3 May 2010

BULAN MEI 2010

HAMBA TUHAN

Dulu mungkin kita jarang mendengar istilah “hamba Tuhan” karena orang lebih sering menyebut “pendeta” atau “gembala”. Tetapi sekarang ini istilah “hamba Tuhan” sangat sering kita dengar. Orang-orang yang masuk dalam pelayanan sering menyebut diri mereka “hamba Tuhan”. Seperti apakah “hamba Tuhan” itu?
1. Setiap orang yang percaya kepada Yesus adalah hamba Tuhan.
Di zaman dulu, ketika masih ada perbudakan, seseorang yang ‘dibeli’ menjadi hak milik orang yang membelinya. Ia menjadi budak (hamba) orang itu dan tidak mempunyai hak lagi atas hidupnya. Dalam Perjanjian Lama, budak Ibrani dibebaskan setelah bekerja enam tahun lamanya. Tetapi dalam Keluaran 21 : 5-6 kita membaca, “Tetapi jika budak itu dengan sungguh-sungguh berkata: aku cinta kepada tuanku, kepada istriku dan kepada anak-anakku, aku tidak mau keluar sebagai orang merdeka, maka haruslah tuannya itu membawanya menghadap Allah, lalu membawanya ke pintu atau ke tiang pintu, dan tuannya itu menusuk telinganya dengan penusuk, dan budak itu bekerja pada tuannya untuk seumur hidup.” Begitupun dengan kita. Firman Tuhan berkata, “Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” (I Korintus 6 : 20). Kita telah dibeli dengan darah Yesus, oleh sebab itu kita semua yang percaya kepada Yesus, yang telah menyerahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan, kita telah menjadi milik Yesus. Dan kita semua adalah hamba-hamba Tuhan, bukan hanya mereka yang mempunyai gelar ‘pendeta’.
2. Hamba taat kepada tuannya.
Budak-budak di zaman dulu taat kepada tuannya. Apapun yang diminta tuannya harus mereka lakukan, gampang atau susah. Sebagai hamba Tuhan, kitapun seharusnya taat kepada ‘Tuan’ kita. Apapun yang diperintahkan Tuhan, kita harus melakukannya. Kita tidak bisa memilih-milih maunya yang mudah, yang enak, yang menyenangkan. Rasul Paulus menulis, “Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?” (Roma 6 : 16). Sebelum kita menjadi anak Tuhan, kita adalah hamba dosa yang ‘taat’ kepada Iblis (hidup kita dikuasai oleh keinginan dosa); tetapi setelah kita menyerahkan hidup kita kepada Tuhan, kita menjadi hamba Tuhan yang harus taat kepada Tuhan.
3. Tugas seorang hamba adalah melayani.
Seorang budak (hamba) melayani tuannya terus-menerus. Begitu juga tugas kita adalah melayani Tuhan. Yesus berkata, “Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”
(Matius 20 : 28). Dan Yesus memberi contoh dengan membasuh kaki murid-murid-Nya (Yohanes 13 : 4-5, 12-17). Untuk dapat melayani kita harus memiliki kerendahan hati. Tanpa kerendahan hati tidak mungkin kita bisa melayani Tuhan, apalagi melayani sesama kita.
4. Tidak mengharapkan balasan (upah).
Seorang hamba melayani tuannya tanpa upah karena seluruh hidupnya telah diberikan kepada tuannya. Begitu juga dengan kita sebagai hamba Tuhan, melayani Tuhan adalah kewajiban kita, dan kita tidak perlu mengharapkan balasan/ucapan ‘terima kasih’ dari Tuhan (hitung-hitungan, misalnya melayani Tuhan dengan harapan diberkati, atau kalau kita memberi untuk pekerjaan Tuhan, kita mengharap Tuhan membalas dengan memberkati usaha/pekerjaan kita; kalau kita menolong orang kita berharap Tuhan juga akan menolong/menyembuhkan penyakit kita, dan lain-lain). Yesus berkata, “Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” (Lukas 17 : 10). Kita hanya melakukan apa yang memang sudah menjadi kewajiban kita. Jadi kita tidak perlu menyombongkan diri dengan apa yang kita buat dan juga jangan kita mengharapkan upah.
5. Hamba tidak punya hak atas hidupnya.
Seorang budak (hamba) tidak punya hak lagi atas hidupnya. Seandainya tuannya menghendaki kematiannyapun, dia tidak punya hak untuk melawan. Begitupun dengan kita sebagai hamba Tuhan, Tuhan berhak atas hidup kita. Apapun yang Tuhan mau lakukan, kita tidak punya hak untuk membantah Dia. Kita tidak punya hak untuk memprotes Tuhan jika sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi dalam hidup kita. Seperti Maria yang berkata, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Lukas 2 : 38). Bagi Maria tidaklah menyenangkan harus mengandung sebelum menikah, apalagi di zaman dahulu, hukumannya berat. Tetapi Maria sadar bahwa dia adalah hamba Tuhan dan Tuhan yang berkuasa atas hidupnya.

Zaman sekarang banyak orang menyebut diri ‘hamba Tuhan’. Mereka berkata melayani Tuhan, tetapi sesungguhnya yang dilayani adalah diri mereka sendiri. Kalau diundang maunya dihormati, dilayani dengan sebaik-baiknya. Kalau merasa kurang diperhatikan, tidak didengarkan pendapatnya, mereka tersinggung dan marah. Apakah seperti itu sikap seorang ‘hamba Tuhan’? Ataukah sesungguhnya mereka ‘HAMBA (saya) tuhan’ (dirinya yang menjadi ‘tuhan’), bukan ‘hamba TUHAN’?
Banyak orang menyebut diri mereka ‘hamba Tuhan’ dengan kebanggaan diri, dengan membusungkan dada (sombong), padahal seorang hamba adalah seorang pelayan yang seharusnya merendahkan diri; seperti pelayan-pelayan di zaman dahulu yang bila menghadap tuannya harus menundukkan diri (merendah). Tetapi sayang sekali banyak hamba Tuhan sekarang yang sombong, merasa dirinya lebih “tinggi” dari orang lain. Akibatnya mereka merasa tidak layak kalau harus merendahkan diri untuk melayani orang lain. Kesombongan itu juga membuat mereka tidak mau menerima pendapat/kritik dari orang lain.
Firman Tuhan berkata, “Sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya.”
(II Timotius 2 : 24-26). Tetapi kita lihat banyak orang sekarang yang mengaku sebagai ‘hamba Tuhan’ masih suka bertengkar sampai menimbulkan kepahitan dalam hati orang lain dan membuat mereka tidak mau lagi mengenal Tuhan. Yesus pernah memberi peringatan tersebut, “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk.” (Matius 23 : 13). Sebagai hamba Tuhan, kita harus berhati-hati jangan sampai kita seperti itu. Walaupun mungkin kita bukan seorang aktivis gereja, tapi kita harus ingat bahwa ada orang-orang di sekitar kita yang memperhatikan kita. Jangan sampai mereka jadi tidak mau mengenal Tuhan karena melihat hidup kita. Ingatlah selalu, di manapun kita berada, kita adalah hamba-hamba Tuhan, biarlah kita bersikap/berlaku sebagai seorang hamba. Seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus, “Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah. Yang akhirnya dituntut dari pelayan-palayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai.”
(I Korintus 4 : 1-2). Biar nama Tuhan dipermuliakan lewat hidup kita! Amin! (Ginny)

MENGHINDARI HUTANG
Amsal 22 : 7
Zaman sekarang ini budaya hutang sudah seperti minum air, sangat lazim. Apapun bisa dihutangi, tidak lagi terbatas pada barang-barang yang mahal saja. Orang berpikir menggunakan kartu kredit itu bukan hutang. Kartu kredit bila digunakan dengan tidak bijaksana dapat mendorong ke arah hutang apalagi bila digunakan berlebihan. Padahal hutang itu berbahaya karena berhutang selalu jauh lebih mudah dari pada melepaskan diri dari hutang. Menurut survey 50% perceraian disebabkan oleh tekanan keuangan dalam rumah tangga. Rupanya bagi banyak keluarga sumpah pernikahan bukan lagi berbunyi, “sampai maut memisahkan kita” tapi telah berubah menjadi “sampai hutang memisahkan kita”.
Hutang itu sebenarnya menggadaikan masa depan (Yakobus 4 : 13-17, Mazmur 37 : 21) dan menolak kesempatan bagi Allah untuk bekerja (Yesaya 55 : 8). Alkitab berkata, “Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat.” (Roma 13 : 8). Hutang ibarat ikatan perbudakan yang menjerat. Bacaan hari ini secara tegas menyatakan bahwa orang yang berhutang menjadi budak orang yang dihutangi. Mungkin zaman sekarang bukan budak seperti zaman dulu, tetapi budak menggambarkan ikatan yang menindas, paling sedikit secara emosional. Bilamana kita terpaksa sekali berhutang, usahakan supaya secepat mungkin hutang tersebut dibayar, seperti dikatakan, “Orang fasik meminjam dan tidak membayar kembali, tetapi orang benar adalah pengasih dan pemurah.” (Mazmur 37 : 21).
Bagaimana mengatasi jerat hutang?
1. Tetapkan anggaran secara tertulis dan jadwalkan pembayaran hutang setiap bulan. Untuk itu jangan membelanjakan uang melebihi penghasilan Anda, bayarlah bunga dari hutang Anda kemudian bayarlah kembali hutang Anda.
2. Buatlah daftar inventaris dari semua harta benda (aset) Anda.
3. Buatlah daftar dari semua hutang Anda.
4. Carilah penghasilan tambahan atau kurangi pengeluaran.
5. Jangan menambah dengan hutang baru.
6. Puaslah dengan apa yang Anda miliki. Semakin banyak uang yang kita keluarkan jika semakin banyak kita: berbelanja, menonton televisi, melihat katalog, membaca iklan di majalah dan koran.
7. Belajarlah berhemat. Hindari gaya hidup konsumtif dan tanpa budget. Mulai investasikan sebagian harta Anda ke tempat yang menghasilkan secara ekonomis. (GKG)


Alkitab yang banyak dibaca membuat jiwa
dikenyangkan.

