25 Sept 2007

Bulan Oktober







BELAJAR MENDENGAR






Begitu banyak hubungan yang rusak, persaudaraan yang putus, perceraian antara suami-istri, bahkan juga pembunuhan terjadi karena kita tidak mendengar! Mungkin Anda akan protes, “Saya selalu mendengar koq?” Satu pertanyaan sederhana yang perlu dijawab, “Apakah Anda pernah salah paham selama hidup dengan siapapun?” Kalau jawabannya ‘ya’, itu artinya Anda tidak selalu mendengarkan orang lain. Bagaimana caranya untuk dapat benar-benar mendengarkan orang lain? Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1. MENYIMAK BUKAN HANYA MENDENGAR.
Bahasa Indonesia mempunyai dua kata untuk ‘mendengar’, satu adalah ‘mendengar’ (dalam bahasa Inggris: ‘to hear’) dan satu lagi yang jarang dipakai adalah ‘menyimak’ (dalam bahasa Inggris: ‘to listen’). Contoh penggunaan:
a. ‘Saya mendengar guntur menggelegar’. Kita tidak pernah dan bukan tempatnya berkata ‘saya menyimak guntur menggelegar’.
b. ‘Murid menyimak apa yang diterangkan guru’ bukan ‘murid mendengar…’
Dari sini dapat disimpulkan bahwa menyimak (to listen) mempunyai arti yang lebih dalam dari pada mendengar (to hear). Menyimak berarti kita mendengarkan dengan sungguh-sungguh, mencoba mengerti, mencari tahu segala sudut pandang dari apa yang disampaikan dan pada akhirnya berusaha mengingat karena itu penting. Sementara mendengar berarti hanya mendengar secara sepintas saja, sambil lalu dan tidak berdampak apa-apa. Dalam berkomunikasi, yang menjadi masalah buat sebagian besar orang adalah mereka tidak menyimak, tetapi hanya mendengar saja perkataan lawan bicaranya. Mengapa demikian? Karena kita sesungguhnya tidak tertarik pada pembicaraan itu, fokus kita sedang di tempat lain, lawan bicara kita tidak menyenangkan, topik yang dibahas membosankan, tidak ada kaitannya dengan saya, dan sebagainya. Intinya adalah kita hanya tertarik untuk ‘menyimak’ bila hal yang sedang dibicarakan ada hubungannya dengan kita. Kalau hal yang menjadi topik adalah ‘puji-pujian’ buat kita, wah, kita akan menyimak dengan sepenuh hati dan jiwa, benar? Perlu kejujuran pada diri sendiri untuk mengakuinya. Padahal Alkitab berkata dalam Filipi 2 : 3-4, Tuhan maunya kita menyimak kalau hal yang dibicarakan itu menyangkut orang lain, bukan kita! Itu sangat sukar sekali. Contoh: kalau kita mengunjungi teman yang sakit, siapa yang lebih banyak bicara? Yang sakit atau kita? Tentu di sini yang saya maksud adalah orang yang sakit masih bisa bicara, tolong jangan salah mengerti. Pasti jawabannya adalah kita bukan? Padahal, sesungguhnya kita datang ke sana adalah untuk kepentingan yang sakit, tetapi kenyataannya sering kita bahkan tidak memberi kesempatan si sakit untuk bicara! Apalagi menyampaikan apa yang dirasakannya, apakah ada sesuatu yang dibutuhkan, dan lain-lain. Betapa sering kita mengabaikan kebutuhan orang lain karena kita tidak mau menyimak apa yang coba disampaikan. Berapa kali kita mendengar omongan orang lain seperti kita mendengar ombak berdebur di pantai, atau guntur menggelegar di langit?

2.BELAJAR MENDENGARMEMAHAMI YANG TERSIRAT JUGA, BUKAN HANYA YANG TERSURAT.
Yang perlu kita perhatikan dalam hal menyimak percakapan dengan orang lain adalah kita juga harus memperhatikan bahasa tubuh dan apa yang juga tersirat dari percakapan itu. Sering kita hanya mendengar yang ‘tersurat’ saja tanpa peduli apa yang ‘tersirat’. Padahal kalau kita menyimak, kita pasti akan dapat menangkap apa yang tersirat, apa yang tidak diucapkan oleh orang lain, kita akan menangkap ‘maksud tersembunyi’ dari apa yang diomongkan lawan bicara kita. Dalam budaya ketimuran kita, sungkan atau malu sangat-sangat mewarnai alur komunikasi. Karenanya sangat terlebih penting buat kita untuk menyimak apa maksud sebenarnya dari yang diomongkan orang lain. Inilah yang dimaksud dengan memahami yang tersirat, karena kita orang timur sangat suka sekali menggunakan perumpamaan untuk menyampaikan sesuatu. Yesus juga mengajar orang-orang dengan perumpamaan. Untuk kita mengerti pengajaran Yesus kita harus mengerti apa arti perumpamaan itu. Begitu juga dalam kita berkomunikasi dengan orang-orang kita harus menyimak untuk dapat menangkap, untuk dapat mengerti apa arti tersirat.
3. FOKUS PADA PERCAKAPAN, BUKAN YANG LAIN.
Akhirnya, untuk dapat benar-benar menyimak, untuk dapat menangkap arti tersirat, kita harus benar-benar fokus pada percakapan yang terjadi. Berapa sering ketika seorang sedang bicara pikiran kita melayang ke tempat lain? Berapa sering kita menggunakan pengalaman kita, persepsi kita terhadap topik pembicaraan sehingga kita sudah mengambil kesimpulan bahkan ketika lawan bicara kita belum selesai? Boro-boro untuk memahami yang tersirat, untuk mengerti yang tersurat saja kita tidak bisa. Hal ini terjadi dalam berbagai pembicaraan. Ini membawa dampak yang luar biasa, di antaranya kita tidak bisa mengerti orang lain karena kita tidak mau belajar mengerti tentang orang itu, apalagi kalau kita sudah mempunyai ‘cap’ tertentu tentang orang itu. Kita juga tidak bisa mengerti apa yang dikatakan Alkitab, karena ketika kita membaca Alkitab, pikiran kita tidak fokus, tapi membayangkan yang lain, memikirkan yang lain. Ada hamba Tuhan yang mengatakan bila kita membaca Alkitab, anggap seolah-olah baru pertama kali kita membaca dan berusaha mengerti dengan pikiran yang jernih dan kosong, walaupun kita telah berkali-kali mendengar khotbah tentang ayat tersebut, atau bahkan kita juga telah mengkhotbahkan atau menyaksikan tentang keajaiban Tuhan tentang ayat itu. Dengan begitu, kita tidak menghalangi Tuhan memberitahu hal baru buat kita, karena walaupun ayatnya tidak berubah, tetapi setiap kali Tuhan dapat memberitahu hal yang baru yang belum pernah kita dengar.
Komunikasi adalah seperti jembatan, sangat-sangat penting. Tanpa komunikasi tidak ada hubungan yang terbangun. Yesus terus-menerus membangun hubungan dengan Bapa dan murid-murid-Nya lewat komunikasi. Dia, dikatakan dalam Alkitab, terus menyediakan waktu untuk berdoa (berkomunikasi dengan Bapa) dan terus mengajar dengan kata-kata atau teladan buat murid-murid-Nya.
Mungkin selama ini kita tidak mengerti apa itu komunikasi, dan bagaimana berkomunikasi yang efektif. Mari kita belajar berkomunikasi seperti yang Yesus berikan landasannya, “dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama (penting) dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.”(Filipi 2: 3-4). Amin. (cubs)

Senin, 1 Oktober 2007
TIDAK AKAN
Yohanes 6 : 35-37
Dalam bacaan hari ini tiga kali Yesus mengatakan ‘tidak akan’. Yang pertama Dia berkata, “tidak akan lapar” (ayat 35b), yang kedua, “tidak akan haus” (ayat 35c), dan yang ketiga, “tidak akan Kubuang”(ayat 37b). Secara sepintas kita mungkin lebih tertarik pada kata lapar, haus dan buang, tetapi sesungguhnya kata ‘tidak akan’ itu adalah suatu kata yang sangat kuat artinya, sama seperti meterai, seperti palu hakim. Itu adalah janji Tuhan. Artinya, kalau kita melakukan syarat yang diberikan Tuhan, maka kita pasti menerima janji itu. Tidak akan = pasti iya, terjamin! Tidak ada syarat tambahan, tidak perlu dilihat latar belakang, tidak perlu penilaian orang. Sederhana, begitu saja, tidak perlu ada embel-embel apapun. Lebih jauh lagi, kalau kita melihat syarat yang ditetapkan Tuhan, ternyata juga sangat sederhana, Tuhan hanya minta kita untuk datang dan percaya kepada-Nya. Hanya itu! Kalau kita melakukan syarat itu maka Tuhan berjanji bahwa kita tidak akan ‘lapar, haus dan terbuang’. Suatu janji yang sungguh luar biasa! Maukah kita menerimanya? (cubs)
Percayalah, Tuhan tidak akan ingkar!

