11 Mar 2007

MINGGU KE -3 MARET

PERSEMBAHAN

Ketika Allah pertama kali menciptakan manusia, salah satu tujuan-Nya adalah agar manusia menjadi penguasa dunia ini sebagai wakil-Nya. Itu sebabnya, Dia menugaskan manusia untuk memberi nama setiap makhluk yang ada di dunia ini. Salah satu tugas manusia adalah menjadi pengelola, manajer dari ciptaan Tuhan. Hal itu belum diubah oleh Allah sampai sekarang. Akibat dosa, manusia lupa akan tugasnya itu. Manusia merasa bahwa mereka yang empunya dunia ini. Itu sebabnya maka dunia berada dalam keadaan yang begitu kacau, begitu rusak, karena manusia lupa, bahwa dirinya adalah seorang manajer, seorang pengelola yang bertanggung jawab kepada si empunya dunia, yaitu Allah.
Dalam Alkitab, Tuhan Yesus, ketika masih berada di dunia sebagai manusia, berulang kali mencoba mengingatkan manusia akan hal ini. Berkali-kali Dia menggunakan perumpamaan pemilik kebun anggur dan pegawai-pegawainya. Kalau kita membaca dan merenungkannya dengan benar, kita akan tahu, bahwa Tuhan ingin kita kembali menjadi orang yang bertanggung jawab dalam apa yang dipercayakan kepada kita. Salah satunya yang paling sering dilupakan adalah pemberian atau persembahan. Kita mau dan bahkan selalu minta diberkati oleh Tuhan, tetapi kita paling sering lupa kalau sudah berhubungan dengan persembahan. Sepertinya prinsip kita adalah ‘Tuhan berkati saya, suruh orang lain yang beri persembahan’. Padahal Tuhan tidak berkata demikian. Dia ingin setiap umat-Nya memberikan persembahan. Tuhan sudah memberikan cara-cara memberikan persembahan, kepada siapa persembahan itu diberikan. Tetapi sebagai manusia, kita sering berpikir negatif atau mencari-cari alasan untuk tidak memberikan persembahan, atau kalaupun memberi, diusahakan sesedikit mungkin. Pernahkah kita berpikir, bagaimana kalau Allah hanya memberkati kita sesedikit mungkin? Apa kita mau?
Banyak pendeta yang tidak berani berkotbah atau mengajarkan tentang hal ini karena takut akan reaksi jemaat yang bisa berbagai rupa. Tetapi ingat firman berkata bahwa kalau kita masih mencari persetujuan manusia, kita bukanlah hamba Allah (Galatia 1 : 10). Banyak orang Kristen yang tidak tahu apa itu PERSEPULUHAN (Maleakhi 3 : 10), BUAH SULUNG, UCAPAN SYUKUR dan sebagainya. Sangat disayangkan. Prinsip tabur-tuai disalahartikan secara harafiah karena tidak tahu. Sungguh sayang. Tuhan berfirman umat-Nya binasa karena tidak mengenal Allah (Hosea 4 : 6). Bahaya sekali! Jangan sampai itu terjadi pada kita. Sebagai manusia kita mengenal istilah ’balas budi’ Kalau orang berbuat baik kepada kita selayaknyalah kita berbuat baik juga kepada dia. Herannya hal ini tidak berlaku dalam lingkungan gereja. Kita sering lupa pada orang yang telah menolong kita, gembala kita, mentor kita
dan lain-lain. Orang Kristen seringkali merasa sudah membalas budi bila sudah mendoakan orang-orang tersebut di atas. Mendoakan itu baik, tetapi kita tidak boleh lupa bahwa selama mereka hidup di dunia ini, yang namanya balas budi itu termasuk memberi persembahan kepada mereka. Mereka juga masih butuh makan, sandang dan biaya menghidupi keluarga. Dalam Perjanjian Lama, orang Lewi yang menjadi imam juga diperkenankan mengambil sebagian dari korban persembahan untuk dimakan. Allah memang memelihara hamba-hamba-Nya, tetapi jangan lupa Dia melakukan hal itu memakai tangan kita, memakai uang kita. Lewat perumpamaan sepuluh orang kusta (Lukas 17 : 11-19), Allah telah memberitahu kita apa yang dikehendaki-Nya. Dia ingin kita berterima kasih kepada-Nya seperti satu orang kusta yang kembali. Dia ingin kita juga berterima kasih kepada mereka yang telah dipakai-Nya untuk memperkenalkan kita kepada Tuhan. Salah satu wujud ucapan terima kasih itu adalah dengan persembahan kita, dengan uang kita.
Memang, tidak dipungkiri bahwa persembahan kita sering disalahgunakan. Tetapi firman Tuhan sangat tegas berkata bahwa setiap orang akan bertanggungjawab atas perbuatannya. Tuhan juga berfirman bahwa tidak boleh kita menghakimi orang lain. Setiap orang itu artinya termasuk mereka yang melayani Dia. Jadi jangan kita pusing atau bimbang atau ragu dengan apa yang akan dilakukan orang lain, tetapi mari kita fokus pada apa yang menjadi tugas kita, mari kita berikan yang terbaik, karena kita juga mau menerima yang terbaik, bukan? Ingat, yang berkenan kepada Tuhan adalah mereka yang melakukan kehendak-Nya (Matius 7 : 21)! Dan salah satu kehendak-Nya adalah pemberian/persembahan uang kita. Mari kita berubah dari peminta menjadi pemberi, karena berbahagialah orang yang dapat memberi, bukan meminta. (cubs)