Hanya orang yang bisa menghargai dirinya sendiri dapat mengerti hati orang lain.
Melihat-lihat kesalahan orang lain buta terhadap kesalahan sendiri.
Jangan biarkan waktu tersia-sia, perlakukan dengan pasti.
Kasih kita untuk Yesus adalah kunci untuk semangat kita.
Melayani Kristus tidak akan diabaikan.
Jika kita menyerahkan pergumulan kita ke dalam tangan Tuhan, Ia menyerahkan damai-Nya ke dalam hati kita. (DBR)

MENJADI SAHABAT DEKAT DENGAN TUHAN
Mazmur 25 : 14b
Tuhan ingin menjadi Sahabat baik Anda. Hubungan Anda dengan Tuhan memiliki banyak aspek berbeda. Tuhan adalah Pencipta, Pembentuk, Tuan, Hakim, Penebus, Juruselamat, dan banyak lagi. Namun, sebenarnya yang paling mengejutkan adalah Tuhan Yang Maha Besar rindu menjadi Sahabat Anda! Anda dibuat untuk hidup dalam hadirat Tuhan yang berkesinambungan. Namun, setelah jatuh dalam dosa, hubungan yang ideal itu hilang. Hanya sedikit orang pada masa Perjanjian Lama yang memiliki hak istimewa persahabatan dengan Tuhan. Musa dan Abraham disebut ”sahabat-sahabat Tuhan”. Daud disebut ”seorang dengan hati Tuhan”. Ayub, Henokh, dan Nuh memiliki persahabatan yang akrab dengan Tuhan.
Ketakutan terhadap Tuhan dalam Perjanjian Lama lebih umum dari pada persahabatan. Yesus mengubah keadaan tersebut. Ketika Ia membayar dosa-dosa Anda di atas kayu salib, tirai di bait Allah yang melambangkan keterpisahan Anda dari Tuhan terbelah dua dari atas ke bawah, yang menunjukkan bahwa akses langsung kepada Tuhan sudah terbuka lagi. Sekarang Anda bisa mendekat kepada Tuhan kapan saja. Tuhan mengundang Anda untuk menikmati persahabatan dan persekutuan dengan ketiga Pribadi Tritunggal, Bapa, Anak dan Roh Kudus.
Tuhan secara mendalam menghendaki bahwa Anda mengenal Dia secara akrab. Mengenal dan mengasihi Tuhan adalah hak istimewa terbesar Anda, dan dikenal dan dikasihi Tuhan adalah kesenangan yang paling besar. Namun, apa maksudnya ketika Tuhan menginginkan Anda menjadi sahabat-Nya? Bagaimana persahabatan itu bisa dijalin atau dibangun? Melalui percakapan terus-menerus. Persahabatan dengan Tuhan dibangun dengan membagi semua pengalaman hidup Anda dengan-Nya. Ia ingin dilibatkan dalam setiap kegiatan, setiap percakapan, setiap masalah, dan bahkan setiap pemikiran Anda. Suatu kesalahpahaman yang umum adalah bahwa ”menghabiskan waktu dengan Tuhan” berarti sendiri dengan Dia. Tentu, seperti yang diteladankan Yesus, Anda membutuhkan waktu sendiri dengan Tuhan tetapi itu hanya sebagian kecil waktu sadarmu. Setiap hal yang Anda lakukan bisa menjadi ”menghabiskan waktu dengan Tuhan” jika Ia diundang untuk menjadi bagian di dalamnya, dan Anda terus menyadari kehadiran-Nya.
Kunci dari persahabatan dengan Tuhan bukanlah mengubah apa yang Anda lakukan, melainkan mengubah sikap Anda terhadap apa yang Anda lakukan. Apa yang biasanya Anda lakukan untuk diri sendiri mulai Anda lakukan untuk Tuhan, entah itu makan, mandi, bekerja, bersantai, atau membuang sampah.
Melalui meditasi terus-menerus. Merenungkan firman-Nya sepanjang hari disebut meditasi. Alkitab berulang-ulang mendorong Anda untuk merenungkan siapa Tuhan, apa yang Ia telah lakukan, dan apa yang Ia telah katakan. Anda tidak bisa mengasihi Tuhan kecuali Anda mengenal-Nya, dan Anda tidak bisa mengenal-Nya tanpa mengenal firman-Nya.
Ketika Anda memikirkan sebuah masalah terus-menerus, itu disebut kuatir. Ketika Anda memikirkan firman Tuhan terus-menerus, itu disebut meditasi. Jika Anda tahu bagaimana kuatir, Anda juga tahu bagaimana bermeditasi! Anda hanya perlu memindahkan perhatian dari masalah-masalah kehidupan Anda ke ayat-ayat Alkitab.
Sahabat berbagi rahasia dan Tuhan akan membagi rahasia-rahasia-Nya kepada Anda jika Anda mengembangkan kebiasaan memikirkan firman-Nya sepanjang hari. Semakin lama dan semakin sering Anda merenungkan apa yang telah Tuhan katakan, Anda akan semakin memahami ”rahasia” kehidupan ini yang banyak orang lain tidak mengetahuinya.
Doa membiarkan Anda berbicara kepada Tuhan, sedangkan meditasi membiarkan Tuhan berbicara kepadamu. Keduanya sangat penting dalam sebuah persahabatan. (GKG)

HATI YANG MENYEMBAH
Roma 6 : 13b
Inti penyembahan adalah berserah diri. Dalam kebudayaan yang kompetitif ini, Anda diajar untuk tidak pernah menyerah dan tidak pernah mengalah. Jadi, Anda tidak banyak mendengar tentang berserah, apalagi berserah pada Tuhan. Namun, berserah kepada Tuhan adalah inti penyembahan. Anda memberi diri Anda kepada-Nya, bukan oleh karena ketakutan atau kewajiban, tetapi oleh kasih, ”karena Ia telah lebih dulu mengasihi Anda.”
Paulus berkata, ”Karena itu, saudara–saudara, demi kemurahan Tuhan aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Tuhan. Itu adalah ibadahmu yang sejati.” Ibadah yang sesungguhnya menyenangkan Tuhan terjadi ketika Anda memberi diri Anda sepenuhnya kepada Tuhan. Perhatikan kata kunci ”persembahan” dalam ayat tadi. Mempersembahkan diri Anda kepada Tuhan adalah makna ibadah.
Penghalang Anda berserah penuh kepada Tuhan adalah tidak percaya/ketakutan dan kesombongan. Apakah aku mempercayai Tuhan? Anda tidak akan berserah kepada Tuhan kecuali Anda mempercayai-Nya, tapi Anda tidak bisa mempercayai-Nya hingga Anda mengenal-Nya lebih baik. Tidak percaya menimbulkan ketakutan, dan ketakutan mencegah Anda berserah, tapi kasih membuang semua ketakutan. Semakin menyadari betapa Tuhan mengasihi Anda, mempermudah penyerahan. Jika Anda ingin mengetahui betapa berartinya Anda bagi Tuhan, lihatlah Kristus dengan kedua lengan-Nya terbentang di atas salib, berkata, ”Aku mengasihimu sebesar ini! Aku lebih baik mati dari pada hidup tanpa kamu.” Penghalang kedua untuk berserah penuh adalah kesombongan Anda. Anda tidak mau mengakui bahwa Anda hanyalah ciptaan dan tidak mengendalikan segala sesuatu. Keinginan untuk memegang kendali penuh adalah penyebab banyak tekanan dalam hidup Anda. Hidup adalah pergumulan, tetapi apa yang banyak orang tidak sadari adalah pergumulan Anda, seperti pergumulan Yakub, sesungguhnya adalah pergumulan dengan Tuhan. Anda ingin menjadi Tuhan dan tidak mungkin Anda memenangkan pergumulan itu. Anda bukan Tuhan dan tidak pernah akan menjadi Tuhan. Berserah kepada Tuhan bukan penyerahan pasif, fatalisme, atau sebuah dalih bagi kemalasan. Berserah bukan menerima status quo. Berserah bisa berarti sebaliknya, yakni mengorbankan hidup atau menderita dalam rangka mengubah apa yang perlu diubah. Semakin Anda membiarkan Tuhan mengambil alih Anda, semakin Anda menjadi diri Anda yang sejati karena Ia menciptakan Anda. Berserah paling baik didemonstrasikan dalam ketaatan. Orang-orang yang berserah menaati perkataan Tuhan, bahkan ketika perkataan itu tidak masuk akal. Aspek lain dari kehidupan yang berserah penuh adalah percaya. Abraham mengikuti tuntunan Tuhan tanpa mengetahui ke mana tuntunan itu membawanya. Anda tahu bahwa Anda berserah kepada Tuhan ketika Anda mengandalkan Tuhan untuk menyelesaikan segalanya dan bukan berusaha memanipulasi orang lain, memaksakan agenda Anda, dan mengandalkan situasi. Alkitab berkata, ”Berserahlah kepada Tuhan, dan nantikanlah Dia dengan sabar.” Bukannya mencoba lebih keras, Anda justru harus percaya lebih lagi. Berserah yang sejati adalah berkata, ”Bapa, jika masalah, kesakitan, penyakit, atau keadaan ini dibutuhkan untuk menggenapi tujuan dan kemuliaan-Mu dalam kehidupanku atau kehidupan orang lain, kumohon jangan ambil.” Tingkat kedewasaan ini tidak datang dengan mudah. Berserah adalah kerja keras, suatu peperangan berat melawan ego. Ketika Anda sepenuhnya menyerahkan kehidupan kepada Tuhan, pertama Anda mengalami damai sejahtera, kedua Anda mengalami kemerdekaan, dan ketiga Anda mengalami kuasa Tuhan dalam hidup Anda. Godaan-godaan yang berat dan masalah-masalah yang tidak tertanggungkan dikalahkan Kristus ketika diberikan kepada-Nya. Ketika mendekati pertempuran terbesar dalam hidupnya, Yosua bertemu Tuhan, jatuh dalam penyembahan di hadapan-Nya, dan menyerahkan rencana-rencananya. Penyerahan itu membawa kepada kemenangan yang menakjubkan di Yerikho. Berserah tidak melemahkan, tetapi menguatkan Anda. Orang-orang yang berserah adalah orang-orang yang dipakai Tuhan. Tidak ada yang lebih berkuasa dari sebuah hidup berserah di dalam tangan Tuhan. Cara hidup terbaik. Anda dirancang untuk menyembah Tuhan. Apabila Anda gagal menyembah-Nya, Anda akan menciptakan ilah-ilah dan menyerahkan kehidupan Anda kepadanya. Ilah-ilah itu bisa berupa pendapat atau harapan orang lain, uang, dendam, ketakutan, kesombongan, hawa nafsu, atau ego Anda sendiri. Anda bebas memilih kepada siapa Anda akan berserah, tapi Anda tidak bebas dari konsekuensinya. Berserah bukan salah satu cara terbaik untuk hidup, melainkan satu-satunya cara untuk hidup. Saat-saat paling bijaksana adalah saat-saat Anda berkata ”Ya” kepada Tuhan. Kadang-kadang perlu bertahun-tahun sampai pada akhirnya Anda menemukan bahwa penghalang terbesar bagi berkat Tuhan dalam kehidupan Anda bukan orang lain. Penghalang itu adalah diri sendiri, kehendak, kesombongan yang bandel, dan ambisi pribadi Anda. Jika Tuhan akan melakukan pekerjaan hebat-Nya di dalam Anda, pekerjaan itu akan bermula dengan sikap berserah. Jadi, berikan semuanya kepada Tuhan, seperti penyesalan masa lalu, ketakutan, mimpi, kelemahan, kebiasaan, luka hati, dan penolakan Anda. Taruh Yesus Kristus di kursi pengemudi kehidupan Anda dan lepaskan tangan dari kemudi. Ketika Anda memutuskan untuk hidup berserah sepenuhnya, keputusan itu akan diuji. Bill Bright, pendiri Campus Crusade for Christ, berkata, ”Ketika saya masih seorang pria muda, saya membuat sebuah kontrak dengan Tuhan. Saya secara harfiah menuliskannya dan menandatanganinya dengan nama saya di bawahnya. Kontrak itu berkata, ’Mulai hari ini dan seterusnya, saya adalah seorang budak dari Yesus Kristus.’”Pernahkah Anda menandatangani sebuah kontrak seperti itu dengan Tuhan? Atau Anda masih berdebat dan bergumul dengan Tuhan atas hak-Nya untuk melakukan pada kehidupan Anda sesuai kehendak-Nya? Sekaranglah waktunya untuk berserah kepada kasih karunia, kasih, dan hikmat Tuhan. (GKG) 