Selasa, 2 Oktober 2007
LARI ESTAFET
II Korintus 5 : 16-19
Salah satu cabang olahraga atletik adalah lari estafet, di mana dalam satu tim itu terdiri dari beberapa orang. Setiap orang berdiri pada tempat dan jarak yang telah ditentukan. Pelari pertama berlari sambil membawa tongkat untuk diserahkan kepada temannya yang telah menunggu di posnya. Setelah sampai tongkat itu diserahkan kepada pelari berikutnya dan teman setimnya itu menerima tongkat, kemudian ia berlari untuk menyerahkan tongkat itu kepada temannya yang lain, hingga ke pelari yang terakhir. Pelari terakhir itu berlari membawa tongkat menuju garis finish. Bagi tim yang pertama kali menyentuh garis finish, merekalah yang menjadi juara dan berhak mendapatkan piala. Demikian pula dengan kekristenan kita, Kristus dan kita adalah satu tim yang bersama-sama membawa tongkat keselamatan. Dan musuh kita adalah Iblis bersama pasukannya yang membawa tongkat kebinasaan. Kristus adalah pelari pertama dan kita pelari yang berikutnya. Ia telah berlari dan menyerahkan tongkat keselamatan itu kepada kita, kita yang telah menerima tongkat keselamatan itu harus berlari dan menyerahkan tongkat keselamatan itu kepada orang lain. Bila setelah kita menerima tongkat keselamatan itu tapi kita tidak mau berlari dan menyerahkan kepada orang lain, maka tongkat keselamatan itu hanya akan ada di tangan kita dan kita akan kalah. Bukan hanya kalah saja, tapi banyak orang tidak akan selamat; dan yang parah lagi sia-sialah kematian Kristus, karena kita tidak mau menyerahkan tongkat keselamatan itu kepada orang lain. Agar kematian dan kebangkitan Kristus tidak sia-sia maka kita harus berlari dan menyerahkan tongkat keselamatan itu kepada orang lain. Ceritakan kebaikan Kristus dalam hidupmu kepada orang di sekelilingmu yang belum bertobat. Biarlah Injil itu terdengar sampai ke ujung bumi. (Giant)
Kematian dan kebangkitan Kristus tidak akan sia-sia bila kita mau memberitakan Injil ke setiap orang.

Rabu, 3 Oktober 2007
KARENA KASIH
I Yohanes 4 : 11
Seorang ibu meminta anaknya yang masih kecil untuk membersihkan sepatunya. Si anak bekerja dengan tekun sampai sepatu itu licin dan mengkilap. Untuk menyatakan terima kasihnya, si ibu memberi uang dua ribu rupiah. Ketika ia akan pergi dengan memakai sepatu itu, ia merasa ada sesuatu yang mengganjal pada ujung jarinya. Ternyata di ujung sepatu itu terdapat uang yang terbungkus dengan memo yang bertuliskan, “Ini uang dua ribu mama, saya melakukannya karena kasih.”
Setelah membaca kisah tersebut, saya merasa berdosa kepada ibu saya karena banyak hal yang sudah saya lakukan untuk beliau tidak selalu karena kasih, tetapi karena kewajiban semata. Rasul Yohanes terkenal dengan tulisannya yang selalu menekankan kasih sebagai dasar iman orang percaya. Ketika ada kasih di antara satu dengan yang lain, maka Allah yang adalah kasih itu ada di dalam kehidupan mereka. Tidak mungkin seseorang bisa mengasihi Allah kalau di dalam dirinya sendiri ada kebencian dan pementingan diri sendiri. Dengan tegas Yohanes mengatakan bahwa barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih (I Yohanes 4 : 8). Kasih Allah merupakan sumber kekuatan bagi orang percaya untuk melakukan perintah Tuhan dengan benar. Ketika kasih menjadi demikian tulus, tanpa katapun orang lain dapat merasakan kehadiran Allah. Tak seorangpun dapat saling mengasihi dengan sendirinya. Oleh sebab itu, Yohanes menambahkan bahwa Allah telah mengaruniakan orang percaya mendapat bagian dalam Roh-Nya. Di samping itu ia mengingatkan bahwa kasih Allah telah dinyatakan kepada manusia melalui tindakan mengutus Anak-Nya, Yesus Kristus, menjadi Penebus dosa. Kita dapat mengasihi dengan tulus dan ikhlas karena Tuhan sudah lebih dahulu mengasihi kita. Tidak hanya itu, Ia yang adalah kasih itu memberikan Roh Kudus-Nya kepada kita agar terus mengingatkan dan membakar hati kita agar mampu untuk mengasihi dan melayani bukan karena kewajiban semata tetapi karena didorong oleh kasih. Dari pada menggerutu, mencari-cari alasan setiap diminta tolong, lebih baik berdoa minta tolong kepada Roh Kudus agar bisa membantu dengan kasih yang dari Tuhan Yesus. (Aping)
Pertolongan yang dilakukan karena kasih terasa ringan dan pasti berbuah.

Kamis, 4 Oktober 2007
JURU DAMAI RUMAH TANGGA
Amsal 15 : 1
Seringkali akulah yang memegang peranan sebagai juru damai rumah tangga. Inilah tugas dengan sisi ganda. Aku bukan saja harus menentramkan anak-anak dan suami pada hari-hari mereka yang buruk, namun aku juga harus menahan diri untuk tidak menambah kusut keadaan dengan cara tidak memperlihatkan kemarahanku sendiri. Ketika kami mengalami hari yang ‘dia mulai duluan’, Tuhan tolong aku menahan lidahku sampai aku dapat memberi jawaban yang menyembuhkan dan bukan yang berisi kemarahan. Ketika suamiku pulang kerja sambil mengomel karena sesuatu yang tak beres di kantor, beri aku kata-kata yang lembut, bukan kata-kata yang akan menyakiti atau membuatnya semakin gusar. Ketika aku sendiri marah, biarlah aku menjadi contoh dari bagaimana mengatasi kemarahan secara efektif. Bila kita mau, Tuhan akan menjadikan kita sebagai juru damai dalam rumah tangga kita, Jerusalem kita menurut Kisah Para Rasul 1. (DBR)
Juru damai adalah orang yang sudah dapat menguasai diri.

Jumat, 5 Oktober 2007
HATI-HATI DENGAN PERKATAAN
Yakobus 3 : 1-12
Pernahkah Anda menonton atau membaca cerita dongeng tentang Putri Tidur (Sleeping Beauty)? Putri Aurora dikutuk oleh peri yang jahat agar mati. Walaupun peri yang baik mau menolongnya, kutukan itu tidak bisa dibatalkan; ia hanya bisa ”meralat” sehingga putri Aurora tidak mati, tetapi tertidur sampai datang pangeran yang akan membangunkannya.
Firman Tuhan hari ini mengajar kita tentang ”dosa karena lidah”. Kita suka sekali bicara tanpa pikir, bukan? Apalagi kalau sedang emosi atau marah, perkataan kita bisa keluar tanpa terkontrol dan sering membuat kita menyesalinya kemudian. Sebagai anak Tuhan kita harus berhati-hati dengan perkataan kita. Yakobus berkata, ”Dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.” (ayat 10). Banyak orang kalau sedang marah, perkataan yang keluar dari mulutnya sangat pedas dan tidak sedap didengar, segala macam kutuk dan sumpah serapah yang seharusnya tidak pantas keluar dari mulut seorang yang mengaku dirinya sebagai ”anak Tuhan”. Kita sering tidak berpikir panjang tentang akibatnya yang dapat melukai hati orang dan membuatnya ”mati”. Walaupun kemudian kita ”meralat” kembali kutuk dan sumpah yang telah dikeluarkan, efek/dampak kerusakan (luka hati) yang ditimbulkan tidaklah bisa dihilangkan sepenuhnya. Oleh sebab itu, mari kita belajar ”menahan” mulut kita agar tidak sembarangan mengeluarkan perkataan. Rasul Paulus menasihatkan, ”Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.” (Efesus 4 : 29). (Ginny)
Bagaimana perkataanmu? Membangun ataukah merusak?

