1 Jan 2008

MINGGU KE 2 JANUARY


KENDALIKAN MARAH

Marah adalah salah satu emosi yang diberikan oleh Tuhan sebagai sifat dasar manusia. Setiap orang pasti pernah marah. Tidak ada satu orang pun yang tidak pernah menyatakan kemarahannya, termasuk Yesus. Alkitab menulis beberapa kali bahwa Yesus marah antara lain dengan memporakporandakan barang dagangan para pedagang di bait suci (Yohanes 2 : 14-15), dengan marah memandang sekeliling (Markus 3 : 5). Marah itu perlu karena marah itu juga suatu pemberian Tuhan. Yang menjadi persoalan buat manusia adalah seringkali kita tidak bisa mengendalikan kemarahan kita. Marah yang dikendalikan seperti Yesus akan membawa kebaikan. Marah yang tidak dikendalikan akibatnya bisa luar biasa sekali, antara lain menyebabkan kita berbuat dosa, dendam, benci, sakit darah tinggi, jantung, kanker dan lain-lain. Kalau kita tidak bisa mengendalikan kemarahan kita, yang rugi paling banyak itu diri kita sendiri. Contoh dalam Alkitab dari orang yang tidak bisa mengendalikan kemarahannya adalah Kain a' jadi pembunuh, dan Musa à tidak masuk Kanaan. Apa yang Alkitab katakan tentang akibat marah yang tidak dikendalikan?
1. Disebut Tuhan orang bodoh (Ratapan 7 : 9).
2. Tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (Galatia 5 : 21).
3. Disebut orang bebal (Amsal 29 : 11).
4. Akar kejahatan (Mazmur 37 : 8).
5. Tidak bisa membawa kebenaran di mata Tuhan (Yakobus 1 : 19 – 20).
Jadi marah itu tidak disukai Tuhan. Marah harus dikendalikan. Bagaimana caranya?
1. Jangan dipelihara.
Ingat kemarahan yang tetap disimpan di pikiran kita akan segera tumbuh dengan pesat dan menghasilkan buah dosa. Ketika Tuhan memperingatkan Kain dalam Kejadian 4 : 7, Dia berkata bahwa “dosa sudah mengintip di depan pintu”, mengapa demikian? Karena Kain marah terhadap adiknya. Jadi untuk membuang kemarahan kita tidak boleh menyimpannya dalam pikiran kita. Begitu marah datang harus langsung dibuang. Kemudian juga dari Kejadian 4 : 7, Tuhan minta Kain berkuasa atas pikiran marahnya itu. Tuhan memberi kita otoritas atas kemarahan itu. Gunakan otoritas itu untuk menghapus kemarahan.
2. Jangan tumpuk/timbun kemarahan.
Sebagai orang Kristen, kita mungkin sudah belajar untuk melakukan langkah pertama di atas. Tetapi sejujurnya, kita belum benar-benar membuang kemarahan kita. Dari luar, mungkin kita sudah berkata, “aku maafkan”, tetapi ternyata kemarahan itu masih disimpan. Sekali orang itu berbuat salah, dimaafkan, tapi tidak dibuang, kedua kali begitu dan setelah beberapa kali, meledaklah amarah kita secara luar biasa. Semua kesalahan orang itu keluar dari mulut kita seperti lava kawah gunung berapi yang sedang menyembur keluar. Setiap kali kita marah, hendaknya diselesaikan secara baik, benar dan menyeluruh, jadi tidak ada yang tersisa, tidak ada yang disimpan. Kemarahan yang dipendam lama-lama menjadi dendam. Dendam yang dipendam lama-lama menjadi kanker. Ingat, Yesus menghendaki kita memaafkan saudara kita tujuh puluh kali tujuh kali (Matius 18 : 22).