YANG TERBAIK AKAN DATANG!
Seorang Wanita Yang Suaminya Pengangguran membagikan Kisah Penantiannya.
Saya ingin berbagi satu cerita yang indah dengan Anda. Saya bertemu Yane Pe Benito ketika saya memberi khotbah di perusahaannya. Yane adalah seorang wanita yang menyenangkan yang memiliki kisah yang mengagumkan untuk diceritakan, saya memutuskan untuk menceritakannya pada dunia.
Dua tahun lalu suami Yane, Beni, tanpa peringatan kehilangan pekerjaannya. Hal ini menyebabkan rasa sakit dua kali lipat karena pekerjaannya sebenarnya sangat menjanjikan. Selama 6 tahun, Beni sangat menikmati pekerjaannya di sebuah perusahaan distribusi multinasional untuk produk perawatan kulit. Namun karena perubahan struktur organisasi yang terjadi dalam perusahaan tersebut (yang sering terjadi di banyak perusahaan belakangan ini), ia di-PHK. Yane memutuskan untuk memberitahu berita menyedihkan itu pada kedua anaknya yang masih kecil, Gabriel (6 tahun) dan Marga (4 tahun). Ia memilih dengan hati-hati kata-kata yang akan dipakai untuk menjelaskan hal tersebut. "Anak-anak, kita harus menjaga lebih baik barang-barang kita dan tidak memboroskan uang kita karena ayah tidak punya pekerjaan lagi." Gabriel kecil berkata, "Maksud ibu, ayah dipecat?" Yane terkejut mendengar kata-kata yang kasar tersebut. "Di mana kamu belajar tentang kata itu?!" Putranya menjawab tanpa berbelit-belit, "Dari Peter Parker – Spiderman." Tapi ya, PHK hanya merupakan kata yang lebih baik dari: "Keluar, kami tidak lagi membutuhkanmu di sini." Kehilangan pekerjaan adalah selalu menyakitkan, sekalipun jika dibarengi dengan "pesangon". Di satu sisi Yane bersyukur atas "rejeki nomplok" itu, tapi di sisi lain Yane kuatir, menebak-nebak berapa lama keluarga mereka akan hidup dengan bergantung pada pesangon itu. Beberapa bulan pertama semua berjalan baik; Beni menerima rata-rata dua panggilan interview setiap minggu. Namun beberapa bulan menjadi setahun – dan terus berlanjut, panggilan interview semakin sedikit dan jarang. Selama hampir dua tahun suaminya menganggur, Yane melalui kegelisahannya sendiri. Sebagai seorang ibu dari dua anak usia sekolah, ia melihat tabungan mereka yang semakin menipis. (Sebagai ukuran, ia pindah dari pekerjaan yang sudah ditekuninya selama 8 tahun, ke pekerjaan yang lebih tinggi bayarannya.) Tapi di samping dana yang semakin berkurang, ia juga kuatir akan harga diri Beni. Bukan karena Beni tidak mencoba; namun kelihatannya memang tidak banyak kesempatan kerja bagi pria berumur dengan latar belakang dan pengalaman seperti yang dimiliki Beni. Sebenarnya ada dua pekerjaan yang ia terima, tapi keduanya hanya bertahan sebentar. Sebut saja sebuah konflik kepribadian atau ketidak-cocokan, tapi Beni tidak dapat melihat dirinya bekerja lama di sana. Dengan marah, Beni akan keluar lagi. Dan pernikahan mereka pun mengalami kesulitan, karena sekarang Yanelah yang memberi penghasilan bagi keluarga. "Akankah ego suami saya bertahan selama ini?" ia terus dan terus bertanya pada dirinya sendiri. Semakin waktu berlalu, ia semakin dan semakin kuatir akan Beni. Yane mulai bertanya pada Tuhan, "Tuhan, saya tidak mengerti apa lagi yang Engkau sedang ajarkan pada kami. Bagaimana lagi kami harus berdoa? Apa lagi yang harus kami doakan?" Itulah saat ketika Yane menyadari bahwa doa mereka harus lebih spesifik. Maka ia mengumpulkan kedua anaknya dan berkata, "Mari berdoa bagi ayah, agar ia dapat menemukan suatu pekerjaan yang baik dengan seorang atasan yang baik – seseorang yang seperti atasannya di perusahaan yang dulu." Dan itu menjadi doa spesifik keluarga tersebut. "Tuhan, tolong ayah untuk mendapatkan seorang atasan yang baik seperti atasannya dulu, dalam nama Yesus." Suatu hari, sekitar setahun lalu dari hari ini, Yane pulang dari kerja dan melihat kedua anak dan suaminya sedang berdempetan sambil membungkuk. "Ada apa ini?" Tanyanya. Ia mendengar anak-anaknya berbisik dengan gembiranya, "Tunjukkan pada ibu sekarang!" Beni menyodorkan sebuah amplop coklat padanya. Yane pikir itu adalah sesuatu dari sekolah anak-anak. Tapi bukan. Dengan perlahan ia menarik keluar secarik kertas dari amplop itu, ia membaca nama perusahaan…kemudian jabatan suaminya…dan gajinya… Sampai di sini, ia mengangguk puas. Namun ketika ia sampai ke bagian bawah kertas tersebut, ia kaget setengah mati. Karena ada sebuah tanda tangan. Tanda tangan milik atasan favorit Beni! Diiringi tatapan heran anak-anaknya, Yane mulai menangis dan tertawa pada saat yang bersamaan. Ia sangat sulit untuk mempercayai ini! Seperti seorang anak, ia melompat-lompat kesenangan, dan disambut gembira oleh kedua anaknya yang ikut melompat dan tertawa bersamanya. Gabriel bertanya pada ibunya, "Ibu, mengapa engkau menangis dan tertawa pada saat yang bersamaan?" Yane melihat kesempatan bagus untuk menjelaskan, "Ibu menangis karena ibu begitu bahagia. Ingatkah bagaimana kamu berdoa untuk seorang atasan yang baik bagi ayah? Lihatlah nama ini," ia menunjuk kertas yang masih ia pegang. "Kita hanya meminta seorang atasan yang seperti atasan ayah yang dulu. Tapi, Tuhan memberi ayah seorang atasan yang persis sama! Ia menjawab doa-doa kita!" Saat itulah Gabriel mulai menangis.
"Mengapa kamu menangis?" tanya Yane. "Karena aku juga sangat bahagia," kata anak laki kecil itu, dan seluruh keluarga saling berpelukan. Ketika Yane menceritakan kisah ini, saya tahu saya harus berbagi cerita ini dengan Anda.
Karena semua kita melalui banyak kesulitan dan kehilangan. Kita kehilangan pekerjaan kita, kita kehilangan orang-orang yang kita kasihi, kita kehilangan uang kita, kita kehilangan sahabat-sahabat kita… Dan seringkali, kita menanti dan menanti agar rasa sakit ini hilang, agar rasa kehilangan ini menjadi sembuh. Kadang-kadang, kita menanti selama waktu yang panjang. (Yane dan Beni harus menunggu selama dua tahun.) Namun pada akhirnya, saya percaya kalau Tuhan telah menyiapkan berkat terbaik bagi Anda. Berimanlah. Percaya. Yang terbaik akan datang!

Sahabatmu,
Bo Sanchez (IR)