Sabtu, 6 Oktober 2007
BERSUNGUT-SUNGUT
Bilangan 11 : 1
Dalam Alkitab, kita bisa membaca bahwa orang Israel suka bersungut-sungut. Bacaan hari ini memberi tahu secara sangat jelas dan gamblang apa akibat bersungut-sungut, murka Tuhan turun. Herannya, bangsa Israel tidak kapok-kapok! Mereka terus saja bersungut-sungut. Bahkan sampai Perjanjian Baru, ketika Yesus ada di dunia, orang Yahudi tetap bersungut-sungut. Apa saja bisa menjadi alasan bersungut-sungut. Salah satunya dalam Yohanes 6 : 41. Padahal sangat jelas sekali dibahas dalam kitab Bilangan apa akibat bersungut-sungut, mati! Bahkan sampai keturunan yang keberapa ratus, sampai orang Yahudi yang hidup di zaman Yesus masih senang bersungut-sungut! Bahkan sampai sekarang, abad 21, banyak dari kita, orang Kristen, masih juga suka bersungut-sungut! Tetap tidak berubah! Tetap apa saja bisa menjadi alasan kita bersungut-sungut! Ingat akibat orang yang suka bersungut-sungut! Menyeramkan sekali! Hati-hati! Lebih baik kita mengucap syukur bahkan kalau masalah berat menimpa kita, karena mengucap syukur mendatangkan berkat, tetapi bersungut-sungut mendatangkan kutuk. Mana kau pilih? (cubs)
Bersungut-sungut hanya mendatangkan kesusahan, buat apa?

Minggu, 7 Oktober 2007
KUAT DAN TEGUH
Efesus 3 : 16-17
Inilah yang seharusnya kita minta kepada Tuhan dalam doa kita. Seringkali kita berdoa meminta agar Tuhan memberkati hidup kita dengan berkat-berkat yang melimpah. Tetapi kita lupa meminta kepada Tuhan agar Ia menguatkan dan meneguhkan iman kita. Hanya dengan iman yang kuat kita akan menerima berkat yang luar biasa dari Tuhan. Ayat 17 berkata, ”Sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu...”. Inilah berkat yang luar biasa itu, yaitu Kristus ada di hati kita. Bila Kristus ada di hati kita maka apa saja yang kita minta dalam nama-Nya pasti akan diberikan kepada kita. Bila kita ingin diberkati oleh Tuhan dengan melimpah maka iman kita harus kuat dan teguh. Kita harus berakar di dalam firman dan kasih-Nya. Memang tidak mudah melakukannya, tetapi bila kita bandingkan dengan berkat yang akan kita terima maka itu adalah hal yang mudah. Sekarang yang harus kita lakukan adalah mintalah dalam doamu agar Tuhan senatiasa menguatkan dan meneguhkan iman kita. Dan jangan lupa kita hendaknya senantiasa berakar di dalam Kristus. (Giant)
Allah senantiasa ingin agar kita kuat dan teguh dalam apapun yang kita alami


JANGAN MENYERAH



aku memutuskan untuk berhenti. Berhenti dari pekerjaanku, berhenti dari hubunganku dengan sesama, dan berhenti dari spiritualitasku. Aku pergi ke hutan untuk bicara dengan Tuhan untuk yang terakhir kalinya.
”Tuhan, berikan aku satu alasan untuk tidak berhenti,” kataku. Dia memberi jawaban yang mengejutkanku. ”Lihat sekelilingmu, apakah engkau memperhatikan tanaman pakis dan bambu yang ada di hutan ini?” Tanya-Nya. ”Ya,” jawabku. Lalu Tuhan berkata, ”Ketika pertama kali Aku menanam mereka, Aku merawat benih-benih mereka dengan seksama, Aku beri mereka cahaya, Aku beri mereka air. Pakis-pakis itu tumbuh dengan sangat cepat, warna hijaunya yang menawan menutupi tanah, namun tidak ada yang terjadi dari benih bambu. Tapi Aku tidak berhenti merawatnya. Dalam tahun kedua, pakis-pakis itu tumbuh lebih cepat dan lebih banyak lagi, namun tetap tidak ada yang terjadi dari benih bambu. Tapi Aku tidak menyerah terhadapnya. Dalam tahun ketiga tetap tidak ada yang tumbuh dari benih bambu itu, tapi Aku tetap tidak menyerah. Baru pada tahun kelima sebuah tunas yang kecil muncul dari dalam tanah. Bandingkan dengan pakis, tunas itu begitu kecil dan sepertinya tidak berarti. Namun enam bulan kemudian, bambu ini tumbuh dan mencapai lebih dari seratus kaki. Bambu membutuhkan waktu lima tahun untuk menumbuhkan akar-akarnya. Akar-akar itu membuat dia kuat dan memberikan apa yang dia butuhkan untuk bertahan. Aku tidak akan memberikan ciptaan-Ku tantangan yang tidak bisa mereka tangani. Tahukah kau anak-Ku, dengan semua pergumulanmu sebenarnya engkau sedang menumbuhkan akar-akarmu? Aku tidak menyerah terhadap bambu itu, Aku juga tidak akan pernah menyerah terhadapmu. Jangan bandingkan dirimu dengan orang lain. Bambu memiliki tujuan yang berbeda dibandingkan dengan pakis, tapi keduanya tetap membuat hutan ini menjadi lebih indah. Saatmu akan tiba, engkau akan tumbuh sangat tinggi.” ”Seberapa tinggi aku harus bertumbuh?” Tanyaku. ”Sampai seberapa tinggi bambu itu dapat tumbuh?” Tuhan balik bertanya. ”Setinggi yang mereka mampu?” Aku bertanya. ”Ya,” jawab-Nya. ”Muliakan Aku dengan pertumbuhanmu setinggi yang engkau dapat capai.”
Aku lalu pergi meninggalkan hutan itu, menyadari bahwa Allah tidak akan pernah menyerah terhadapku dan Dia juga tidak akan pernah menyerah terhadap Anda. Jangan pernah menyesali hidup yang saat ini Anda jalani sekalipun itu hanya untuk satu hari. Hari-hari yang baik memberikan kebahagiaan; hari-hari yang kurang baik memberikan pengalaman; dan kedua-duanya memberi arti bagi kehidupan ini. (ES)