Senin, 12 Maret 2007

ALLAH MENGETAHUI PENDERITAAN KITA

Keluaran 3 : 7

Seorang pasien yang sedang diperiksa dokter nyerocos menerangkan gejala penyakit yang dialaminya dan cara pengobatannya secara rinci. Ketika pasien selesai bicara, dokter itu berkata, “Kalau Anda sudah tahu penyakitmu dan cara pengobatannya, mengapa Anda datang ke sini?” Tepat seperti itulah hubungan kita dengan Allah. Ada tiga hal yang bisa kita renungkan tentang Allah, yaitu Dia adalah: 1. Dokter, yang artinya Dia tahu semua penyakit kita. Dia mengerti apa yang harus dilakukan untuk menyembuhkan atau mengatasi setiap masalah kita. Dia tahu setiap gejalanya dan bagaimana cara mengobatinya dengan sangat tepat, jauh melebihi apa yang kita tahu. 2. Tuan. Dia tahu bagaimana harus melayani kita. Kita harus taat dan bukan memerintah: “Hamba tidak tahu apa yang tuannya kerjakan” Haruskah seorang arsitek menjelaskan setiap rencananya secara rinci kepada tukang angkat batu dan semen? 3. Kepala. Semua pengertian berpusat di sana. Penilaian apa yang bisa dilakukan oleh tangan? Pengertian apa yang dimiliki kaki? Semua kuasa untuk mengetahui dan mengerti ada di kepala. Mengapa setiap anggota tubuh tidak memiliki otak? Karena semua otak ada di kepala.
Di sinilah setiap orang percaya mengharapkan penghiburan ketika sakit atau menghadapi masalah, bukan karena dia sendiri tahu akhirnya, tetapi bahwa Yesus tahu semuanya. (Aping)

Bersyukurlah bahwa Allah kita tahu dan mau menjalani penderitaan bersama kita.

Selasa, 13 Maret 2007

BERIBADAH DENGAN BENAR

Yesaya 58 : 1-12


Dalam firman hari ini kita membaca tegoran Tuhan kepada bangsa Israel yang sepertinya telah melakukan ibadah agamanya tetapi ternyata tidak berkenan kepada Tuhan. Bangsa Israel bertanya: ”Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga?” Tuhan menjawab: ”Sesungguhnya pada hari puasamu engkau masih tetap mengurus urusanmu, dan kamu mendesak-desak semua buruhmu. Sesungguhnya kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi.” (ayat 3-4). Tuhan tidak suka ibadah yang palsu.
Dalam suratnya kepada Timotius, Rasul Paulus menulis tentang keadaan manusia pada akhir zaman, ia berkata: “Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. ... Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu.” (II Timotius 3 : 1-5). Ternyata pada akhir zaman juga banyak orang yang beribadah hanya di luarnya saja, tetapi tidak sungguh-sungguh takut akan Tuhan. Mereka tidak berubah walaupun mereka beribadah kepada Tuhan. Hidup mereka tetap seperti orang-orang yang tidak mengenal Tuhan. Kalau Tuhan menegor bangsa Israel di masa lalu, apakah Tuhan akan bertoleransi kepada manusia di akhir zaman? Tuhan adalah Tuhan yang tidak pernah berubah. Kalau Tuhan tidak suka akan ibadah yang palsu di masa lalu, sekarang juga Tuhan tetap tidak akan suka.
Penulis surat Ibrani mengingatkan: “Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan.” (Ibrani 12 : 28-29). Mari, kalau kita beribadah kepada Tuhan, jalanilah ibadah itu dengan sungguh-sungguh. Taatilah segala perintah Tuhan. Jangan sampai nanti waktu kita menghadap Tuhan, Ia berkata: “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Matius 7 : 23b). Menyesal pun tidak ada gunanya! (Ginny)

Ibadah yang palsu tidak berkenan kepada Tuhan.