PILIH MANA?
Dari kitab Kejadian sampai Wahyu tidak pernah ada pembandingan selain yang tercantum dalam Matius 6 : 24, “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.". Di sini dengan tegas Yesus sendiri meminta manusia memilih, mau mengabdi kepada Allah atau Mamon. Di bagian lain Yesus juga berkata bahwa akar segala kejahatan adalah ‘cinta uang’. Mamon berasal dari bahasa Aram yang berarti ‘uang, kekayaan, harta milik, keuntungan atau ilah duniawi’. Yesus yang adalah Allah sendiri tahu bahwa tidak mungkin siapapun bisa mengabdi kepada dua tuan dan berlaku adil. Seperti orang yang naik di dua perahu sekaligus. Tidak mungkin. Dia akan jatuh ke air dan tenggelam. Bukti yang jelas adalah Salomo. Ketika dia baru menjadi raja, dia mengabdi kepada Tuhan, tetapi setelah dia diberkati luar biasa, dia pindah mengabdi kepada Mamon, akibatnya kerajaannya hancur dan pecah. Firman Tuhan berkata, “…Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?” (II Korintus 6 : 14b). Allah adalah terang dan Mamon adalah gelap. Bila terang datang, gelap akan sirna. Bukti bahwa kita mengabdi Allah adalah bila kita tidak cinta uang atau mempunyai ciri-ciri pengikut Mamon yang sikap hidupnya sebagai berikut:
1. Selalu kuatir soal keuangan. Untuk orang kaya mereka biasanya takut kehilangan uang. Untuk orang miskin mereka takut tidak punya uang sama sekali. Memang kita perlu uang untuk hidup, tetapi kekuatiran yang berlebihan menjadi pertanda seorang pengikut Mamon. Selain itu juga perlu berhati-hati bila Anda selalu merasa kekurangan, tidak pernah puas sehingga akibatnya sangat berhati-hati dengan pengeluaran, bahkan untuk hal yang paling diperlukan sekalipun, yang mengakibatkan orang akan berkata Anda seorang yang pelit atau kikir. Memang kita tidak boleh boros, tetapi bila terlalu berhati-hati atau berat sekali mengeluarkan uang, hati-hati, itu pertanda seorang pengikut Mamon.
2. Serakah. Keinginan untuk terus-menerus memperoleh kekayaan. Orang yang karena ketamakannya kehilangan jiwanya adalah orang bodoh
(Lukas 12 : 16-20). Karena serakah orang mengabaikan prinsip-prinsip kebenaran untuk mendapatkan uang. Beberapa orang rela untuk menjual imannya, mau berdusta, menyeleweng dan lain-lain untuk mengejar ambisi kekayaan.
3. Suka memamerkan kekayaan. Orang yang kesukaannya adalah membicarakan barang-barang belanjaannya, hobinya, kendaraannya dan lain-lain sudah terjerat roh Mamon,
4. Terlilit hutang. Hutang adalah ikatan dan perbudakan (baca Amsal 22 : 7). Orang yang terlilit hutang biasanya ada di bawah pengaruh roh Mamon sehingga ia tidak dapat menunda keinginan untuk membeli barang yang ia inginkan kemudian ia berhutang. Ini berkaitan dengan gaya hidup konsumtif, belanja berlebihan dan membeli barang-barang yang tidak diperlukan. Seharusnya kita hanya membeli barang-barang yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan.
5. Pelit. Orang pelit berusaha memegang harta terus secara egois dan tidak mau berbagi dengan orang lain ataupun untuk kemuliaan Tuhan. Orang pelit tidak akan peduli bila orang di sekitarnya mengalami kesulitan. Orang kaya yang pelit sebetulnya sama dengan orang miskin.
Bila Anda memiliki satu saja dari kelima hal di atas, Anda patut bertobat dan mengatasinya dengan:
1. Mengembangkan gaya hidup menikmati, bukan memiliki (Pengkhotbah 2 : 26, 5 : 18). Gaya hidup menikmati adalah kemampuan untuk bisa mengagumi sesuatu tanpa rasa ingin harus memiliki.
2. Belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan
(Filipi 4 : 11-13, Ibrani 13 : 5).
3. Melatih kebiasaan memberi menjadi sifat
(Ulangan 18 : 8, Amsal 3 : 9, Efesus 4 : 28). Adalah baik untuk memiliki uang di tangan tetapi jangan di hati. Kita tidak dapat melayani Allah dan Mamon, tetapi kita dapat melayani Allah dengan Mamon. Kita perlu memberi persembahan sebagai prioritas. Yakinlah memberi persembahan tidak akan menimbulkan masalah ekonomi, justru akan memberkati kita karena kita menginvestasikan harta untuk kekekalan. Jadi bila kita mendapatkan uang, bayarlah kepada 1) Allah (persepuluhan) 2) diri sendiri (menabung) 3) biaya hidup sehari-hari 4) orang lain..
Mengubah kebiasaan itu tidak mudah. Apalagi bila hal itu sudah menjadi sifat hidup kita. Untuk berubah dari seorang yang pelit menjadi orang yang suka memberi sulitnya tidak terhingga dengan usaha sendiri, tetapi bukan tidak mungkin. Langkah yang perlu kita lakukan adalah bertobat, minta ampun bahwa selama ini kita pengikut Mamon, kemudian kita minta tuntunan Roh Kudus dan berikutnya, kita harus memaksa diri kita sendiri untuk melakukan ketiga hal di atas. Tuhan berkata “…mintalah maka akan diberikan kepadamu…” (Matius 7 : 7). Kita memang tidak bisa, tapi bila kita minta Roh Kudus, Dia pasti akan menolong mengubah hati kita dari kecintaan kepada uang menjadi kecintaan akan Tuhan dan sesama manusia. Pelan tapi pasti, kita akan berpindah dari seorang pengikut Mamon menjadi seorang pengikut Tuhan dan dengan demikian hidup kita juga berubah total, dari kehidupan diliputi ketakutan, kekuatiran dan kecemasan menjadi hidup yang damai sejahtera, sukacita dan berbahagia. Anda mau? Selamat berubah…(GKG/cubs)

SAAT TUHAN MELAWAT
Lukas 19 : 41-44
Dalam bacaan hari ini, Yesus menangisi kota Yerusalem karena tidak mengetahui saat Allah melawatnya. Yesus berkata, “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.”
(ayat 42). Nah, bagaimana dengan kita? Apakah kita tahu apa yang kita perlukan? Apakah kita sadar saat Tuhan datang melawat hidup kita? Ataukah kita biarkan Ia lalu begitu saja karena kita tidak mengetahuinya? Jangan seperti Ayub yang berkata, “Apabila Ia melewati aku, aku tidak melihat-Nya, dan bila Ia lalu, aku tidak mengetahui.” (Ayub 9 : 11). Sayang sekali, bukan? Firman Tuhan berkata, “…Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman…”
(Ibrani 3 : 7-8). Bila Tuhan datang hari ini melawat kita, jangan keraskan hati! Jangan tunggu sampai musuh datang menghimpit dan menghancurkan hidup kita. Musuh kita (Iblis) menghimpit kita dengan segala macam masalah, pencobaan dan tekanan hidup. Jangan sampai kita dikalahkannya. Yesus berkata, “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” (Wahyu 3 : 20). Terimalah Yesus hari ini juga! (Ginny)

BERJAGA-JAGALAH
Wahyu 3 : 3
Temanku bepergian ke luar negeri. Pesawat berangkat
jam 7 pagi dan dia berangkat dari rumah jam 5.30. Temanku sudah biasa pergi ke bandara dan dia sudah memperkirakan waktu perjalanan dari rumah ke bandara cukup. Ternyata temanku tidak memperhitungkan hal yang terjadi di luar dugaan. Ketika dalam perjalanan, ternyata ada kecelakaan yang menyebabkan macet dan temanku tiba di bandara terlambat. Bukan itu saja, temanku salah terminal, harusnya terminal 2 tetapi dia berada di terminal 3 jadi harus naik taksi ke terminal 2.Di bandara pun dia mengalami kendala, karena harus mengantri untuk bebas fiskal dan antriannya cukup panjang. Sampai akhirnya temanku ketinggalan pesawat dan harus membayar lebih mahal untuk pesawat berikutnya. Seperti hidup kita, kadang kita sudah memperhitungkan sedemikian rupa, ternyata terjadi sesuatu di luar dugaan. Jangan menganggap remeh sesuatu yang kita anggap biasa, karena kita tidak tahu apa yang terjadi kemudian. “Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu.” (FF)



TAKKAN KEKURANGAN
Mazmur 23 : 1
Daud adalah orang yang sangat dekat dengan Tuhan. Pengalaman hidupnya sangat banyak, baik naik maupun turun. Daud mengalami saat dielu-elukan, tetapi Daud juga merasakan ancaman pembunuhan. Ketika seorang seperti itu berkata “…TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.” maka pernyataan itu tidak mungkin salah. Daud tidak berkata “aku selalu berlebih” tetapi dia berkata “aku tidak pernah kekurangan”. Allah tidak akan memberikan kita lebih dari apa yang kita perlukan karena Allah tahu bila kita punya terlalu banyak, masalah kesombongan dan sebagainya akan datang. Kita sebagai anak-Nya bisa berpegang pada janji-Nya bahwa kita tidak akan pernah kekurangan, seperti yang diajarkan Yesus dalam doa Bapa Kami, “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya..” (Matius 6 : 11). Juga ingatlah bahwa “… janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Matius 6 : 34) (cubs)

AKU INGIN MENJADI SEPERTI KRISTUS !
Filipi 3 : 12
Di dalam diri manusia pasti ada yang namanya “ketidakpuasan”. Ketika orang bekerja dan telah mendapatkan hasil yang banyak, maka dalam diri orang itu pasti akan muncul tidak puas, dan ia akan berusaha untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak lagi. Untuk mencapai target ini biasanya mereka akan bekerja siang malam dan bahkan akan menghalalkan berbagai cara baik itu cara yang baik maupun cara yang jahat. Sangat berbahaya sekali bila kita tidak dapat mengendalikan keinginan kita. Kita akan terjatuh ke dalam berbagai macam dosa. Untuk hal-hal yang duniawi (harta, kekayaan dan lain-lain) kita harus berkata kepada diri kita, “Cukupkanlah apa yang ada padamu”. Jika kita berkata cukup pada keinginan daging kita maka kita akan dapat menguasai diri kita. Tetapi untuk pertumbuhan iman kita, kita tidak boleh berkata cukup. Karena Tuhan tidak suka dengan orang Kristen yang “kerdil” atau “suam-suam kuku”. Tuhan sangat senang kepada orang Kristen yang senantiasa bertumbuh dewasa. Oleh sebab itu, kita harus tidak puas dengan tingkat rohani kita sekarang ini. Kita harus terus bertumbuh dewasa hingga kita dapat menjadi seperti Kristus. Menjadi seperti Kristus adalah target utama bagi setiap orang Kristen. Selama kita masih ada di dunia ini kita harus terus berlomba untuk dapat mencapai target kita, yaitu menjadi seperti Kristus. (Giant)

JANGAN MENGHAKIMI
Lukas 1 : 5-7
Sebagai manusia, kita sering cenderung untuk menghakimi sesama ketika melihat ada kekurangan dalam hidup mereka. Misalnya ketika seseorang jatuh sakit, atau kehilangan mata pencaharian, atau tertimpa musibah, kita cenderung akan berpikir “pasti dia sudah berbuat dosa/kesalahan sehingga hal itu terjadi padanya”. Tetapi dalam bacaan hari ini tentang Zakharia dan Elisabet, firman Tuhan berkata, “Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat. Tetapi mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya.” (ayat 6-7). Di waktu itu, tidak mempunyai anak adalah sebuah aib. Mungkin orang-orang di sekitar mereka cenderung untuk berpikir bahwa kemandulan Elisabet adalah ‘hukuman’ akibat dosanya, tetapi bagi Tuhan suami istri itu adalah orang-orang yang hidup benar di hadapan-Nya. Kalau kemudian Tuhan memberkati mereka dengan seorang anak pada masa tua, itu semua telah ada dalam rencana Tuhan. Tuhan telah menetapkan anak mereka untuk menjadi ‘pembuka jalan’ bagi Yesus. Karena itu, sebaiknya kita jangan cepat menghakimi orang jika melihat ketidaksempurnaan dalam hidup mereka. Sebaliknya, kita juga jangan cepat merasa bahwa kita ‘dihukum’ Tuhan jika sesuatu terjadi dalam hidup kita. Kita harus percaya bahwa hidup kita ada dalam tangan Tuhan dan segala sesuatu ada dalam rencana-Nya. (Ginny)

JANGAN KUATIR
Matius 6 : 25-26
Pada waktu ke gereja saya melihat beberapa burung gereja hinggap di tembok gedung gereja. Kelihatannya burung-burung itu ceria sekali. Saya memandang burung-burung itu dan saya berpikir bagaimana burung-burung itu bisa mendapatkan makanan? Sedangkan di daerah sekitarnya berdiri gedung-gedung yang menjulang tinggi. Tapi saya ingat firman Tuhan, "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?“ Saya diingatkan Tuhan seringkali saya kuatir. Tetapi dengan melihat burung-burung itu, saya tahu hidup saya dipelihara oleh Tuhan. (FF)