Senin, 8 Oktober 2007
BAPA YANG BAIK
Ibrani 12 : 6
Ayah saya mengatur jadwal kegiatan anak-anaknya dengan ketat. Bila saya melanggar pasti mendapat hukuman pukulan sapu lidi. Suatu sore, saya diajak seorang teman pergi ke pesta ulang tahun tanpa memberitahu ayah. Sekitar pukul 20.00 saya baru pulang ke rumah. Di depan pintu ayah sudah menunggu saya dengan wajah merah padam. Ayah bertanya, “Dari mana kamu? Kenapa tidak memberitahu ayah?” Lalu kaki saya dipukul. Saya tertatih-tatih berjalan ke kamar tidur sambil tersedu-sedu. Kaki saya sakit, dan hati saya juga sakit. Saya berteriak dalam hati, “Ayah jahat! Ayah jahat!” Tak lama kemudian ayah masuk. Ia mengira saya sudah tidur, padahal saya pura-pura tidur. Ia mendekati dan membelai-belai kepala saya. Lalu ia mengambil selimut dan menyelimuti saya dengan kasih. Saat itu juga sakit hati saya hilang. Yang ada adalah rasa tenang, damai dan dicintai. “Ayah baik! Ayah baik!” Ia melakukan pukulan itu untuk kebaikan saya. Itu adalah bapa di dunia. Apalagi Bapa kita di sorga, Dia sangat mengasihi kita. Jika kita melakukan suatu kesalahan atau dosa, pastilah kita akan dihukum. Allah menghukum kita karena Ia mencintai kita. Allah kita bukanlah Allah yang kejam, seperti orang yang sadis yang senang melihat penderitaan orang lain lalu tertawa, senang setelah orang itu mengerang kesakitan. Allah kita bukanlah Allah yang demikian. Segala yang Allah lakukan adalah untuk kebaikan kita. Ia tidak membenci kita tetapi Ia ingin agar kita hidup dalam kebenaran dan takut akan Tuhan. Kalau kita adalah Anak-Nya, ijinkan Ia mendidik kita karena Ia sangat mengasihi kita. (Aping)
Kebaikan tidak saja diukur dari pemberian tapi juga dari pendisplinan.
Selasa, 9 Oktober 2007
PENGAMPUNAN
Efesus 4 : 32
Seorang ibu selalu mengampuni, bahkan ketika kesalahan tersebut tampaknya tidak termaafkan oleh orang lain. Meskipun marah dan malu, aku yakin bahkan ibu-ibu dari para penjahat besar dapat mengampuni anak-anak mereka. Kami tidak punya pilihan, kami adalah ibu. Anak-anakku juga layak menerima pengampunanku. Mereka masih muda dan dosa-dosa mereka masih kecil dibandingkan dengan dosa lain. Bila salah seorang anggota keluargaku berbuat salah, mengakuinya dan bertobat dari kesalahannya, aku akan berusaha mengikuti teladan Yesus, dan minta pertolongan Roh Kudus untuk mengampuni dan melupakan dosa itu. Hanya dengan pertolongan Tuhan sajalah kita dapat mengampuni orang lain, dan salah satu perintah Tuhan adalah, “Kasihilah musuhmu.” (DBR)
Mengampuni adalah lebih mudah dari minta ampun, tetapi dua-duanya menyenangkan Tuhan.
Rabu, 10 Oktober 2007
IMAN BUKAN CUMA TEORI
Yakobus 2 : 14-26
Anda pernah belajar kimia atau fisika di sekolah? Teorinya kita dapatkan di dalam kelas, tetapi kemudian kita harus mempraktekkannya di laboratorium, bukan? Tanpa praktek kita sukar untuk mengerti karena tidak melihat buktinya. Tetapi dengan melakukan praktek kita jadi mengerti karena melihat dan mengalami sendiri apa yang telah kita pelajari secara teori sehingga kita tidak akan mudah lupa.
Demikian jugalah halnya dengan iman. Iman harus kita praktekkan, bukan hanya sekedar teori. Misalnya, firman Tuhan mengajarkan kita untuk mengasihi dan mengampuni, praktekkanlah itu; firman Tuhan mengajar kita untuk jangan kuatir, belajarlah untuk berserah kepada Tuhan dan tidak kuatir; firman Tuhan mengajar kita untuk murah hati dan memberi, lakukanlah. Itulah caranya kita mempraktekkan iman kita, dengan melakukan apa yang firman Tuhan ajarkan, sehingga iman kita tidak cuma sebatas teori saja di dalam Alkitab. Dengan mempraktekkan iman kita, kita jadi mengerti karena mengalami sendiri apa yang firman Tuhan ajarkan.
Seorang murid di sekolah akan menghadapi ujian untuk bisa naik kelas. Begitu juga kita akan menghadapi ”ujian iman” untuk bisa ”naik kelas”. Tanpa ujian kita tidak akan meningkat/bertumbuh dalam iman kita. Yakobus berkata, ”Sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.” (Yakobus 1 : 3-4). Sama seperti seorang murid sekolah menghadapi ujian sesuai dengan kelasnya, kita juga akan diuji sesuai dengan ”kelas iman” kita. Jangan takut menghadapi ujian/pencobaan karena Tuhan tidak pernah menguji melebihi batas kekuatan iman kita (I Korintus 10 : 13). Kita tidak mau tinggal di kelas yang sama terus, bukan? (Ginny)
Ujian iman” perlu untuk bisa ”naik kelas”.
Kamis, 11 Oktober 2007
SEMBUNYI…
Kejadian 3 : 8-10
Orang yang bersembunyi adalah orang yang takut akan keselamatannya. Orang bersembunyi karena takut disakiti, takut dibunuh dan sebagainya. Orang bersembunyi karena dia melakukan kesalahan dan takut menerima akibatnya, tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Begitu juga Adam dan Hawa bersembunyi ketika mendengar suara kaki Tuhan di taman Eden. Kenapa? Karena mereka tahu mereka telah berbuat salah, mereka telah melanggar larangan Tuhan. Inti dari renungan hari ini adalah, pertama, setiap orang tahu kalau dia telah berbuat salah. Kedua, adalah sifat natural manusia untuk takut. Ketiga, manusia memang pada dasarnya tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Dan terakhir, ketiga hal di atas itu muncul setelah Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Jadi apa kesimpulannya? Kalau kita kembali kepada Allah, kita sudah dipulihkan, kembali ke keadaan sebelum jatuh dalam dosa, maka ketiga hal di atas tidak akan terjadi pada kita. Kita bebas dari rasa bersalah, tidak takut lagi bersekutu dengan Allah, dan kita selalu bertanggung jawab atas perbuatan kita. Sebelum kita dipulihkan kita tidak bisa menikmati hubungan erat dan akrab dengan Allah. Maukah kita dipulihkan hari ini? (cubs)
Ciri orang benar adalah tidak perlu sembunyi.

Jumat, 12 Oktober 2007
MENDERITA BAGI KRISTUS
Filipi 1 : 29
Menjadi orang Kristen bukan berarti kita bebas dari penderitaan. Tuhan Yesus tidak pernah berkata ”bila kamu ikut Aku maka kamu akan bebas dari penderitaan”. Tetapi Ia berkata ”barangsiapa yang mau ikut Dia harus pikul salib dan sangkal diri”. Rasul Paulus juga mengingatkan bahwa kita dikaruniakan bukan saja untuk percaya tetapi juga untuk menderita bagi Kristus. Jadi menderita di dalam Kristus bukan suatu musibah tetapi suatu berkat yang harus kita syukuri. Tuhan Yesus telah memberikan teladan yang mulia, Ia rela menderita untuk menyelesaikan tugas dari Bapa Sorga. Kita juga menerima tugas dari Yesus yaitu memberitakan Injil ke semua mahluk. Di tengah-tengah usaha pemberitaan Injil pastilah kita akan mengalami kendala atau hambatan. Kita akan mengalami penderitaan secara batin maupun badani, tetapi biarlah derita itu menjadi pemacu kita untuk semakin giat memberitakan Injil. Jadi jangan gentar, tetap maju di dalam penderitaan. (Giant)
Kalau Kristus menderita, sepatutnya kita juga bagi Dia.

Sabtu, 13 Oktober 2007
SIAP SETIAP SAAT

I Petrus 4 : 7-11
Akhir-akhir ini banyak orang yang mengaku sebagai nabi yang diutus Tuhan untuk memberitahukan dengan pasti hari kedatangan-Nya. Walaupun sudah berkali-kali ramalan itu tidak tepat, tetapi masih saja banyak orang yang percaya. Ada juga orang yang merasa bisa meramal kematian seseorang melalui berbagai metode perhitungan berdasarkan tanggal lahir, garis tangan dan sebagainya. Itu semua adalah tipuan. Saya bersyukur kepada Tuhan karena Dia tidak memberitahukan hari kedatangan-Nya dan juga tidak memastikan hari kematian seseorang walaupun Allah berkuasa untuk itu. Petrus dalam suratnya kepada orang-orang pendatang yang tersebar di berbagai kota di Asia Kecil mengingatkan mereka untuk senantiasa berjaga-jaga, hidup benar bagi Kristus, menguasai diri agar dapat berdoa, saling mengasihi, memberi tumpangan dan saling melayani berdasarkan karunia masing-masing. Dengan demikian waktu dan kesempatan yang ada tidak menjadi sia-sia. Kemampuan untuk melakukan semua itu berasal dari Allah, sehingga tidak ada seorangpun di antara mereka yang merasa lebih penting dari yang lain. Sebagai orang yang sudah percaya kepada Tuhan, kita tidak usah terlalu panik melihat segala yang terjadi saat ini. Sebaliknya marilah kita semua memantapkan hidup, siap setiap saat untuk menyambut kedatangan-Nya. (Aping)
Kita tidak tahu kapan Tuhan datang, bersiaplah selalu!

Minggu, 14 Oktober 2007
MANUSIA BATINIAH
I Samuel 16 : 7
Hari ini kita terlalu peduli dengan keindahan yang tampak dari luar. Para penyanyi, pahlawan, model teladan bahkan politisi diharapkan dapat memenuhi standar-standar keindahan tertentu. Yang lebih buruk, secara naluri kita percaya kepada yang indah, tidak pernah melihat melampaui tubuh mereka, seolah-olah rambut yang indah mengindikasikan otak yang sempurna atau hati yang murni. Bila kita berhenti memikirkan hal itu, kita tahu ini bodoh, tetapi kita jarang benar-benar memikirkannya. Kita perlu belajar untuk menjadi seperti Yesus, yang tidak melihat rupa, tetapi melihat apa yang di hati setiap orang. Mari kita belajar seperti nabi Samuel yang mau diajar oleh Tuhan untuk tidak melihat jasmani orang tetapi melihat batin orang itu. Kemampuan itu hanya dapat kita miliki bila Roh Kudus ada di dalam kita. Karena hanya Tuhan yang tahu batin seseorang. Dalam memilih suami, karyawan, teman, sahabat, jangan tertipu dengan penampilan luar, lihatlah apa yang ada di dalamnya bersama dengan Tuhan. (DBR)
Perhiasan sejati kita adalah manusia batiniah kita. Biarlah menjadi perhiasan yang indah.



