempat tinggal yang jauh lebih baik bagi kita di sorga. Suatu tempat yang indah dan penuh dengan sukacita, di mana tidak ada lagi duka dan airmata. Tidak inginkah Anda tinggal di sana? (Ginny)
Kematian adalah awal kehidupan yang baru bagi kita.

Selasa, 4 Desember 2007
MENJAGA PIKIRAN
Filipi 4 : 8
Pikiran kita sangat menentukan apa yang kita lakukan. Pikiran positif akan membuat kita melakukan hal yang positif, demikian sebaliknya pikiran negatif akan mengakibatkan tindakan yang negatif. Jika kita ingin melakukan hal yang baik, maka kita harus belajar mengendalikan aktivitas pikiran kita. Hal ini sangat penting sekali karena cara seorang berpikir akan menentukan kepribadiannya. Dosa selalu dimulai dari pikiran. Kebanyakan orang sangat ceroboh tentang apa yang mereka ijinkan masuk ke dalam pikiran, misalnya tontonan acara televisi yang menyimpang dari kebenaran. Mereka berpikir itu tidak akan mengganggu. Setan menanamkan gagasan yang disebut godaan di dalam kepala kita dimulai dari apa yang kita lihat (Matius 6 : 22). Mungkin kita tidak mengingat semuanya, namun segala sesuatu yang kita lihat dan dengar ada di alam bawah sadar kita. Semua itu bercampur di dalam pikiran, dan bila kita menuruti godaan di dalam pikiran kita akan menjadi nyata dalam kehidupan kita. Bila kita dibombardir dengan hal-hal tidak berguna dari televisi kita mempunyai pilihan: menonton terus atau mematikan/mengubah saluran. Jadi jika kita ingin melakukan hal yang baik, pikirkanlah hal-hal yang baik dan lebih seksama dengan apa yang kita lihat. Jangan lagi mengijinkan hal-hal yang mengandung racun masuk ke dalam pikiran. Ingat! Dosa selalu dimulai dari pikiran, maka jagalah pikiran kita. (Neke)
Medan perang orang Kristen adalah di pikiran. Kita perlu menjaganya setiap saat.

Rabu, 5 Desember 2007
MEMPERHATIKAN PERINGATAN TUHAN
Filipi 2 : 1-11
Sudah bukan rahasia lagi bahwa manusia yang hidup di zaman ini sudah tidak lagi memiliki kasih. Di mana-mana kita melihat orang berlomba-lomba mencari nama dengan tidak lagi memperhatikan aturan, pokoknya kepentingan diri sendiri lebih ditonjolkan dari pada kepentingan bersama. Apalagi hidup saleh, rasanya sudah tidak ada lagi dalam kamus hidup ini. Paulus menasihatkan pada bacaan hari ini (ayat 3b-4). Tetapi sayangnya banyak manusia sudah tidak lagi memperhatikan nasihat dan peringatan firman Tuhan. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Galatia memperingatkan dengan keras, ”Terhadap semuanya itu (perbuatan daging) kuperingatkan kamu -- seperti yang telah kubuat dahulu -- bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.” (Galatia 5 : 21b). Banyak orang berkata di zaman ini bila kita tidak menuruti cara dunia, terutama dalam bisnis, sulit akan berhasil. Jadi kalau ada orang yang memberi sedikit hadiah kepada pejabat agar urusannya selesai, tidak apa-apa bukan? Mari kita perhatikan apa yang firman Tuhan katakan tentang suap, ”Suap janganlah kauterima, sebab suap membuat buta mata orang-orang yang melihat dan memutarbalikkan perkara orang-orang yang benar.” (Keluaran 23 : 8). Selanjutnya Tuhan juga berkata, ”Sebab Aku tahu, bahwa perbuatanmu yang jahat banyak dan dosamu berjumlah besar, hai kamu yang menjadikan orang benar terjepit, yang menerima uang suap dan yang mengesampingkan orang miskin di pintu gerbang.” (Amos 5 : 12). Jelas suap adalah perbuatan jahat di mata Tuhan. Marilah kita dengan sungguh hati memperhatikan peringatan Tuhan dan marilah kita belajar mentaati setiap perintah-Nya. (DBR)
Orang bisa celaka kalau mengabaikan peringatan, apalagi peringatan yang dari Tuhan.

Kamis, 6 Desember 2007
MENJADI DEWASA
I Korintus 13 11-12
Setiap bayi yang dilahirkan perlu bertumbuh. Bukan hanya dari segi fisik, tetapi juga jiwa dan emosinya. Seseorang tidak bisa terus-menerus menjadi bayi seumur hidup. Itu tidak normal, itu tidak logis. Bahkan orang yang tinggal di pedalamanpun pasti bertumbuh, pasti berkembang. Demikian juga dengan kerohanian kita. Perjalanan kehidupan rohani kita menurut Alkitab dimulai saat kita menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, yaitu saat kita dibaptis. Setelah itu, sebaiknya kita bertumbuh dengan cara belajar dari firman Allah dan dari persekutuan kita dengan sesama umat Allah. Sangat disayangkan masih banyak orang Kristen yang tidak mau bertumbuh, mereka memilih terus menjadi bayi. Bukan itu kehendak Tuhan. Tuhan menghendaki setiap anak-Nya bertumbuh dan menjadi dewasa. Paulus berkata, “Ketika aku masih kanak-kanak aku berpikir seperti kanak-kanak, setelah aku dewasa aku berpikir seperti orang dewasa.” Kita bertumbuh lewat ‘proses’-Nya Tuhan, lewat setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup kita. Kemenangan Tuhan sudah jamin, tetapi yang kita perlukan adalah bagaimana belajar lebih mengerti kehendak Tuhan dari setiap pengalaman hidup kita. Lewat pengalaman, lewat ujian, setapak demi setapak, selangkah demi selangkah kita akan bertumbuh menjadi dewasa. (cubs).
Menjadi dewasa tidak bisa dilakukan hanya dengan diam saja, perlu belajar.