DIPERBARUI TERUS
Mazmur 23 : 3
Sering dalam hidup ini ketika menghadapi masalah yang bertubi-tubi kita menjadi lelah. Tidak jarang juga rasanya tidak ada harapan, beban terlalu berat dan pertanyaan kenapa saya harus menanggung isi dunia menguasai pikiran kita. Akibatnya mungkin orang di sekitar kita bisa melihat perubahan dalam wajah kita, kita kehilangan semangat hidup, menjadi putus asa dan sebagainya. Tetapi lewat bacaan hari ini Daud yang seperti kita juga mengalami saat-saat seperti itu, menguatkan kita dengan pernyataan bahwa Allah senantiasa menyegarkan jiwa kita. Istilah sekarang setiap kali kita capek Allah akan me’recharge’ jiwa kita dan memberikan kekuatan baru, semangat baru, kesegaran baru. Jadi bila kita merasa lelah, serahkan semua beban kepada Allah, biarkan Dia menyegarkan jiwa kita dan ingat selalu bahwa Ia menuntun kita di jalan yang benar. Jangan mau memikul beban seluruh dunia sendiri, toh dunia ini punya Allah, bukan punya kita. Rasakan kesegaran baru yang diberikan Allah setiap kali jiwa kita capek. (cubs)

LILIN KECIL
Matius 5 : 14-16
Pernahkah Anda mengalami saat malam hari tiba-tiba listrik rumah Anda padam? Sebagian dari kita pasti pernah mengalami, dan apa yang pertama kali Anda lakukan? Pasti pertama kali yang Anda lakukan adalah mencari sebuah lilin. Ketika Anda menemukan sebuah lilin maka Anda akan merasa sangat senang. Lalu Anda akan cepat-cepat menyalakan lilin itu agar Anda dapat melihat. Ada sesuatu hal yang luar biasa, yaitu lilin yang kecil itu dapat menerangi seluruh rumah Anda. Cahaya lilin ini membuat kita dapat melihat sekeliling kita, sehingga ketika kita melangkahkan kaki maka kita tidak akan menabrak benda di dekat kita. Sebenarnya inilah yang Tuhan Yesus inginkan dari diri kita, yaitu kita menjadi seperti lilin kecil itu. Biarlah kita memancarkan cahaya kasih kepada setiap orang, sehingga mereka dapat melihat perbuatan baik kita dan nama Tuhan dipermuliakan. Jangan pernah kita berpikir kita hanya minoritas di negara ini, sehingga kita tidak dapat memancarkan cahaya kasih kita. Ingat, lilin kecil itu bila dinyalakan akan memancarkan cahaya yang dapat menerangi seisi rumah. Demikian pula bila kita memancarkan cahaya kasih maka cahaya itu akan menerangi seluruh dunia. Sekarang tinggal keputusannya dari diri kita, maukah Anda menjadi sebuah lilin kecil yang memancarkan cahaya? (Giant)

UCAPKANLAH FIRMAN TUHAN
Roma 10 : 9
Apapun keadaanmu atau apapun yang terjadi dalam hidupmu, firman Tuhan mengandung sesuatu yang patut Anda ucapkan sehingga imanmu timbul dan kemudian mengubah keadaanmu. (DBR)


FIRMAN YANG MENGUBAHKAN
II Timotius 3 : 16-17
Sebagai orang percaya, seberapa sering kita pergi ke gereja atau persekutuan? Seberapa banyak firman yang telah kita baca atau dengar? Seberapa besar dampak firman Tuhan itu bagi hidup kita? Adakah perubahan yang terjadi? Apakah hidup kita berubah menjadi lebih baik? Ataukah sama saja seperti ketika belum mengenal Tuhan? Atau malah lebih jahat? Bacaan hari ini berkata bahwa, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” (ayat 16). Mari kita introspeksi diri kita, bagaimana hidup kita? Bila firman Tuhan tidak membuat perubahan dalam hidup kita, jangan-jangan tanah hati kita bukan tanah hati yang baik seperti dalam perumpamaan penabur (Matius 13 : 23), sehingga firman yang kita dengar tidak bisa bertumbuh dan berbuah. Penulis surat Ibrani menulis, “Sebab firman Allah hidup dan kuat…” (Ibrani 4 : 12). Firman Allah itu hidup dan kuat dan pasti akan membawa perubahan dalam hidup setiap anak Tuhan. Kalau hidup kita tidak berubah, selidikilah hati kita. Jadikan hati kita tanah yang baik agar firman yang kita dengar tidak berlalu sia-sia, tetapi menghasilkan buah. Seperti firman yang kita baca hari ini, “Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.” (ayat 17). (Ginny)

FIRMAN TUHAN SEBAGAI PETA
Mazmur 119 : 105
Ketika aku dan temanku pergi ke luar negeri, kami benar-benar tidak tahu jalan arah pulang ke hotel dan kami lupa membawa peta yang kami dapat dari hotel. Kami jadi bertanya kepada orang yang kami temui waktu kami berjalan dari suatu tempat ke hotel tempat kami menginap. Orang yang kami tanyai, kadang memberi arahan yang salah sehingga kami salah jalan. Kadang kami berada di tempat yang sama berkali-kali dan kelihatannya seolah-olah berjalan di tempat.
Demikian juga hidup kita, kita akan salah jalan tanpa tuntunan dari Tuhan. Dengan membaca firman Tuhan sebagai peta untuk arah hidup kita setiap hari, kita tidak akan tersesat. “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” (FF)

BERTINDAK SESUAI FIRMAN
Yosua 1 : 8
Kalau seseorang merenungkan firman Tuhan terus-menerus, siang dan malam, dapat dipastikan bahwa dia akan menjadikan firman Tuhan itu dasar dari segala tingkah lakunya, perkataannya dan semua segi kehidupannya. Seperti yang dikatakan bacaan hari ini, orang itu akan bertindak dengan hati-hati dan penuh hikmat akibatnya bisa dipastikan juga bahwa orang seperti itu akan mempunyai hidup yang penuh damai sejahtera, sukacita, selalu berhasil dan beruntung dan dia bisa mendapat gelar orang terbahagia di dunia. Jadi, bila Anda mau juga mendapat gelar orang terbahagia, lakukanlah sesuai firman Tuhan. Jadikan hidup Anda ‘bible style (gaya hidup alkitabiah)’. Apapun yang kita butuhkan ada di Alkitab. Kita hanya bisa bertindak sesuai firman bila kita telah membaca firman itu. Jadi bila belum terbiasa membaca firman, mulailah membiasakan diri membaca firman dan nikmati hidup yang bahagia, berhasil dan beruntung. (cubs).

DALAM GELAP GULITAKU
Mazmur 13 : 1-6
Saya suka tidur dalam keadaan gelap gulita. Lampu kamar saya matikan, jendela saya tutup dengan tirai, sehingga tidak ada cahaya masuk sama sekali. Namun, meski mata saya hampir tidak bisa melihat apa-apa saat itu, jarang sekali saya tersandung sesuatu ketika berjalan di situ. Sebab saya sudah hafal seluk-beluk kamar saya. Memori inilah yang menjadi penerang bagi saya dalam kegelapan kamar tersebut.
Hidup manusia juga kadang terasa gelap gulita, seperti yang dialami oleh Daud dalam perikop Alkitab hari ini. Jiwanya terancam. Hari-harinya dilalui dengan berat dan penuh kekhawatiran. Ia berdoa, tetapi Tuhan diam, menyembunyikan wajah-Nya. Dalam situasi demikian, Daud mengingat kasih setia Tuhan. Berdasarkan pengenalannya akan Tuhan, Daud yakin bahwa Tuhan tetap setia, bahkan ketika Dia tampak bungkam. Keyakinan ini memampukannya untuk terus melangkah dalam kegelapan hidupnya. Terang itu datang bukan dari luar, tetapi dari dalam.
Sama seperti Daud, hidup kita terkadang juga terasa begitu berat, bahkan gelap. Berbagai masalah dan kesedihan menekan hidup kita, sementara Tuhan seakan-akan diam saja. Dalam situasi yang demikian, sama seperti Daud, yang bisa kita lakukan adalah meyakini saja kasih setia Tuhan. Ingatlah hal-hal di masa lalu ketika kita mampu melihat kasih setia Tuhan secara nyata. Berdasarkan memori tersebut, yakinkan diri kita bahwa sama seperti waktu itu, saat ini pun Tuhan tetap setia. Kesetiaan-Nya ini cukup untuk menjadi sinar yang memampukan kita melewati masa-masa gelap dalam hidup kita, (Giant)

MANUSIA DAGING
I Korintus 13 : 5
Seperti kita ketahui, manusia daging cenderung sombong, congkak, kasar dan tidak sopan. Tetapi Anda dapat memilih untuk berjalan di dalam kasih, berjalan dalam Roh. Ketika menghadapi pencobaan, tenanglah sejenak dan mulai memperkatakan firman Tuhan. Katakan begini, “Saya lahir dari kasih. Saya akan membiarkan kasih Allah yang ada di dalamku mengambil alih keadaan ini.“ Kasih Allah akan segera memenuhi hatimu. Jangan ijinkan manusia daging mengambil alih keadaanmu, sebaliknya biarkanlah kasih Allah yang melampaui segala akal memenuhi hatimu. (DBR)

MENGHORMATI ORANG TUA
Efesus 6 : 1-3
Firman Tuhan hari ini mengajarkan kepada anak-anak untuk menghormati orang tua. Sebagai seorang anak, firman ini tetap berlaku meskipun anak telah dewasa dan bekerja, bahkan sekalipun telah memiliki keluarga sendiri. Ini tidak berarti bahwa orang tua tetap berhak mengatur hidup anak-anak setelah mereka menjadi dewasa, bahkan sampai setelah berumah tangga; tetapi kewajiban seorang anak menghormati orang tuanya tetaplah berlaku. Zaman sekarang, banyak anak “melupakan” orang tua setelah mereka mapan dan tidak memerlukan orang tua lagi. Mereka tidak peduli kalau orang tua sakit atau kesusahan. Tuhan tidak menghendaki hal seperti itu terjadi, terlebih bagi mereka yang mengaku sebagai anak Tuhan. Firman Tuhan berkata, “Tetapi jikalau seorang janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya mereka itu pertama-tama belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan membalas budi orang tua dan nenek mereka, karena itulah yang berkenan kepada Allah.” (I Timotius 5 : 4). Jadi adalah kewajiban seorang anak untuk memelihara hidup orang tuanya ketika mereka telah menjadi tua. Ini adalah ajaran firman Tuhan. Jangan kita ‘sok sibuk’ dengan pelayanan kepada orang lain, seolah-olah kita mengasihi dan melayani Tuhan, tetapi ternyata menelantarkan orang tua sendiri. Mari, sebagai anak yang tahu membalas budi, kita menghormati dan mengasihi orang tua yang telah membesarkan dan mendidik kita. (Ginny)