TIADA MAAF BAGIMU




Bila ada orang yang melakukan kesalahan kepada kita, seringkali bahkan hampir selalu reaksi kita adalah marah. Kita merasa bahwa orang itu harus mendapat pembalasan. ’Biar tahu rasa’! Tetapi Tuhan Yesus Kristus tidak berkata seperti itu. Dia malah memerintahkan kita anak-anak-Nya untuk memaafkan kesalahan orang lain. Memaafkan orang yang menyakiti kita, yang menyinggung perasaan kita, yang telah menginjak-injak harga diri kita. Memaafkan? Mengapa harus memaafkan? Karena memaafkan adalah perintah Tuhan. Dalam Yohanes 20 : 21-23 tertulis: ”Maka kata Yesus sekali lagi, ’Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.’ Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: ’Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.’”. Dalam bagian lain Alkitab juga dituliskan: ”Dan tiba-tiba sedang Ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: ’Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.’” (Matius 17 : 5).
Bagaimana respon kita terhadap firman Tuhan itu? Sebagai anak-anak Allah yang telah lahir baru dalam Yesus Kristus respon kita seharusnya adalah mendengarkan baik-baik, menuruti perintah-Nya, suara-Nya dan melakukan perintah itu dalam hidup kita sehari-hari. Apakah mudah melakukan perintah Tuhan ini? Memaafkan dosa atau kesalahan orang lain terhadap kita? Bagi banyak orang perintah ini sangat sulit sekali untuk ditaati. Namun kita harus selalu ingat akan firman Tuhan dalam Lukas 6 : 46: “Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?” Barangsiapa tidak melakukan kehendak Bapa, dia tidak dikenal oleh Bapa.
Pertanyaannya sekarang adalah, apakah kita sebagai manusia berdosa bisa mengampuni dosa atau memaafkan kesalahan orang lain? Tidak. Manusia sendiri tidak bisa mengampuni dosa dan memaafkan kesalahan orang lain. Tetapi kita sebagai anak-anak Allah dalam Kristus Yesus dapat mengampuni dosa dan memaafkan kesalahan orang lain sebab, “...Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. ...” (Galatia 2 : 19-20).
Tuhan Yesus Kristus adalah kasih dan jika kasih Kristus memenuhi hati kita, maka kasih itulah yang mengampuni segala-galanya. Pertanyaan kedua, apakah kita mau mengampuni kesalahan orang lain? Inilah yang Yesus Kristus tidak dapat paksakan, karena kita diberi kebebasan untuk memilih. Tergantung dari kemauan dan keputusan kita sendiri. Jika kita mau mengampuni dengan pertolongan Tuhan, kita bisa mengampuni. Jika kita tidak mau mengampuni karena ‘tiada maaf bagimu’, ya sudah, dosa orang itu tetap ada.
Apakah dampak dari tidak mau mengampuni
Ini?
1. confinement, yaitu: membatasi. Orang yang tidak mau mengampuni membatasi dirinya sendiri. Dalam pergaulan tidak bisa bebas, tidak mau bertemu dengan musuhnya. Di jalan bila bertemu menghindar, buang muka, tidak mau menatap muka apalagi bercakap-cakap. Mengontrol tindak tanduknya, perkataannya, sikapnya dan lain-lain.
2. contagious, artinya: menular. Dari seorang
menular ke orang lain, seperti penyakit campak. Kebiasaan untuk tidak mengampuni dosa dan kesalahan orang lain bisa menyebabkan orang di sekitar kita juga mempunyai kebiasaan untuk tidak mengampuni orang lain.
3. consuming, artinya: memakan. Di sini artinya makan hati sendiri, menghabiskan energinya untuk balas dendam dan akhirnya membinasakan diri sendiri. Penelitian menunjukkan bahwa penyebab terbesar kanker adalah dendam dan sikap yang selalu ’tiada maaf bagimu’ terhadap siapapun. Sikap itu akan menggerogoti kesehatan, damai sejahtera dan sukacita kita.
Apabila Anda ingin mengetahui dampak dari ‘tiada maaf bagimu’ ini, bacalah tentang Absalom yang tidak mau mengampuni Amnon (II Samuel 13 : 1-33). Absalom akhirnya berontak terhadap Daud ayahnya dan menemui kematiannya (II Samuel 18 : 1-8). Jadi akibat dari ‘tiada maaf bagimu’ adalah kematian, baik rohani dan jasmani. Siapa yang mau? Kalau Anda tidak mau, mulailah mengampuni orang lain. Jangan sampai Tuhan juga menerapkan ‘tiada maaf’ buat kita, repot sekali!! (DeTe)
Senin, 15 Oktober 2007
BAPA DAN ANAK
Efesus 6 : 1-4
Firman Tuhan hari ini mengajarkan anak-anak untuk menghormati orang tua. Ini adalah hal yang sudah seharusnya, seperti salah satu hukum yang diberikan Tuhan kepada Musa bagi bangsa Israel. Tetapi Rasul Paulus juga mengingatkan kepada bapa-bapa agar jangan membangkitkan amarah dalam hati anak.
Seringkali, bapa sebagai seorang yang memiliki otoritas atas anak, berlaku sebagai seorang diktator. Banyak bapa mendidik anaknya dengan kekerasan, dengan sikap kasar dan tidak menunjukkan kasih, sehingga menimbulkan luka di dalam hati anak. Anak menjadi takut dan menyimpan amarah dalam hatinya terhadap bapa. Akibatnya hubungan anak dengan bapa menjadi rusak. Anak-anak yang berani memberontak akhirnya banyak yang lari dari rumah, masuk ke dalam pergaulan dengan teman-teman yang tidak baik dan merusak hidup mereka. Anak-anak yang takut dan tidak berani melawan bapanya, menyimpan kemarahan hingga menjadi dendam dan kepahitan yang terus dibawa hingga mereka dewasa. Seringkali, setelah mereka menjadi seorang bapa, luka di hati membuat mereka juga memperlakukan anak mereka seperti apa yang pernah mereka alami dahulu. Karena mereka sendiri tidak mengerti bagaimana harus menunjukkan ekspresi kasih mereka kepada anak. Hubungan seorang anak yang tidak harmonis dengan bapanya juga dapat mengakibatkan ia tidak bisa memahami akan kasih Tuhan sebagai Bapa yang sempurna.
Dalam suratnya kepada jemaat di Kolose, Rasul Paulus menulis, ”Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.” (Kolose 3 : 21). Hati yang tawar dapat menyebabkan seseorang menjadi tidak bisa mengasihi dan juga tidak bisa merasakan kasih dan kebaikan Tuhan dalam hidupnya. Oleh sebab itu, didiklah anak-anak Anda dengan kasih. Kadang-kadang pukulan mungkin diperlukan untuk mendisiplinkan seorang anak, tetapi diperlukan juga kasih untuk membalut kembali luka hatinya. (Ginny)
Didikan itu perlu, tetapi sertailah dengan kasih.