Rabu, 14 Maret 2007

KUNCINYA PERCAYA

Yohanes 3 : 9-16

Pada zaman di mana Yesus melayani selama tiga setengah tahun, banyak orang tidak percaya akan apa yang Dia katakan dan lakukan. Orang-orang meragukan pengajaran-Nya hanya karena Yesus dilahirkan oleh Maria dan dibesarkan di lingkungan keluarga tukang kayu. Orang-orang yang hanya melihat silsilah kemanusiaan-Nya tidak mudah untuk percaya, padahal kalau diperhatikan asal usul diri-Nya yang sesungguhnya, bahwa Ia datang dari sorga, pastilah mereka gampang percaya. Berkali-kali Tuhan Yesus meyakinkan mereka dengan tanda-tanda ajaib tetapi tetap saja banyak orang yang tidak yakin bahwa Yesus itu Tuhan, termasuk Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi. Ketika Tuhan Yesus berkata-kata dengan dia tentang perumpamaan duniawi, ia bingung dan sama sekali tidak mengerti. Itu sebabnya Tuhan berkata kepada dia, ”Bagaimana kamu dapat mengerti hal-hal sorgawi, sedangkan hal-hal duniawi saja kamu tidak mengerti?” Pernyataan Tuhan Yesus kepada Nikodemus itu juga ditujukan kepada kita. Jika kita yakin bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini ada karena diciptakan oleh seorang Pribadi yang kita sebut Tuhan dan Pribadi itu adalah Yesus, maka kita juga harus percaya pada setiap perkataan dan janji-janji-Nya, baik yang berhubungan dengan hal-hal duniawi maupun hal-hal sorgawi. Satu kata yang dapat menghantar kita menikmati segala janji-janji yang Ia ucapkan yaitu PERCAYA. Dengan percaya kita akan dibawa pada pengenalan akan apa yang dikerjakan Tuhan, baik dahulu, sekarang maupun yang akan datang. (DBR)

Dengan percaya kita menjadi bagian dari rencana mulia-Nya.

Kamis, 15 Maret 2007

MEMPELAI

Yesaya 62 : 5

Kalau kita renungkan kata mempelai, pasti konteksnya adalah pernikahan, yang melibatkan dua orang yang sudah dewasa. Pernikahan hanya bisa terjadi antara seorang pria dan seorang wanita yang sudah saling mengenal satu dengan yang lain dan saling merasa cocok. Firman Tuhan hari ini sungguh luar biasa sekali! Ada 2 hal yang ditekankan di sini, pertama, bahwa Allah yang membangun/membentuk kita; dan kedua, bahwa Allah akan girang hati/bersukacita atas kita! Biarkan Allah terus membangun sampai kita layak menjadi mempelai-Nya! (cubs)

Yang bisa jadi mempelai adalah orang dewasa! Orang yang sudah mengalami banyak pembentukan!

Jumat, 16 Maret 2007

PERUBAHAN YANG MENGUBAHKAN

Roma 12 : 2

Bila kita melihat perubahan zaman ini maka kita akan merasa takjub akan perubahan ini. Dari tahun ke tahun pasti ada penemuan yang luar biasa yang ditemukan oleh para ilmuwan. Sehingga saat ini kita bisa menikmati hasil dari penemuan mereka. William James memiliki pendapat yang berbeda mengenai penemuan yang mengubahkan dunia ini. Ia berpendapat bahwa “penemuan terbesar generasiku adalah manusia bisa mengubah kehidupan mereka dengan cara mengubah sikap pikiran mereka.” Andaikata Orang Kristen memiliki pemahaman yang seperti ini maka kehidupan orang Kristen akan selalu menjadi berkat yang dapat mengubahkan dunia ini. Di dalam hidup ini ada dua perubahan yaitu perubahan kepada kebaikan dan perubahan kepada kejahatan. Bila kita dapat mengubah sikap pikiran kita untuk memikirkan hal-hal yang positif, maka hidup kita akan berubah ke arah kebaikan yang akhirnya kepada kesempurnaan Kristus. Tetapi bila kita hanya memikirkan perkara negatif maka hidup kita akan mengarah kepada kejahatan yang akhirnya kepada kehancuran. Perubahan yang terjadi dalam hidup kita akan menentukan perubahan dunia ini. Jadi marilah kita mengubah sikap pikiran kita ini untuk memikirkan perkara yang positif yaitu firman Allah. Ketika hidup kita dipenuhi oleh firman Allah maka hidup kita akan diubah oleh firman tersebut. Dan kita akan dapat memahami kehendak Allah dalam hidup kita. (Giant)