KASIH
I Korintus 13
Seperti apakah kasih Allah itu? Semuanya tercantum dalam bacaan hari ini. Saya lebih senang menyebut topik ini dengan istilah “memamerkan kasih”. Saya mengajak setiap orang percaya untuk merenungkan topik ini minimal seminggu sekali. Dengan terus merenungkan kasih-Nya, firman itu akan meresap ke alam bawah sadar kita lalu berubah menjadi tindakan penuh kasih. (DBR)

PERGI UNTUK KEMBALI
Yohanes 14 : 1-3
Pernahkah kita ditinggalkan oleh orang yang kita sayangi karena ia telah pulang ke rumah Bapa? Kita pasti merasa sedih karena kita tidak akan bertemu dia lagi di dunia ini. Perasaan seperti ini pernah dialami oleh para murid dan pengikut-Nya yang lain. Mereka sedih karena kehilangan orang yang mereka kasihi, yaitu Yesus Kristus. Tetapi kepergian Yesus kepada Bapa berbeda dengan kepergian orang yang kita sayangi itu. Tuhan Yesus pergi untuk menyediakan tempat bagi setiap orang percaya yang setia memegang teguh imannya. Setelah tempat itu siap dan waktunya tiba maka Ia akan kembali lagi ke dalam dunia ini untuk menjemput dan membawa kita ke rumah Bapa. Ini adalah suatu janji yang Tuhan Yesus pernah ucapkan bagi setiap orang percaya. Ketika Tuhan Yesus berjanji maka janji-Nya itu akan Ia genapi. Karena Yesus adalah Allah yang tidak pernah ingkar janji, Ia selalu menepati janji-Nya. Oleh sebab itu kita harus selalu percaya bahwa janji yang Tuhan ucapkan itu pasti akan kita alami. Dan sekarang biarlah kita senantiasa terus berjuang mempertahankan iman kita, agar kelak ketika Ia datang kembali Ia akan menemukan iman yang dewasa di dalam diri kita. Bila Ia menemukan iman yang dewasa maka Ia akan senang dan akan membawa kita masuk ke dalam rumah Bapa di sorga. Pegang teguh terus imanmu dan perjuangkan agar imanmu itu bertumbuh dewasa. (Giant)

KASIH TUHAN TANPA SYARAT
Yeremia 31 : 3
Kemarin aku baru saja mendapatkan firman Tuhan dari seorang hamba Tuhan, di Alkitabku ayat itu sudah distabilo, sepertinya Tuhan pernah berbicara kepadaku mengenai ayat ini tapi sudah lama sekali. Tuhan mengingatkan pada cerita anjingku Pluto yang pernah kutulis di Oikos bulan September 2008. Waktu itu aku meragukan kasih Tuhan kepadaku, tapi Tuhan mengingatkan Pluto yang nakal buang air sembarangan. Apakah aku mengasihi Pluto walaupun dia nakal? Tuhan bilang Dia mengasihi aku dengan kasih-Nya yang sempurna tanpa syarat.
Kadang-kadang kita merasa kita tidak dikasihi Tuhan, doa-doa kita tidak dijawab Tuhan, Tuhan tidak mendengar seruan tangisan kita, Tuhan tidak peduli dan mengerti kita. Tapi sebenarnya Tuhan Yesus mengerti setiap tetesan air mata kita. “Dari jauh TUHAN menampakkan diri kepadanya: Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu.” (FF)

BERSAMA TUHAN
Mazmur 23 : 6
Orang yang berjalan bersama Tuhan, yang menyerahkan hidupnya sepenuhnya kepada Tuhan akan menerima kebajikan dan kemurahan sepanjang hidupnya. Hal ini tidak akan bisa diterima oleh orang yang tidak sungguh-sungguh mengikut Kristus. Buat orang yang sungguh-sungguh berjalan bersama Tuhan sepanjang hidupnya segala sesuatu akan kelihatan mudah, enak dan baik. Selama hidup dia akan menikmati sukacita, damai sejahtera karena apapun yang dia butuhkan akan dipenuhi Allah. Dia tidak akan pernah kekurangan, tidak akan tertipu oleh berbagai macam tawaran yang menggiurkan dan sebagainya. Bagaimana caranya hidup berjalan bersama Tuhan? Pertama kita perlu menjadikan berdoa, membaca firman dan melakukan firman sebagai bagian dasar hidup kita. Apapun yang kita lakukan, sekecil apapun, kita berdoa dulu, Tanya Tuhan, bolehkah saya melakukan ini? Hal yang penting juga adalah kita perlu membaca firman dan mencari tahu apa yang Tuhan kehendaki, bagaimana kepribadian Tuhan dan siapa Dia? Kita juga perlu melakukan apa yang sudah kita baca dari Alkitab. Bila Tuhan tidak mau kita berbohong, jangan lakukan. Kalau Tuhan mau kita memberi, apapun keadaan kita, berilah. Itu namanya ketaatan. Lihat saja dan buktikan bahwa apa yang dikatakan dalam bacaan hari ini akan terjadi dalam hidup kita. Allah tidak pernah gagal menepati janji. (cubs)
PERINTAH SUPAYA SALING MENGASIHI Yohanes 15 : 9-17
Kasih kita kepada Tuhan tidak bisa diukur dari kerajinan kita ke gereja, atau keaktifan kita dalam pelayanan, atau sumbangan yang kita berikan. Yesus berkata, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” (Yohanes 14 : 15). Dan bacaan hari ini berisi perintah Yesus, “… yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.” (ayat 12). Ini adalah perintah dan hukum Tuhan bagi kita: kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Markus 12 : 31a). Kasih kita kepada sesama bisa dilihat dari hubungan kita dengan mereka. Banyak orang, walaupun sudah menjadi aktivis gereja, masuk dalam pelayanan, tetapi tidak memiliki hubungan yang baik dengan orang lain. Mereka masih membenci, kalau ketemu buang muka, tidak mau berhubungan, tidak mau bertegur sapa. Bagaimana kita bisa mengatakan bahwa kita mengasihi Tuhan bila kita tidak taat kepada perintah-Nya? Yohanes menulis, “Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah”, dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.” (I Yohanes 4 : 20). Kasih kepada sesama juga tidak terbatas hanya kepada sesama anak Tuhan, atau orang dengan status sosial yang sama dengan kita. Bagaimana hubungan kita dengan bawahan, dengan sopir atau pembantu? Seringkali kita ‘baik’ dan mau menolong orang lain, tetapi kepada orang-orang yang bekerja dalam rumah kita, kita tidak bisa bersikap baik. Mengapa? Apakah mereka bukan termasuk “sesama”? Firman Tuhan hari ini sekali lagi mengingatkan kita untuk saling mengasihi, seperti Yesus telah mengasihi kita tanpa syarat, tanpa melihat “siapa” diri kita. Mari kita belajar mengasihi! Itu adalah bukti bahwa kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. (Ginny)

HIDUP SEDERHANA
FILIPI 4 : 10-13
Para misionaris ordo “CInta Kasih” mengucapkan kaul untuk hidup melarat. Harta mereka umumnya milik bersama. Selain itu, para suster hanya memiliki tiga perangkat sari dari bahan murah, sepasang sandal, dua pakaian dalam, seuntai Rosario dan sebuah salib kecil yang disematkan ke bagian bahu kiri sari. Pakaian dalam mereka sering terbuat dari karung gandum bekas yang harus dicuci sekitar sepuluh kali sampai sudah lunak agar bisa dipakai. Harta milik lain adalah sebuah sendok logam dan sebuah piring cembung, sebuah tas dari bahan terpal dan sebuah buku doa. Di negeri-negeri yang iklimnya lebih dingin mereka umumnya diperlengkapi dengan jaket rajutan dari bahan wol…mereka tidak pernah memakai kaos kaki, bahkan apabila harus berjalan di tengah salju. Kekayaan yang diperoleh secara halal adalah berkat Tuhan atas jerih payah manusia yang patut disyukuri. Di masa lalu Abraham, Salomo dan Ayub diberkati dengan kekayaan berlimpah. Hingga kini berkat materi masih Tuhan curahkan kepada anak-anak-Nya. Soalnya bukan kekayaan itu, tetapi sikap kita terhadap kekayaan. Janganlah kita menilai harta milik terlalu tinggi dan terlampau mementingkannya sebab kekayaan bukanlah penentu hidup kita. Kita akan kehilangan banyak dan merugi besar-besaran apabila membiarkan diri dicengkeram olehnya. Dalam perumpamaan penabur, benih yang jatuh di tengah-tengah semak duri ibarat orang-orang yang mendengar kabar itu, tetapi kuatir tentang hidup mereka dan ingin hidup mewah. Karena itu kabar dari Allah terhimpit di dalam hati mereka sehingga tidak berbuah (Matius 13 : 22). Cinta uang akan menjerat dan menghancurkan. Mungkin saja kita miskin namun diperbudak oleh harta benda karena terlalu bernafsu mengejarnya. Baik kaya maupun miskin, kiranya kita mampu menemukan kehendak Allah bagi diri kita masing-masing. Seperti para suster ibu Teresa yang rela hidup amat miskin demi cinta kasih dan pengabdian yang tulus kepada Tuhan. (DBR)

CARA TUHAN BUKAN CARA KITA
Yesaya 55 : 8-9
Saat kami berangkat ke ibadah doa, cuaca cerah sekali. Dekat tempat ibadah ada banyak sekali pedagang makanan. Dalam hati aku berkata, ”Wah, enak juga makan bakso di sini, ah.. tapi nanti aja hari Minggu setelah gereja aku bisa makan bakso di warung yang terkenal. Atau malam ini ya?? Hm, aku pingin sekali makan bakso.” Kami tetap berjalan menuju lapangan parkir. Perjalanan yang cukup jauh. Cuaca di luar mendung. Waktu sampai di tempat parkir hujan tiba-tiba turun. Orang-orang panik. Akhirnya kami bersama orang banyak berdiri di dekat tukang bakso. Terpal tukang bakso yang menutupi kami semua diterbangkan angin, hujannya besar sekali disertai angin. Tidak ada tempat bernaung. Baju dan celana kami basah kuyub. Tasku juga basah. Aku harus memegang terpal tukang bakso supaya tidak terbang. Ada beberapa orang dan kami berdesakan. Air yang mengalir ke terpal juga mengalir membasahi bajuku. Juga sepatuku tergenang banjir yang sudah semata kaki. Beberapa orang sudah pergi biarpun hujan masih deras. Di dalam hatiku ada suara, ”Kamu bukannya pingin makan bakso?” Oh ya, aku baru ingat. Soalnya hatiku terlanjur kesal sih. Akhirnya aku dan suamiku makan bakso dengan nikmat di tengah hujan deras. Dan hujan berhenti tidak beberapa lama selesai kami makan. Tapi aku sudah tidak merasa kesal lagi, aku mengucap syukur untuk pelajaran yang Tuhan beri.
Dalam hidup kita sering kita meminta kepada Tuhan, dan di pikiran kita kadang kita sudah punya bayangan Tuhan akan menjawab begini begitu. Tapi jawaban Tuhan seringkali tidak seperti apa yang kita harapkan. Seringkali terjadi begitu. Kita meminta Tuhan untuk menjawab doa kita, Tuhan menjawab dengan cara-Nya dan kita menjadi kecewa. Seperti aku pingin sekali makan bakso tetapi bukan di tengah hujan deras dengan basah kuyup kan? Tapi justru makan bakso seperti itu aku bisa merasakan kasih Tuhan, merasakan nikmatnya makan bakso di tengah hujan deras. “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.” (FF)