Selasa, 16 Oktober 2007
TIDAK MELEBIHI
I Korintus 10 : 13
Tuhan menguji kita. Iblis mencobai kita. Dalam bacaan hari ini kita dapat melihat bahwa Tuhan memberi jaminan kepada kita bahwa cobaan yang kita alami tidak akan melebihi kekuatan kita manusia. Tuhan tahu itu. Yang lebih indah lagi, Dia juga menjamin bahwa Dia akan memberi jalan keluar. Ingat, Tuhan tidak berkata bahwa Dia memberikan pemecahan sehingga kita tidak usah menanggung cobaan lagi, tetapi Dia berkata bahwa Tuhan akan memberi jalan keluar sehingga kita dapat menanggung cobaan yang sedang kita alami. Jadi berjalanlah melewati cobaan itu sampai kepada kemenangan bersama Allah dan jadilah kuat. (cubs)
Seberat apapun pencobaan kita, ingatlah bahwa itu tidak melebihi kekuatan kita.
Rabu, 17 Oktober 2007 DI MANA YESUS? Yohanes 6 : 22-24
Pernahkah kita seperti orang banyak itu yang rindu untuk berjumpa dengan Yesus? Seringkali kita datang ke gereja hanya suatu rutinitas kekristenan saja. Karena kita orang Kristen maka kita wajib datang ke gereja setiap minggunya. Kita datang ke gereja bukan sekedar memenuhi syarat sebagai orang Kristen, tetapi hendaknya kita datang ke gereja dengan membawa kerinduan yang dalam untuk bertemu dengan Yesus. Hanya dengan hati yang rindu maka kita akan berjumpa dengan Yesus, sehingga ibadah kita akan membawa dampak yang luar biasa bagi hidup kita. Kita akan mengalami perubahan setiap kali kita berisekutu dengan Dia. Iman kita akan dikuatkan dan didewasakan ketika kita berjumpa dengan Yesus. Bukan hanya berdampak pada kehidupan rohani kita saja, tetapi kehidupan jasmani kitapun akan diberkati oleh Tuhan. Firman-Nya berkata, ”Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Matius 6 : 33). Jadi, janganlah kita merasa bosan untuk mencari Yesus, tetapi hendaknya kita senantiasa rindu untuk berjumpa dan bersekutu dengan Kristus. (Giant)
Perjumpaan dengan Yesus akan berdampak luar biasa bagi hidup kita.




Kamis, 18 Oktober 2007
CIPTAAN BARU
Efesus 4 : 23
Pada suatu hari, Ratu Victoria mengadakan kunjungan ke suatu pabrik kertas. Tanpa tahu siapa tamu yang datang, mandor mengantarkan dan menunjukkan bagaimana proses pembuatan kertas di pabrik itu. Ketika sampai di bagian pensortiran, mandor menjelaskan proses pengubahan dari barang bekas yang diambil dari tempat sampah menjadi kertas baru yang putih bersih. Setelah menerima penjelasan itu, Ratu Victoriapun pulang. Cerita ini memberi gambaran bagaimana Kristus bekerja dalam diri kita. Kehidupan lama kita yang penuh dosa adalah seperti barang bekas yang diambil dari tempat sampah. Kotor dan tidak berguna. Kristus, karena kasih-Nya, mengubah kita menjadi kertas yang baru, bersih dan berguna lagi. Karena itu mari pertahankan keadaan kita yang sudah menjadi baru, bersih dan berguna lagi dengan mengikuti teladan-Nya, memiliki karakter-Nya serta melakukan apa yang berkenan kepada-Nya. Yang lama sudah berlalu, sudah lewat, jangan diingat lagi! Yang baru sudah datang dan itu patut senantiasa disyukuri. (Aping)
Setiap ciptaan baru pasti lebih indah dari yang lama.
Jumat, 19 Oktober 2007
KESEMPATAN
Kolose 4 : 5
Mungkin kita pernah mendengar mengenai kisah Ashley Smith. Pada suatu hari dalam bulan Maret 2005, Ashley pulang ke rumahnya dan menemukan seorang pembunuh sedang menunggu di rumahnya. Selama beberapa jam pembunuh itu mengarahkan ujung senapannya kepadanya dan menyanderanya. Selama diikuti ujung senapan si pembunuh itu, Ashley melakukan sesuatu yang luar biasa, ia menggunakan kesempatan itu untuk bersaksi kepada penyanderanya. Ia membuat sarapan untuk orang itu dan membaca buku dari Rick Warren. Ia berbicara kepada penyandera itu mengenai rencana Allah untuk kehidupannya dan kasih Kristus kepadanya. Akhirnya penyandera itu menyerahkan dirinya dengan damai kepada polisi. Ayat pada pagi ini mengingatkan kita untuk hidup dengan penuh hikmat terhadap orang-orang di sekeliling kita. Mari pergunakan setiap kesempatan yang ada untuk bersaksi. Biarlah kita senantiasa memberitakan kasih Allah kepada setiap orang. (Giant)
Kesempatan berharga tidak pernah datang dua kali, gunakan selagi ada.

Sabtu, 20 Oktober 2007
SELEBRITI-NYA TUHAN
Matius 5 : 14-16
Kita sering membaca di tabloid atau melihat di televisi cerita-cerita tentang artis, penyanyi yang jadi selebriti. Segala sesuatu tentang kehidupan mereka diceritakan dan dibaca orang banyak, entah itu baik atau buruk. Tidak ada yang bisa dirahasiakan atau disembunyikan dari para wartawan yang selalu mengejar untuk mengetahui cerita tentang kehidupan mereka dan kemudian dijual ke media.
Tahukah Anda bahwa Anda juga seorang ”selebriti”? Firman Tuhan berkata, “Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.” (ayat 14). Sebagai anak Tuhan, kita ”disorot” dan diperhatikan oleh orang banyak. Orang dunia ingin tahu bagaimana kehidupan kita, apakah baik atau buruk. Bila hidup kita baik dan benar, nama Tuhan akan dipermuliakan. Tetapi bila hidup kita tercela, Tuhan kita juga akan ikut dicela. Karena itu Yesus berkata, ”Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (ayat 16). Penulis surat Ibrani mengingatkan, ”Karena kita mempunyai banyak saksi yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.” (Ibrani 12 : 1). Marilah kita selalu ingat untuk berhati-hati menjaga hidup kita, karena kita ini selebriti-Nya Tuhan. (Ginny)
Ingat! Kita membawa nama Yesus dalam hidup kita. Berhati-hatilah!
Minggu, 21 Oktober 2007
PERKARA DI ATAS
Kolose 3 : 1-2
Bila kita merenungkan ayat renungan hari ini maka ada suatu tugas yang harus kita kerjakan. Carilah dan pikirkanlah perkara yang di atas, di mana Kristus ada. Perkara apa yang harus kita cari dan kita pikirkan? Yang pasti bukan perkara yang fana dan sia-sia, melainkan perkara yang membawa kemuliaan bagi Kerajaan Allah. Di sini Rasul Paulus mengajak kita untuk memikirkan mengenai pekerjaan Kerajaan Allah. Tuhan Yesus datang ke dalam dunia membawa tugas dari Bapa di Sorga, dan sekarang Ia telah kembali kepada Bapa di Sorga. Dan pekerjaan-Nya itu telah diteruskan kepada setiap orang percaya. Kita dituntut untuk mengambil bagian dalam pekerjaan Kerajaan Allah ini. Kita jangan hanya memikirkan mengenai perkara duniawi tetapi kita juga harus memikirkan mengenai pekerjaan Kerajaan Allah. Kita dapat ambil bagian dalam pekerjaan Kerajaan Allah melalui pelayanan di gereja di mana kita tertanam. Dengan talenta yang kita miliki kita dapat mengerjakan pekerjaan Kerajaan Allah. Kita dapat memulainya dengan pelayanan yang sederhana, tetapi di mata Tuhan semua pelayanan yang kita lakukan sama saja. Ia tidak pernah membedakan setiap pelayanan baik itu menjadi pengkhotbah, penerima tamu ataupun pendoa syafaat, semua sama nilainya di hadapan Tuhan. Mari kita mulai mencari, memikirkan, dan mengerjakan pekerjaan Kerajaan Allah. (Giant)
Apapun yang kita dapat kerjakan bagi pekerjaan Kerajaan Allah akan menyukakan hati Bapa.