3. Jangan bicara tentang kemarahan.
Iman timbul dari pendengaran. Begitu juga dendam, tumbuh dari pendengaran. Bila kita bicara tentang kemarahan kita, maka marah yang sudah kita buang lewat doa akan masuk kembali, kita akan teringat kembali bahwa kita marah. Jadi sebagaimana kita pikirkan hal-hal yang baik, yang benar, yang mulia, demikian juga pembicaraan kita hendaknya hanya tentang hal-hal yang baik, yang benar dan yang mulia, supaya apa yang kita bicarakan itu menjadi berkat buat kita sendiri juga. Seorang pendeta besar dari Amerika selalu berkata ,”siapa tahu sekarang dia sudah bertobat”, bila ada orang yang membicarakan tentang kejelekan orang lain kepadanya. Berilah kesempatan orang lain bertobat, sebagaimana Tuhan memberi kita kesempatan untuk bertobat. Siapa tahu, pada saat kita membicarakan kejelekannya, kesalahannya, dia telah bertobat dan telah diampuni Tuhan. Siapa yang malu? Jadi mari kita bicarakan hal-hal yang berguna, yang membangun, bukan yang sia-sia seperti kesalahan orang lain pada kita.
4.Jangan lampiaskan kemarahan.
Kain membunuh Habel adalah pelampiasan kemarahan. Memang, orang biasanya belum puas bila kemarahan belum terlampiaskan. Pertanyaannya, apakah perlu? Sebagai murid Tuhan, kita harus mengikuti teladan-Nya. Yesus ketika dihina, diolok-olok, tidak sekalipun melampiaskan kemarahan-Nya. Dia menerima semua hinaan itu dengan diam. Dia bahkan sanggup mengampuni mereka yang telah menghina-Nya. Melampiaskan kemarahan tidak bisa mengubah keadaan, yang ada malah memperburuk. Ingat Kain, dia melampiaskan marahnya dengan membunuh Habel karena persembahannya tidak diterima Tuhan. Kenyataannya, setelah membunuh Habel persembahan Kain tetap tidak diterima Tuhan dan dia juga dikutuk Tuhan. Jadi melampiaskan kemarahan itu tidak ada gunanya sama sekali.
5.Balaslah kemarahan dengan kebaikan.
Yesus disakiti begitu luar biasa secara fisik dan emosi oleh orang Yahudi dan Romawi. Sebagai manusia pasti Dia marah. Yesus juga punya harga diri, karena Dia 100% manusia. Tetapi Yesus tidak membalas kemarahan dengan menghukum mereka, Dia membalasnya dengan mengampuni mereka. Hasilnya? Manusia yang percaya kepada-Nya bisa selamat. Itu suatu kebaikan yang besar. Kita juga sudah tahu, bahkan mungkin sudah sering mengalaminya dalam hidup kita. Kesaksian-kesaksian pahlawan iman yang banyak terdapat dalam buku-buku juga mengatakan demikian. Orang berdosa mau datang dan menerima Yesus jika mereka melihat kasih Yesus dalam hidup kita yang dinyatakan lewat perbuatan baik kita sebagai balasan kejahatan yang mereka lakukan. Bila kita berbuat baik sebagai pelampiasan kemarahan kita, maka kita telah mengikuti teladan Juruselamat kita, dan itulah yang disebut kasih.