HIDUP YANG BERBAHAGIA
Mazmur 1 : 1
Setiap orang pasti mendambakan hidupnya bahagia, tidak ada satu orang pun yang tidak ingin bahagia. Hari ini kita akan belajar apa yang dikatakan oleh pemazmur mengenai hidup yang bahagia ini. Pertama, bila hidup kita ingin bahagia maka kita jangan berjalan menurut nasihat orang fasik. Karena nasihat orang fasik adalah nasihat yang munafik yang menjerumuskan kita kepada kesia-siaan. Hidup kita harus berjalan menurut firman Tuhan, karena firman Tuhan adalah pelita hidup kita (Mazmur 119 : 105). Bila kita berjalan menurut firman Tuhan maka setiap jalan-jalan kita akan diterangi oleh firman-Nya. Kedua, kita jangan berdiri di jalan orang berdosa, karena jalan orang berdosa menuju kepada kebinasaan. Oleh sebab itu kita harus berdiri di jalan Kristus yang membawa kepada hidup yang kekal. Berdiri di jalan Kristus maksudnya adalah hidup kita harus berada di atas rencana Tuhan. Tuhan telah merancangkan rencana yang indah bagi setiap orang percaya. Oleh sebab itu hidup kita senantiasa harus berada di dalam rencana Tuhan. Bila kita ingin mengetahui rencana Tuhan akan hidup kita, maka kita harus membaca, merenungkan dan melakukan firman-Nya. Setelah itu baru kita akan mengerti rancangan Tuhan bagi kita. Ketiga, kita jangan duduk dalam kumpulan pencemooh, karena di sana kita hanya akan membuang waktu kita dan tidak mendapat hasil apa-apa. Kita sebagai orang percaya harus senantiasa duduk dalam persekutuan orang beriman. Saat kita berkumpul maka kita akan saling dikuatkan dan diberkati. Bila saat ini Anda mendambakan kebahagiaan itu hadir di hidup Anda maka Anda harus melakukan nasihat pemazmur ini. Lakukan dan rasakan kebahagiaan itu nyata di hidup Anda. (Giant)

KEKUATAN UNTUK MELEWATI
Mazmur 23 : 4
Dalam bacaan hari ini, Daud menggambarkan masalah sebagai lembah kekelaman. Memang, tidak ada masalah yang enak, ringan dan menyenangkan. Setiap masalah pasti menyusahkan, berat dan tidak enak. Tepat sekali istilah yang dipakai Daud. Satu hal lain yang menarik dari ayat ini adalah Daud tidak menyatakan bahwa Allah akan menyingkirkan atau meniadakan masalah, tetapi Daud mengatakan bahwa Allah akan menyertai kita selagi kita menyelesaikan masalah dan memberikan penghiburan selama kita berada di lembah itu. Kita akan melihat bagaimana Allah dengan gada dan tongkat-Nya berperang untuk kita, membantu kita melewati jalan berbatu dan menghindar dari lubang perangkap. Daud mengatakan bahwa bersama Tuhan kita pasti menang dan dapat keluar dari lembah kekelaman, dari masalah yang menghimpit kita. Jadi ketika kita menghadapi masalah yang kita rasa luar biasa berat, peganglah ayat ini dan imani bahwa Allah juga akan memberikan gada dan tongkat-Nya untuk membantu kita keluar dari lembah kekelaman kita. Jangan takut!!! (cubs)



HATI YANG MEMBATU
Yeremia 17 : 9-10
Pernahkah Anda mendengar tentang penyakit sirosis hati? Itu adalah penyakit di mana hati menjadi keras (membatu) sehingga tidak bisa berfungsi dengan baik dan akhirnya menyebabkan kematian. Penyakit sirosis banyak penyebabnya, yang sering ditemukan adalah akibat infeksi virus hepatitis dan akibat konsumsi alkohol dalam jumlah banyak dan waktu lama. Dalam bacaan hari ini, Tuhan juga menemukan hati yang “membatu”. Dan tentu itu juga akan mengakibatkan kematian, bahkan lebih berbahaya karena kematian yang terjadi adalah kematian rohani, kematian yang kekal. ‘Hati rohani’ yang membatu ini bisa disebabkan oleh infeksi virus “kecewa, pahit, dendam” atau karena konsumsi “anggur duniawi”. Bagaimana cara menyembuhkannya? Firman Tuhan berkata, “Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.” (Efesus 4 : 31). Kita harus membuang segala “penyakit” dari hati kita, membasmi “virus” dengan, “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.” (Efesus 4 : 32). Kenikmatan “anggur duniawi” hanya bisa dikalahkan bila kita menyerahkan hidup kita dipimpin oleh Roh Kudus. Rasul Paulus menulis, “Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging – karena keduanya bertentangan – sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.”
(Galatia 5 : 16-17). Dunia menawarkan segala kenikmatan yang dapat menghancurkan hidup kita. Berhati-hatilah! Penulis Amsal memberi nasihat, “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” (Amsal 4 : 23). (Ginny)

KEBUTUHAN JASMANI JUGA
Mazmur 23 : 2
Tuhan adalah Allah yang sempurna. Dia disebut Maha Esa karena Dia melihat segala sesuatu sebagai suatu kesatuan yang utuh, tidak terbagi-bagi. Allah dapat berwujud sebagai Roh yang tidak berbentuk tetapi Dia juga dapat berfungsi sama baiknya sebagai manusia dalam diri Yesus Kristus. Itulah yang ingin disaksikan oleh Daud lewat bacaan hari ini. Daud berkata bahwa Allah juga memenuhi kebutuhan jasmani manusia, yaitu makan dan minum, secara sempurna, yang terbaik. Buat seekor domba padang rumput yang hijau adalah seperti kita menikmati makanan yang paling kita sukai, ‘the best’, terenak. Air yang tenang akan membuat domba minum dengan nikmat dan mudah. Bila kita seperti Daud, bergantung sepenuhnya pada Allah maka kita pasti akan menikmati hidup ini dengan sepenuhnya. Itulah janji Allah. (cubs)


BERTERIMA KASIH
Lukas 17 : 11-19
Bagaimana rasanya ketika kita menolong orang tetapi sepertinya tidak dihargai? Pernahkah Anda mengalami hal itu? Mungkin Anda merasa kecewa, kesal, jengkel, marah, dan berpikir, “Ih, orang ditolong kok tidak tahu terima kasih!” Dalam bacaan hari ini, sepuluh orang kusta disembuhkan oleh Yesus, tetapi hanya satu yang kembali untuk mengucapkan terima kasih. Kira-kira bagaimana perasaan Yesus? Kecewa, kesal, jengkel, marah? Apakah Yesus “kapok” untuk membuat mujizat dan menolong orang lagi? Tidak! Kita membaca dalam Alkitab Yesus terus berbuat baik dan menolong orang sampai Dia mati di kayu salib. Nah, bagaimana dengan kita? Maukah kita belajar menjadi seperti Yesus? Firman Tuhan berkata bahwa salah satu ciri manusia di akhir zaman adalah tidak tahu berterima kasih (II Timotius 3 : 2). Tetapi firman Tuhan juga mengajarkan kepada kita untuk jangan jemu-jemu berbuat baik (Galatia 6 : 9). Jadi apabila hari ini Anda sedang merasa kecewa terhadap seseorang yang sepertinya tidak menghargai pertolongan atau kebaikan Anda, ingatlah kepada Yesus! Dan juga kita harus berhati-hati agar kita jangan sampai menjadi orang yang tidak tahu berterima kasih kepada sesama, dan terlebih lagi kepada Tuhan atas segala pertolongan, kasih dan kebaikan-Nya. Kita tidak mau menyakiti hati-Nya, bukan? (Ginny)

LEBIH SEKEDAR KATA
Filemon 1 : 8-22
Tanggal 13 Mei 1981 dunia gempar dengan peristiwa ditembaknya Paus Yohanes Paulus II di Lapangan Santo Petrus Vatikan. Penembaknya Mehmet Ali Agca. Paus menderita luka serius dan nyaris meninggal. Sesaat sebelum jatuh pingsan, Paus sempat berkata, “Ya Tuhan, ampunilah dia.” Empat hari kemudian setelah mulai pulih, secara terbuka Paus menyatakan memaafkan perbuatan Agca. Dua tahun sesudahnya, pada 27 Desember 1983, Paus mengunjungi Agca di Penjara Rebbibia, Roma. Ia berbicara dari hati ke hati dengan orang yang pernah hendak membunuhnya itu. Ia menegaskan kembali telah memaafkan Agca. Tahun 2000 Paus meminta pengampunan bagi Agca kepada Pengadilan Roma, yang membuatnya hanya menjalani 19 tahun dari masa hukuman seumur hidup.
Memaafkan memang tidak cukup hanya diucapkan di mulut, perlu juga ditampakkan dalam perbuatan. Onesimus pernah melakukan kesalahan besar terhadap Filemon, tuannya, sebelum akhirnya ia bertemu dengan Paulus di dalam penjara, lalu bertobat dan menjadi sahabat dekat (ayat 12). Untuk itulah Paulus menulis surat kepada Filemon, yaitu meminta Filemon memaafkan dan menerima kembali Onesimus (ayat 15-16).
Adakah seseorang yang pernah menyakiti Anda; menimbulkan kepahitan yang menggoreskan luka di hati? Sangat baik kalau Anda telah memaafkannya. Tetapi akan jauh lebih baik kalau kata maaf itu Anda nyatakan juga dalam perbuatan. Mungkin dengan memberinya kembali kesempatan, atau bertegur sapa kembali sebagai teman. Hal itu bukan saja akan lebih menolongnya, melainkan juga akan lebih menolong Anda. Memaafkan dengan ucapan barulah separuh perjalanan. Separuhnya lagi memaafkan dengan perbuatan. (Giant)

MENGELOLA HARTA
Kejadian 2 : 15
Bacaan hari ini menyatakan maksud Allah menciptakan manusia, untuk mengelola dan mengurus harta-Nya Allah, sebagai manajer-Nya. Untuk bisa menjadi seorang manajer yang baik, ada beberapa prinsip yang perlu diikuti dan selalu dilakukan:
1. Allah adalah sumber segala sesuatu yang dimiliki manusia (Ayub 1 : 21; Ulangan 8 : 18).
2. Jangan cinta uang atau materi lebih dari pada Tuhan (Ibrani 13 : 5; II Timotius 6 : 10).
3. Kita harus merasa puas dengan penghasilan yang ada (Ibrani 13 : 5; Filipi 4 : 11-13).
4. Jangan kuatir tentang masa depan (Matius 5 : 25-34; Filipi 4 : 6).
5. Harus bekerja keras (Efesus 4 : 28b;
I Tesalonika 3 : 10).
6. Uang dapat dipakai untuk menolong keluarga dan sesama (Efesus 6 : 2; Galatia 6 : 10).
7. Uang harus digunakan untuk kemuliaan Tuhan
(I Korintus 16 : 2; Maleakhi 3 : 13-14). (GKG)

TIDAK MUNGKIN
Roma 9 : 6
Tidak mungkin orang berkata mengasihi Tuhan bila dia tidak mengasihi keluarganya, temannya dan orang-orang di sekitarnya. Tidak mungkin orang berkata mengasihi orang lain bila tidak membuka tangannya untuk menolong, memperhatikan keadaan orang lain dan tidak mau menerima perbedaan yang ada. Firman Allah tidak mungkin gagal, artinya selalu pasti berhasil. Demikian juga orang yang mengenal Allah tidak mungkin hidupnya tidak diserahkan kepada Allah. Tidak mungkin orang yang mengasihi Allah melakukan perbuatan yang berbeda dengan perkataannya. Orang dinilai bukan dari perkataannya tetapi dari perbuatannya, dari buahnya. (cubs).