Ingat bebek?
Ingat bebek?Sally dan Joni mengunjungi nenek-kakeknya di pertanian mereka. Joni mendapat sebuah ketapel untuk bermain-main di hutan. Dia berlatih dan berlatih menggunakan ketapel itu tetapi tidak pernah berhasil mengenai sasaran. Dengan kesal dia kembali pulang untuk makan malam. Sesampainya di rumah, dilihatnya bebek peliharaan neneknya. Masih dalam keadaan kesal, dibidiknya bebek itu di kepala sehingga mati. Joni terperanjat dan sedih, dengan panik disembunyikannya bangkai bebek di dalam timbunan kayu. Kemudian dilihatnya ada Sally mengawasi. Sally melihat semuanya tetapi tidak berkata apapun. Setelah makan, nenek berkata, ”Sally, cuci piring.” Tapi Sally berkata, ”Nek, Joni bilang bahwa dia yang mau mencuci piring. Ya kan, Jon?” Dan Sally berbisik, ”Ingat bebek?” Jadi Joni mencuci piring. Kemudian kakek menawarkan bila anak-anak mau memancing, dan nenek berkata, ”Maaf, tapi aku perlu Sally untuk membantu menyiapkan makanan.” Tapi Sally tersenyum dan berkata, ”Oh, tidak apa-apa, karena Joni bilang bahwa dia mau bantu.” Kembali dia berbisik, ”Ingat bebek?” Jadi Sally pergi mancing dan Joni tinggal di rumah. Setelah beberapa hari Joni mengerjakan tugas-tugasnya dan juga tugas-tugas Sally, akhirnya dia tidak tahan. Ditemuinya nenek dan mengaku telah membunuh bebek neneknya dan minta ampun. Nenek merangkulnya, katanya, ”Sayangku, aku tahu. Tidakkah kau lihat aku berdiri di jendela dan melihat semuanya? Karena aku mencintaimu, aku memaafkanmu. Hanya aku heran berapa lama engkau akan membiarkan Sally memanfaatkanmu.”
Dari cerita ini kita dapat menarik pelajaran bahwa dalam kehidupan kitapun, kita sering seperti Joni. Kita tidak tahu bahwa Tuhan tahu setiap perbuatan kita, setiap dosa yang kita lakukan. Jadi kita juga sering lebih senang membiarkan Iblis memanfaatkan kita dari pada kita segera datang kepada Tuhan untuk minta ampun. Tuhan tidak hanya mengampuni, tapi Dia juga tidak mengingat-ingat lagi dosa kita. (IR)

Senin, 22 Oktober 2007
ARTI SEORANG SAHABAT
Amsal 17 : 17
Seorang sahabat adalah seorang yang ada di samping kita ketika kita mengalami kesulitan, menghibur kita di kala kita berdukacita, tertawa bersama kita ketika kita sedang gembira. Tidak iri dengan keberhasilan kita. Selalu membangkitkan semangat kita. Selalu membela kita. Menegor dengan kasih, tidak sungkan dan ragu untuk mengulurkan tangan dan juga tidak malu untuk menerima pertolongan dari kita. Mendorong dan membantu demi kemajuan dan keberhasilan kita. Mengerti tentang keadaan kita. Tidak mengungkit kesalahan kita. Selalu siap memaafkan dan minta maaf. Tidak memanfaatkan dan selalu siap mendengarkan curahan hati kita. Seorang sahabat dapat dipercaya. Saling menuntun ke jalan yang benar. Sudahkah kita jadi sahabat untuk seseorang? Setiap orang perlu sahabat. (cubs)
Yesus selalu siap jadi sahabat kita.

Selasa, 23 Oktober 2007
BERJALANLAH TERUS!
Keluaran 17 : 1-7
Perjalanan bangsa Israel keluar dari tanah Mesir menuju ke tanah Kanaan dipimpin oleh Musa. Tetapi seperti apa yang kita baca dari firman hari ini, “bangsa Israel berjalan dari tempat persinggahan ke tempat persinggahan sesuai dengan titah Tuhan”. Ketika tiba di Rafidim dan ternyata di sana tidak ada air untuk diminum, mereka bertengkar dengan Musa dan bersungut-sungut.
Perjalanan hidup kita di dunia ini menuju ke Tanah Perjanjian (tanah air sorgawi) juga seperti itu. Tuhan membawa kita berjalan dari persinggahan ke persinggahan. Tuhan tidak akan membiarkan kita terlalu lama nyaman di satu tempat, karena akan membuat kita terlena dan lupa akan tujuan kita yang sebenarnya. Dia akan membawa kita terus berjalan. Kita akan selalu menghadapi perubahan-perubahan dalam hidup ini, entah itu karena pertemuan atau perpisahan, kehilangan pekerjaan atau kenaikan pangkat, penambahan atau pengurangan anggota keluarga, lingkungan atau situasi yang baru, penyakit, kematian, dan lain-lain. Setiap perubahan akan selalu membuat kita tidak nyaman sejenak, sebelum kita dapat menyesuaikan diri. Itu semua adalah “persinggahan-persinggahan” yang harus kita lewati. Ketika kita menghadapi masalah dalam “persinggahan” kita, apakah kita akan bertengkar dan bersungut-sungut seperti bangsa Israel? Mari belajar untuk selalu bersukacita melewati setiap “persinggahan” ke mana Tuhan membawa kita, karena kita tahu bahwa Tuhan membawa kita berjalan terus untuk sampai ke tujuan. (Ginny)
Saat kita merasa lelah dalam perjalanan hidup kita, bersandarlah kepada-Nya.

Rabu, 24 Oktober 2007
KEINDAHAN KEKUDUSAN

I Tawarikh 16 : 29
Kekudusan adalah keindahan sejati, bukan apa yang kupakai atau bagaimana gaya rambutku, atau seberapa putih kilau gigiku. Sesungguhnya, kekudusan adalah milik-Mu, bukan milikku. Aku sangat buruk, namun aku menyembah Dia yang sempurna dalam segala jalan, Dia yang kemuliaan-Nya layak menerima pujian dan ucapan syukur. Tidak ada keindahan yang dapat dibandingkan dengan keindahan-Mu, tidak ada kesetiaan seperti kesetiaan-Mu. Percikan keindahan yang menghiasi hidupku adalah bagaikan butiran pasir putih di tepian lautan yang keindahannya tak terpahami. Aku hanya melihat satu atau dua butir pasir di sepanjang hidupku, tetapi itu membuat mataku silau sehingga aku berbalik sambil mengerjap-ngerjapkan mata. Aku menyembah-Mu dalam keindahan kekudusan-Mu Yesus. (DBR)
Keindahan kekudusan Allah tidak pernah berubah, selalu indah untuk dinikmati.

Kamis, 25 Oktober 2007
SAHABAT
Pengkhotbah 4 : 9-12
Firman Tuhan hari ini berkata, ”Berdua lebih baik dari pada seorang diri,...” (ayat 9). Ayat ini sering diartikan dalam hubungan suami istri, tetapi sebenarnya juga diartikan dalam hubungan persahabatan. Memiliki seorang sahabat sangatlah perlu bagi setiap orang. Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berhubungan dengan orang lain. Oleh sebab itu ketika Tuhan telah menciptakan Adam, Tuhan memberikan Hawa sebagai penolong bagi Adam. Kita perlu orang lain untuk menolong kita, dan kitapun diperlukan untuk menolong orang lain. Kita tidak dapat hidup menyendiri di dunia ini. Rasul Paulus menulis, “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” (Galatia 6 : 2).
Penulis Amsal berkata, “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” (Amsal 17 : 17). Sahabat yang baik akan mengasihi dengan tulus dan menerima kita apa adanya, ia menjadi tempat kita mencurahkan isi hati kita dan dapat dipercaya untuk tidak membocorkannya, ia akan ikut merasakan kesedihan kita saat kita susah, dan tidak akan iri melainkan ikut senang dengan keberhasilan dan kebahagiaan kita. Seorang sahabat akan selalu ada saat kita membutuhkannya, dan menjadi pendukung dalam doa-doa kita. Yesus adalah Sahabat kita yang sejati. Tetapi selama kita masih hidup di dunia ini, kita juga memerlukan seseorang untuk menjadi sahabat kita. Mencari seorang sahabat tidaklah mudah, karena itu bila Anda bisa menjadi sahabat yang baik, jadilah sahabat bagi orang yang memerlukannya. (Ginny)
Jadilah sahabat seperti Yesus.

Jumat, 26 Oktober 2007
PENDERITAAN

Yohanes 16 : 33
Banyak orang mengira bahwa begitu mereka menyatakan mengikut Yesus, mereka akan terbebas dari penderitaan, terbebas dari masalah. Padahal Yesus berkata kita akan tetap mengalami penderitaan, mengalami masalah, hanya bedanya, bersama Yesus kita mendapat kekuatan dari Dia. Artinya dalam menjalani masa untuk mengatasi masalah, kita tetap dapat damai sejahtera, tetap dapat sukacita karena kita tahu Yesus menyertai kita dan Dia selalu memberikan jalan keluar. Penderitaan harus kita alami karena penderitaan adalah cara Tuhan mengajar kita untuk kembali seperti semula. Karena dosa kita berubah, bukan secara jasmani, tetapi rohani. Kita yang tadinya segambar dan serupa dengan Allah, berubah karena dosa. Untuk bisa kembali seperti semula, Allah perlu membentuk kita, salah satunya melalui penderitaan, supaya kita bisa kembali segambar dan serupa Allah. Sama seperti periuk yang harus melalui dapur api untuk menjadi bejana yang indah, penderitaan adalah dapur apinya Allah. Jadi, jangan minta untuk tidak mengalami penderitaan, tetapi mintalah agar selama berada di dalam penderitaan, kita bisa bertahan dan mengerti apa yang Allah kehendaki untuk dimurnikan. (cubs)
Jangan takut ketika kita harus menderita, Allah pasti memberi jalan keluar.