Jumat, 7 Desember 2007
BERGEMBIRALAH
Amsal 17 : 22
Firman hari ini adalah sebuah kebenaran yang sangat mendasar. Hati merupakan bagian tubuh yang sangat mempengaruhi apa yang kita lakukan. Jika hati busuk, maka apa yang kita buat juga busuk, tetapi jika hati kita baik, maka apa yang kita buat juga baik. Itulah sebabnya mengapa kita harus menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan. Orang yang memiliki hati yang gembira terlihat dari kehidupannya sehari-hari, penuh sukacita di dalam Tuhan. Kegembiraan ini juga berpengaruh pada tubuh sehingga tubuh kita menjadi lebih segar dan sehat. Sebaliknya, jika semangat kita patah, kesehatan kita pun lebih cepat terganggu. Sebagai anak Tuhan, marilah kita penuh dengan semangat dan sukacita. Jangan kita putus asa walau apapun juga terjadi dalam kehidupan kita. Datanglah kepada Tuhan dan berilah diri kita seutuhnya. Tuhan akan membuat kita bergembira dan menguatkan semangat kita kembali. (Aping)
Buat apa susah? Dalam Kristus ada jalan keluar, pasti!

Sabtu, 8 Desember 2007
SEMAKSIMAL MUNGKIN
Filipi 3 : 12
Di ayat ini Rasul Paulus berkata, “Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, …” Ini adalah pernyataan seorang pemenang sejati. Paulus tidak merasa puas dengan prestasi rohani yang sudah dicapainya saat itu. Sifat tidak cepat merasa puas dengan prestasi rohani yang sudah diraih akhirnya mendorong Paulus untuk meningkatkan dan bekerja lebih lagi dalam mempertahankan keberhasilan yang sudah ada dan yang akan dicapainya. Banyak orang Kristen merasa puas dengan prestasi rohaninya. Mengapa demikian? Karena mereka sering membandingkan prestasi rohaninya dengan orang lain. Sering kita berpikir bahwa kita lebih baik dari orang lain, baik dalam pelayanan, persembahan, dan sebagainya. Membandingkan diri sendiri dengan orang lain akan memunculkan rasa cepat puas dengan apa yang telah dicapai. Rasul Paulus tidak memiliki rasa puas dengan prestasi rohaninya, karena ia tidak pernah membandingkan rohaninya dengan rohani orang lain. Ia hanya membandingkan prestasi rohaninya dengan Kristus, sehingga ia terus terpacu untuk dapat mencapai level seperti Kristus. Saat kita membandingkan apa yang telah kita perbuat dengan apa yang Yesus perbuat, maka kita akan terpacu untuk berkarya lebih lagi hingga tingkat yang paling maksimal. (Giant)
Kalau belum maksimal, tingkatkan dengan doa dan usaha.

Minggu, 9 Desember 2007
WAKTU TELAH SINGKAT
II Petrus 3 : 3-14
Bacaan hari ini mengatakan bahwa pada akhir zaman akan tampil pengejek-pengejek. Mereka bukanlah orang-orang yang tidak mengenal firman, karena mereka tahu tentang janji kedatangan Tuhan, tapi sayang mereka menganggap remeh janji itu. Memang benar, Yesus berkata tak seorang pun tahu akan hari kedatangan-Nya, dan bila ada yang berkata dengan pasti kapan Yesus akan datang, itu adalah penyesatan. Firman Tuhan berkata bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada waktu malam, tak seorangpun tahu saatnya. Yesus pun berkata, ”Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.” (Matius 24 : 42), tetapi Yesus juga sudah memberitahu tanda-tandanya (Matius 24 : 4-8, 32-33). Bila kita melihat segala sesuatu yang terjadi di dunia sekarang ini, seharusnya kita sadar bahwa tanda-tanda yang Yesus berikan telah terjadi. Peperangan, bencana yang silih berganti, gempa bumi yang terus-menerus terjadi, kelaparan, penyakit-penyakit, krisis ekonomi, krisis moralitas, kejahatan yang semakin meningkat, semua itu adalah tanda-tanda yang menunjukkan bahwa ”waktu Tuhan” telah sangat singkat. Sayangnya, banyak orang sengaja tidak mau tahu, tidak mau ”membuka mata” mereka untuk melihat; mereka tidak mau percaya karena masih suka hidup seenaknya.
Rasul Petrus mengingatkan kita yang percaya agar menjaga hidup kita tak bercacat dan tak bernoda di hadapan Tuhan (ayat 14). Karena segala sesuatunya akan dihancurkan, betapa suci dan salehnya kita harus hidup (ayat 11). Yesus pun sudah mengingatkan, ”Sebab itu hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.” (Matius 24 : 44). Mari kita jaga hidup kita agar berkenan kepada Tuhan, bukan saatnya lagi untuk ”bermain-main” dengan kesabaran Tuhan. Hargailah kasih karunia-Nya! (Ginny)
Ingatlah! Tuhan tidak pernah ingkar janji, Ia akan segera datang kembali!