IMAN
Mazmur 15 : 4
Salah satu ciri kemajuan rohani adalah bahwa seseorang berani “berjanji kepada dirinya dan tetap konsisten”. Dengan kata lain, ia memegang perkataannya sendiri. Jika Anda tidak belajar menjadi orang yang bertanggung jawab atas perkatannya sendiri maka imanmu sulit bertumbuh. Iman seseorang terlihat dari apakah ia berani memegang perkataannya atau tidak. (DBR)






merupakan surat-surat dari seorang ibu janda yang sudah lanjut usia kepada temannya. Selain membalas surat temannya ia memberikan renungan-renungan yang keluar dari hatinya, mengenai pengalaman sehari-hari, apa yang didengar dan dilihat di sekelilingnya. Ia selipkan juga ayat-ayat mas kesukaannya dan menutup suratnya dengan doa-doa untuk temannya.

Shalom teman,
Kita bertemu lagi dalam surat. Senang mendengar bahwa kau sudah sembuh dari sakit flu. Kau sempat kuatir jangan-jangan itu demam berdarah karena di desamu ada dua orang yang sudah terjangkit, puji Tuhan mereka tidak sampai terlambat diobati. Tuhan Mahabaik, Ia sudah melindungimu dan sembuhkan dari sakit flu yang tidak begitu membahayakan. Anakmu sudah datang untuk merawatmu tetapi sesudah sehari kau minta ia kembali ke keluarganya yang lebih perlu dirawat karena masih punya anak kecil. Memang sesudah tiga hari kau mulai berangsur-angsur membaik. Sampai sekarang kau sudah sembuh lagi. Puji Tuhan! Dalam suratmu kau mengeluh bahwa ada banyak katak di kebunmu. Kebunmu memang tidak begitu luas, tetapi bila banyak katak jadi menggelikan juga. Apa yang mereka cari di kebunmu kau tidak tahu. Kau mengusir mereka ke kebun tetangga karena kau tak tega membunuhnya. Mudah-mudahan mereka tidak menemukan apa yang mereka cari di kebun tetangga dan akan pergi. Kau sudah kuatir, mungkin saja mereka kembali ke kebunmu, untunglah tidak terjadi. Dengan ini aku kirim padamu sebuah cerita mengenai katak yang aku baca di buku baru-baru ini:
KATAK
“Tuhan, Engkau memberi anugerah yang begitu melimpah. Aku dapat hidup di darat maupun di air. Aku dapat berenang dengan gayaku yang sangat indah. Aku mempunyai sepasang kaki belakang yang panjang sehingga lompatanku jauh. Saatku masih kecil, Engkau pun melindungi aku dengan ekor. Tuhan, sore ini Engkau memberi hujan sehingga dunia tampak segar. Aku akan memanggil katak-katak betina untuk bersyukur menengadah ke atas menyebut nama-Mu sambil bernyanyi mengidungkan lagu-lagu, bunyian senja, memuji kebaikan-Mu. Suara orkestra sesamaku telah memecah keheningan malam sehingga sawah sekitar tidak sunyi. Tuhan, tetapi lihatlah manusia. Mereka membawa lampu mencari tempat asal suaraku. Tak tahukah mereka bahwa aku sedang berdoa mengidungkan lagu pujianku? Tuhan, lihatlah setiap aku memanggil si katak betina manusia selalu datang mencariku! Mungkinkah manusia datang ingin mengambil katak betina pujaanku? Oh, seandainya itu yang ingin mereka lakukan, aku tidak cemburu apalagi takut. Biarlah mereka mengambilnya kalau mereka benar-benar mencintainya. Sungguh Tuhan! Seandainya kedatangannya hanya untuk merebut cintaku dari kekasihku si katak betina, hatiku rela. Aku tahu mencintai bukan harus memiliki. Biarlah itu terjadi seandainya dapt membahagiakan hidup manusia. Aku berjanji untuk bertahan mengarungi waktu dengan hidup sendiri sebagai lambang kesetiaanku. Aku pasrah karena aku ini hanyalah seekor katak jantan yang kalah gagah dibanding manusia makhluk tertinggi ciptaan-Mu itu. Tuhan, aku sering heran dengan tingkah manusia. Mereka makhluk tertinggi, tetapi mengapa suka berbuat konyol? Gelembung suaraku kuperbesar supaya nyanyian pujianku makin nyaring. Tetapi manusia memperbesar “gelembung suaranya” hanya untuk menyombongkan diri.

Mari kita berdoa: Tuhan, ajarilah manusia tidak menipu dirinya, menipu sesama atau bahkan menipu-Mu dengan suara nyaring. Amin.

Sekian suratku, semoga kau senang membacanya. Salam untuk keluarga dan untukmu salam dariku. Sampai lain kali lagi.


Salam


Debora


TIPS UNTUK TIDAK STRESS
Karena berbagai tekanan yang ada di zaman sekarang ini, banyak orang menjadi mudah frustasi. Berulang kali diberitakan bahwa orang yang bunuh diri atau membunuh seluruh keluarganya, sebelumnya mengalami frustasi. Mereka tidak bisa melihat bahwa di balik kegagalan yang dialami seperti PHK atau kerugian dan sebagainya, tetap ada jalan keluar. Memang sulit untuk bisa melihat jalan keluar bila yang kita hadapi adalah keadaan di mana mungkin tidak ada makanan apapun di meja sementara tagihan bertubi-tubi datang, tidak ada uang sepeserpun di kantong…di mana pertanyaan apapun jawabannya sama, ‘tidak ada…’. Berikut tips yang dapat membantu setiap orang untuk menghindari supaya tidak terjerat oleh frustasi. Seperti kata pepatah, “lebih baik mencegah dari pada mengobati..”
1. MENGANDALKAN TUHAN. (Yeremia 17 : 7)
Tidak mungkin orang yang mengandalkan Tuhan dalam hidupnya akan menjadi frustasi. Karena itu janji-Nya. Bagaimana caranya? Serahkan seluruh hidup kepada Tuhan. Firman-Nya akan menjadi pelita yang menerangi jalan kita.
2. TETAPKAN TINDAKAN ANDA.
Dalam keadaan apapun kita tetap bisa memilih apa yang akan kita lakukan. Setiap tindakan kita berada dalam ‘kontrol’ kita. Saat gagal atau menghadapi masalah rumit kita bisa memilih untuk hancur, menangis, berteriak atau mengubah kebiasaan lama dan mencari jalan untuk mengatasi masalah. Kita yang berkuasa untuk memilih tindakan yang akan kita lakukan.
3. BERSIKAP LEBIH FLEKSIBEL.
Setiap manusia siapapun dia tidak selalu bisa mendapat apa yang diharapkan. Yang terbaik adalah kita bisa fleksibel. Seperti yang dikatakan Sadrakh, Mesakh dan Abednego dalam Daniel 3 : 17-18, itulah fleksibilitas yang diperlukan supaya tidak jadi frustasi. Kalau dapat puji Tuhan, kalau tidak juga puji Tuhan. Tidak usah terlalu ngotot, frustasi datang dari kengototan berlebih untuk mendapat sesuatu.
4. JAGA KESEIMBANGAN.
Hidup ini punya banyak aspek. Frustasi bisa datang dari ketidakseimbangan hidup. Contoh, seorang yang hanya memperhatikan pekerjaan saja dan tidak yang lain, seperti istirahat, keluarga dan teman, bisa jadi frustasi jika pekerjaan itu menjadi masalah, seperti PHK atau bangkrut. Latih diri setiap hari mulai sekarang, jangan tunggu sampai frustasi dengan mengembangkan prinsip gaya hidup ‘saling’.
5. BANGKITKAN MINAT PADA BERBAGAI HAL.
Bila fokus kita tidak hanya terpusat pada satu hal/aspek hidup saja maka jika terjadi sesuatu pada aspek itu kita tidak akan hancur karenanya. Ada tempat pijakan lain. ada pepatah ‘jangan taruh semua telur dalam satu keranjang’, itu baik untuk mencegah frustasi. Selalu sediakan ‘ban serep’ dalam hidup ini.
6. LIHAT SISI POSITIFNYA.
Contohlah Yusuf. Dia menerima perlakuan tidak baik dari banyak orang di sekelilingnya. Tapi dia tidak pernah frustasi. Begitu juga kita. Ketika sedang menghadapi kegagalan, lihat sisi positifnya, bahwa itu cara Tuhan supaya kita memenuhi tujuan Tuhan menjadikan kita. Selalu ada jalan keluar bila kita melihat sisi positif.
7. PELIHARA SELERA HUMOR.
Humor dan tawa memang tidak akan seketika itu juga memecahkan masalah. Bila tidak ada makanan di meja, kita mau tertawa berhari-hari juga tetap tidak ada makanan. Tapi humor dan tawa akan membantu kita melihat sisi lain dari masalah yang kita hadapi. Bila masalah datang, rileks sebentar, jadilah tenang, berdoa, maka Anda akan melihat jalan keluarnya.
8. KEMBANGKAN TINDAKAN YANG KREATIF.
Tanyakan pada diri sendiri, “Kesempatan apa yang bisa saya lakukan di sini? Jalan mana yang terbuka untuk saya?”
9. BERTANGGUNG JAWAB.
Jangan salahkan orang lain. Evaluasi dengan jujur setiap kejadian sehingga kegagalan itu bisa terjadi. Tanya pada diri sendiri, “Bagaimana saya mengatasinya?”. Kemudian pikirkan setiap tindakan sebelum dilakukan sehingga bisa didapatkan pemecahan yang terbaik. (cubs)