Kita tidak bisa meniadakan marah. Itu mustahil, karena marah adalah bagian inti kita sebagai manusia. Tetapi yang ada kita perlu mengendalikan kemarahan kita sehingga tidak merugikan diri kita sendiri. Ingat selalu, bila kita marah berlebihan, maka orang lain disakiti dan kita dirugikan. Hanya dua itu hasil dari kemarahan yang tidak terkendali. Bila kita marah, mari selalu kita ingat apa yang Yesus lakukan. Ingat, Yesus adalah jalan, kebenaran dan hidup (Yohanes 14 : 6). Jadi kita tinggal melakukan apa yang Dia lakukan yaitu mengendalikan kemarahan kita dengan membuka lebar-lebar pintu pengampunan yang tulus. Yesus berkata, “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga.”(Matius 6 : 14). Satu-satunya lawan kemarahan adalah pengampunan, dan pengampunan adalah salah satu wujud kasih. (cubs)



SENIN, 7 Januari 2008

SUARA HATI

I Yohanes 3 : 19-22
Apa yang Anda rasakan ketika berbuat dosa? Merasa bersalah? Takut? Atau biasa-biasa saja? Ketika kita pertama kali berbuat dosa atau kesalahan, biasanya kita akan merasa takut dan menyesal. Itu adalah suara hati yang memperingatkan kita. Firman Tuhan berkata, ”..., jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah.” (ayat 21). Hati akan memperingatkan seseorang jika ia berbuat salah atau dosa. Tetapi jika kita tidak mau memperhatikan dan mengabaikan ”peringatan” itu, setelah berulang kali kita berbuat dosa yang sama, kita tidak akan merasa takut lagi. Lama-lama, apa yang kita lakukan tidak lagi kita anggap sebagai dosa, tetapi sudah menjadi hal yang normal, sesuatu yang biasa.
Pemazmur berkata, ”Aku memuji Tuhan, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku.” (Mazmur 16 : 7). Hati kita adalah tempat tinggal Roh Kudus yang akan mengajar kita apa yang benar dan apa yang salah, apa yang boleh dan apa yang tidak boleh. Oleh sebab itu jangan kita mengabaikan suara hati kita. Bagaimana supaya kita tahu mana yang benar? Pemazmur berkata, ”Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.” (Mazmur 119 : 11). Bila kita tidak pernah membaca firman, bagaimana kita bisa tahu kebenaran? Bacalah firman Tuhan setiap hari dan simpanlah itu di dalam hati. Ia akan menjadi penuntun kita untuk melakukan kebenaran yang dikehendaki oleh Tuhan. (Ginny)
Jagalah hatimu agar peka terhadap suara Tuhan.

SELASA, 8 Januari 2008

AKU INGIN MENJADI SEPERTI KRISTUS

Filipi 3 : 12
Di dalam diri manusia pasti ada yang namanya “ketidakpuasan”. Ketika orang bekerja dan telah mendapatkan hasil yang banyak, tetap tidak puas. Ia akan berusaha untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak lagi. Untuk mencapai target ini biasanya mereka akan bekerja siang malam dan bahkan menghalalkan berbagai cara. Sangat berbahaya sekali bila kita tidak dapat mengendalikan keinginan kita. Kita akan terjatuh ke dalam berbagai macam dosa. Untuk hal-hal yang duniawi (harta, kekayaan dan lain-lain) kita harus berkata kepada diri kita, “Cukupkanlah apa yang ada padamu.” Jika kita berkata cukup pada keinginan daging maka kita akan dapat menguasai diri kita. Tetapi untuk pertumbuhan iman kita tidak boleh berkata cukup, karena Tuhan tidak suka dengan orang Kristen yang “kerdil” atau “suam-suam kuku”. Tuhan sangat senang kepada orang Kristen yang senantiasa bertumbuh dewasa. Menjadi seperti Kristus adalah target utama bagi setiap orang Kristen. (Giant)
Menjadi seperti Kristus berarti menjadi benar dan kudus.