Sabtu, 27 Oktober 2007

MENGERTI FIRMAN = SUKACITA
Nehemia 8 : 1-19
Sebagian orang Israel dan suku Yehuda dan Benyamin telah kembali ke Yerusalem, membantu Nehemia dalam pembangunan tembok Yerusalem. Mereka mengalami hambatan dari orang-orang yang tidak menyukai tembok Yerusalem dibangun kembali, dan menyebarkan fitnah bahwa Nehemia memimpin pembangunan tembok itu untuk memperkokoh diri, kemudian berencana melawan kerajaan Babel. Saat itu banyak imam, kaum Lewi dan ahli-ahli kitab menguatkan hati mereka. Pada hari pertama dari bulan ketujuh, semua orang Israel telah berkumpul di Yerusalem dan meminta agar imam Ezra membacakan kitab Taurat Musa itu. Ada kelaparan rohani yang dahsyat mereka alami. Ketika kitab dibuka, maka segenap umat berdiri dan menyambut firman itu dengan mengangkat tangan (Nehemia 8 : 1-19). Kemudian mereka berlutut dan sujud menyembah kepada Tuahan dengan muka sampai ke tanah. Pemulihan besar terjadi waktu itu, mereka menangis dan berdukacita ketika mendengar kalimat-kalimat Taurat itu. Mereka ingat akan kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan oleh mereka dan nenek moyang mereka (ayat 10). Kemudian Nehemia, Ezra dan orang Lewi yang mengajar firman Tuhan itu memberitahukan kepada mereka agar jangan bersusah hati, karena hari itu adalah hari yang kudus. Sadarkah kita bahwa ketika firman diberitakan dalam kebaktian, maka hari itu merupakan hari yang kudus bagi Tuhan? Mereka kemudian berpesta ria karena mereka mengerti segala firman yang diberitakan kepada mereka. Pengertian akan firman Tuhan akan membuat hidup kita bersukacita. Jadi pahami dengan sungguh-sungguh firman Tuhan, agar sukacita itu turun di dalam hatimu! (Giant)
Sukacita sejati datang dari orang yang benar-benar mengerti firman Tuhan.

Minggu, 28 Oktober 2007
RAHMAT ALLAH
Lukas 1 : 49-50
Maria adalah orang yang menyadari bahwa kehormatannya bukan berasal dari usahanya sendiri, melainkan datang sebagai pemberian dari Tuhan. Yang Maria lakukan hanyalah hidup sebaik mungkin dalam ketaatan terhadap hukum-hukum Tuhan, seperti yang dilakukan nenek moyangnya sejak dari zaman Abraham. Tuhan telah berjanji melakukan hal-hal yang besar untuk umat-Nya. Kadang-kadang umat-Nya taat dan memetik buahnya; di lain waktu mereka menyembah berhala dan merasakan akibat dari kemarahan Tuhan. Namun demikian, rahmat selalu ada atas mereka yang mengikuti Tuhan dan berkat-berkat mengalir dari kasih Tuhan. Mari kita sadari pemberian Tuhan yang besar atas hidup kita, sehingga kita dapat bersyukur setiap waktu atas rahmat Allah. (DBR)
Rahmat Allah selalu baru setiap hari.

Senin, 29 Oktober 2007
PERBUATAN TANGAN KAMI
Mazmur 90 : 17
Apa yang kukerjakan untuk penghidupanku dapat bersifat sekuler atau sakral, pilihannya ada padaku. Jenis pekerjaan yang kulakukan tidaklah penting, aku dapat melakukan apa saja dalam cara yang memuliakan Tuhan. Seorang pekerja dengan pekerjaan yang paling rendah di antara pekerjaan lainpun memiliki posisi yang paling mulia dalam mendemonstrasikan keindahan Tuhan. Bila suatu waktu aku merasa tidak produktif atau tidak dihargai, ingatlah bahwa aku bekerja untuk kemuliaan Tuhan, bukan untuk diriku sendiri. Ingatlah kata Paulus, “…jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah…” (Filipi 1 : 22a). Dan juga apapun yang kita kerjakan hendaklah kita kerjakan seperti untuk Tuhan, untuk kemuliaan-Nya. (DBR)
Tuhan memberi kita dua tangan untuk dipakai bekerja memuliakan Dia dan menghidupi kita.

Selasa, 30 Oktober 2007
JANGAN COBA-COBA !
Yakobus 1 : 12-15
Sifat manusia adalah suka mencoba karena rasa ingin tahu. Banyak orang yang jatuh ke dalam dosa karena keingintahuannya itu, seperti mabuk, judi, narkoba, dosa seks, dan lain-lain. Pada mulanya mereka hanya ingin mencoba, tapi kemudian tidak bisa melepaskan diri dari dosa itu. Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita bahwa Allah tidak pernah mencobai kita. ”Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.” (ayat 14-15). Dosa biasanya menarik hati. Ketika Hawa dicobai oleh Iblis, Hawa melihat ”bahwa pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian” (Kejadian 3 : 6a). Itu membuat Hawa tertarik dan melanggar perintah Tuhan.
Pemazmur berkata, ”Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakukannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu. Dalam hatiku aku menyimpan janji-janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.” (Mazmur 119 : 9-11). Firman Tuhan telah memberitahu kita segala perintah Tuhan, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Sebagai anak-anak Tuhan, mari kita taati perintah-Nya agar hidup kita berkenan kepada Bapa. Jangan suka coba-coba untuk menyimpang dari ajaran Tuhan, karena sekali dosa itu menjerat, akan sukar bagi kita untuk melepaskan diri. (Ginny)
Ingat! Dosa memang menarik, tetapi upahnya adalah maut!

Rabu, 31 Oktober 2007
MENYANGKAL DIRI
Lukas 9 : 22-27
Mengikut Yesus harus punya bukti satu identitas yang diakui Tuhan Yesus yaitu “Lahir Baru” yang dimeteraikan oleh Roh Kudus. Banyak orang Kristen mengaku sudah lahir baru, tetapi tidak mau berubah pola hidupnya. Mereka cukup pandai memberitakan Injil dan kesaksian-kesaksian akan pertolongan Tuhan dalam hidup mereka, tetapi belum menyenangkan hati Tuhan dikarenakan pola hidupnya tidak berbeda dengan pola hidup dan kebiasaan-kebiasaan dunia. Kita perlu memperhatikan firman Tuhan ini: “Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah drimu!”(II Korintus 13 : 5a). Apabila tidak ada penyerahan diri sepenuhnya kepada Kristus, maka akan sulit bagi diri kita untuk menyangkal diri. Penyangkalan diri harus disertai dengan pengorbanan perasaan, gengsi, reputasi dan kerendahan hati. Selama kita masih menuruti pikiran kita sendiri maka sukar bagi kita untuk menyangkal diri dan memikul salib. Menanggung malu bagi cita-cita yang belum tercapai, merupakan salib bagi orang yang congkak yang suka membesarkan namanya sendiri. Kita harus belajar pada Rasul Paulus, seorang rasul yang memiliki kerendahan hati yang berkata, “Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. ...” (Galatia 2 : 19b-20). Jika Kristus hidup di dalam kita maka kita sudah tidak menonjol lagi. Kita tidak berhak menentukan pilihan jalan hidup sendiri, namun telah diserahkan kepada Kristus yang dapat membuat hidup kita jadi lebih baik. Untuk itu kita harus menuruti kehendak-Nya dalam pembentukan karakter kita. Ke mana kita dibimbing-Nya, ke situlah kita mengikuti kehendak-Nya. Banyak orang yang tidak pernah puas dengan dirinya. Saat pribadi mereka tidak dapat menonjol, mereka berusaha sekuat tenaga untuk menempatkan diri dalam masyarakat setinggi mungkin, bahkan sampai tega menghalalkan segala cara untuk dapat pengakuan dari masyarakat. Tetapi Tuhan Yesus berkata, “Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (Matius 23 : 12). Keteladanan Tuhan Yesus dalam hal kerendahan hati, nampak dalam perkataan-Nya, “Sama seperti Anak manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”(Matius 20 : 28).
Menyangkal diri dan memikul salib adalah wajib bagi pengikut Kristus.