Perubahan hidup orang Kristen akan mengubah cara pandang dunia melihat Kristus.

Sabtu, 17 Maret 2007

TUHAN MEMBERI HATI YANG TAAT

Yehezkiel 36 : 26

Orang yang berani dikatakan “berhati singa”, orang yang baik dikatakan “berhati emas”. Firman Allah pada hari ini mengajar bahwa kita seharusnya memiliki “hati yang taat” Apa maksudnya? Pertama, hati yang taat dikenal oleh karena mudah sekali sadar akan dosanya dan segera mohon ampun kepada Allah. Orang dengan hati yang taat tidak menunggu sampai besok jika dia berbuat pelanggaran dan dosa. Hati nuraninya senantiasa mengingatkannya. Orang yang hatinya terbuat dari batu tidak mudah terharu oleh penderitaan orang lain, apalagi dengan dosanya sendiri. Hati nuraninya sudah mati. Namun orang yang hatinya taat begitu mudah berempati kepada orang lain dan sangat peka terhadap dosanya sendiri. Kedua, hati yang taat adalah hati yang menurut terhadap kehendak Allah. Sebagai manusia yang berdosa, sebenarnya tidak mudah bagi kita untuk mentaati kehendak Allah, tetapi jika kita diberi hati yang taat, hati kita akan selembut alang-alang yang tertiup angin sorga dan menunduk saat tertiup angin Roh Allah. Hati dari batu seperti besi yang masih dingin sehingga sulit dibentuk, tetapi hati yang taat seperti besi yang dipanaskan sehingga mudah ditempa oleh kasih karunia Allah. Ketiga, hati yang taat adalah hati yang penuh kasih sayang. Hati yang keras tidak akan mengasihi Sang Penebus, tetapi hati yang diperbaharui menyala dengan penuh kasih terhadap-Nya. Hati yang keras, egois, akan berkata dengan sinis, “Mengapa aku harus menangisi dosaku? Mengapa aku harus mengasihi Tuhan?” Tetapi hati yang taat berkata, “Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi-Mu; tolonglah aku untuk mengasihi-Mu lebih dalam lagi.” Hati yang taat adalah tempat Roh Kudus bertakhta dan mudah menerima berkat rohani. Marilah kita minta kepada Allah untuk selalu menjadikan hati kita hati yang taat. (Aping)

Hati yang taat merupakan anugerah dan kesukaan Allah.

Minggu, 18 Maret 2007

KEBUTAAN ROHANI

Daniel 12 : 3

Seorang yang buta matanya akan berjalan tertatih-tatih dan berusaha fokus pada jalannya. Ia tidak mampu untuk melihat keadaan di sekelilingnya. Demikian halnya yang terjadi pada orang percaya yang buta rohaninya. Ia tidak mampu melihat kehendak Allah dalam hidupnya, berjalan tanpa arah yang pasti dan hidup menuruti keinginan hati. Ada beberapa hal yang menyebabkan kebutaan rohani:
Kepahitan (Amsal 6 : 8). Orang yang mengalami kepahitan yang dilihatnya adalah penyesalan dan terus menerus menyalahkan keadaan dan orang lain. Bahkan yang parah lagi ia menyalahkan Allah. Ia tidak dapat melihat rencana Allah di balik peristiwa yang menimpanya.
Dosa seksual. Karena cintanya kepada Delila maka Simson tidak lagi berjalan dalam pimpinan Tuhan, Ia mengikuti keinginan hatinya yang membawanya pada kejatuhan.
Harta atau uang. Harta atau uang dapat mencondongkan hati manusia kepadanya (Matius 6 : 21). Lihat bagaimana Bileam hatinya menjadi condong kepada uang dari pada menuruti perintah Tuhan (Bilangan 23-24). (Maria)

Orang buta tidak dapat melihat Yesus yang berdiri di depan matanya .