RABU, 9 Januari 2008

JANGAN BERBOHONG

Mazmur 5 : 7
Di sebuah sekolah, tiga orang anak terlambat masuk. Ketika mereka sampai, waktu sudah menunjukkan jam sepuluh. Mereka baru pulang dari memancing ikan, tetapi mereka berbohong dengan berkata bahwa roda mobil mereka bocor. Guru mereka yang tahu kalau dibohongi menguji kejujuran mereka. Dia menyuruh mereka duduk terpisah dan berkata, “Saya hanya akan mengajukan satu pertanyaan saja dan saya memberi kalian waktu tiga puluh detik untuk menuliskan jawabannya di atas secarik kertas.” Tentu saja ketiga anak itu bingung. Jika jawaban mereka tidak sama, guru akan tahu bahwa mereka telah berbohong. Berbohong adalah dosa. Bagi Tuhan tidak ada dosa kecil, dosa besar. Dikatakan oleh pemazmur bahwa Tuhan membinasakan mereka yang berbohong. Mengapa? Sebab akibat dari perkataan bohong itu orang lain dirugikan. Bagaimana dengan berbohong untuk kebaikan? Di dalam iman Kristen tidak ada istilah itu. Berbohong ya berbohong! Dosa ya tetap dosa! Seharusnya bukan berbohong demi kebaikan, tetapi meminta hikmat Tuhan. Marilah kita belajar untuk taat kepada kehendak Tuhan, Dia menghendaki kita untuk tidak berbohong baik dalam pergaulan, keluarga, pekerjaan atau di manapun kita berada. (Aping)
Cepat atau lambat bohong akan ketahuan karena bagi Tuhan tidak ada yang tersembunyi.

KAMIS, 10 Januari 2008

PEGANGAN ERAT-ERAT

Matius 7:24-27
Dalam bacaan hari ini Yesus bicara tentang dua dasar, dua fondasi orang percaya. Yang satu batu, yang lain pasir. Bila dibangun rumah di atasnya, yang satu tidak bisa digoyahkan, yang lain gampang goyah. Dengan gambaran itu, Yesus ingin mengajarkan kepada kita untuk berpegang teguh kepada Alkitab, kepada Yesus. Mengapa? Karena pada zaman sekarang ini banyak sekali pengajaran yang seolah-olah mengajarkan tentang Yesus tetapi kalau diteliti ternyata hanya kulitnya saja yang Yesus, tetapi dalamnya bukan. Banyak pengajaran yang mengatakan, ‘ah, semua sama’ atau ‘ini juga Tuhan’. Itu tidak benar! Yesus telah mengingatkan bahwa kebenaran absolut hanya terdapat di dalam DIa, di dalam firman-Nya. Bagaimana dengan kekristenan kita saat ini? Apakah berdiri di atas batu yang teguh atau pasir yang rapuh? Jangan mau melepaskan pegangan kita, jangan mau diombang-ambingkan oleh pengajaran sesat. Hanya ada satu dasar, batu yang teguh, yaitu Yesus. Untuk bisa membangun rumah di atas batu, untuk bisa berpegangan erat-erat kita perlu kembali ke Alkitab. Apapun yang dikatakan orang, mari kita cek kembali ke Alkitab, karena hanya disitulah kebenaran sejati. (cubs)
Kebenaran itu hanya satu, Alkitab. Tidak ada yang lain.


JUMAT, 11 Januari 2008

RAHASIA HIDUP DI TANGAN TUHAN

Ayub 23 : 10

Banyak hal yang tidak dapat kita mengerti dalam hidup ini. Terkadang kita tertawa, terkadang kita menangis. Seringkali kita sudah melakukan yang terbaik, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan apa yang kita kehendaki. Gagal, kecewa, tertawa, sedih, sukacita, penolakan, dan lain-lain silih berganti dalam hidup ini. Akhirnya kita berkata, “Mengapa, Tuhan?” Renungan kali ini menjawab pertanyaan itu, bahwa hanya Tuhan yang tahu jalan hidup kita. Kita tidak akan dapat menyelami jalan-jalan-Nya (Roma 11 : 33)! Kita sering bertanya dalam hidup ini, mengapa ini harus terjadi, mengapa dan mengapa? Kita tidak tahu jalan hidup kita, kita hanya merencanakan, tapi Tuhan yang menentukan. Yang dapat kita lakukan adalah hidup dalam kehendak-Nya, bersandarkan pada iman, pengharapan dan kasih kepada Tuhan dalam keadaan apapun. Tuhan sedang merancangkan yang terindah dan terbaik bagi jalan hidup kita melalui setiap peristiwa yang kita alami yang akhirnya akan membawa kita keluar bagai emas murni. (Neke)
Jalani hidup bersama Tuhan karena hanya Ia yang tahu jalan hidup kita.

SABTU, 12 Januari 2008

DOMBA DAN GEMBALA YANG BAIK

Yohanes 10 : 1-17

Salah satu kelemahan saya adalah susah mengingat nama seseorang. Kadang-kadang mereka bertanya dengan kecewa, “Masa kamu sudah tidak ingat padaku lagi?” Syukur kepada Tuhan, Dia ingat nama kita. Lebih dari itu Ia sungguh mengenal kita. Seperti seorang gembala tahu tiap-tiap dombanya, Tuhan segala alam semesta, Gembala yang baik, menggambarkan hubungan-Nya dengan kita sebagai berikut, “... Ia memanggil domba-dombanya, masing-masing menurut namanya... Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku.” (ayat 3, 27). Perhatikanlah, ini adalah hubungan dua arah. Dengan mengikuti gembala sehari-hari, domba mulai mengenal dan mengasihi suaranya. Hidup dalam dunia, dengan begitu banyak suara-suara yang bersaingan, seperti domba, kita perlu mengenal gembala dan mendengar suara-Nya. Tetapi bagaimana cara kita untuk mendengar suara-Nya? Kita mendengar suara-Nya melalui firman Tuhan setiap hari. (DBR)
Gembala dan domba saling mengenal dan saling percaya.

MINGGU, 13 Januari 2008

TUHAN PENCIPTA

Yesaya 45 : 9-13

Sadarkah Anda bahwa Tuhan adalah Pencipta segala sesuatu termasuk manusia? Kalau kita sadar bahwa kita bukanlah apa-apa, bahwa Tuhan menjadikan kita dari debu tanah, seharusnyalah kita menaruh rasa takut dan hormat kepada Dia yang menciptakan kita. Tapi berapa banyak manusia yang seringkali lupa akan hal itu dan menjadi sombong karena merasa dirinya tinggi, hebat dan berharga? Lupa bahwa dia hanyalah ciptaan yang bila mati akan kembali menjadi debu. Kalau kita selalu mengingat hal itu, kita akan terus bersyukur kepada Tuhan yang telah menjadikan kita, kita akan merendahkan diri kita di hadapan-Nya karena sadar bahwa diri kita tidak ada harganya. Yang menjadikan kita berharga adalah karena kita milik Kristus, karena Dia telah menebus kita dan membayar kita dengan darah-Nya yang mahal.
Kesadaran bahwa kita adalah ciptaan Tuhan juga seharusnya membuat kita tunduk pada kehendak-Nya. Banyak orang sering protes kepada Tuhan bila yang dia inginkan tidak terjadi sesuai dengan harapannya. Rasul Paulus mengingatkan, ”Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya, ’Mengapakah engkau membentuk aku demikian?’ Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?” (Roma 9 : 20-21). Tuhan berhak untuk melakukan apapun atas kita, dan seharusnya kita tidak boleh memprotes-Nya. Tetapi sering kita tidak puas dengan keadaan diri kita, dan kita berkata, ”Tuhan, mengapa Engkau membuat saya begini? Saya inginnya seperti dia.” ”Tuhan, kok dia cantik, saya jelek?” ”Tuhan, kok dia pintar dan berbakat, saya biasa-biasa saja?” Ketidakpuasan seperti itu adalah ”protes” kepada Tuhan yang membentuk kita. Tuhan membentuk kita seperti yang Dia inginkan. Bagaimanapun jadinya, kita berharga karena Dia menjadikan kita menurut gambar Allah. Jadi, jangan pernah merasa diri rendah dan tidak berharga. (Ginny)
Hormatilah Tuhan, Allah Pencipta segalanya!