28 Apr 2007

Minggu ke-1 May

Senin, 30 April 2007

SALIB YANG MENYELAMATKAN

Ibrani 9 : 23-28

Ada seorang anak muda yang tinggal bersama ibunya. Anak ini telah ditinggal mati oleh ayahnya sejak umur 6 tahun. Ia sekarang berumur 12 tahun. Ia tinggal bersama ibunya di rumah yang sangat sederhana. Karena kemiskinannya anak ini sering mencuri barang orang lain. Ibunya sering marah-marah dan mengingatkannya untuk tidak mencuri lagi, tetapi seruan ibunya itu tidak dihiraukan oleh anak itu. Karena sudah tidak tahu harus berbuat apa lagi maka ibu itu berkata kepada anaknya, “Anakku, kamu tahu pisau ini, kalau pisau ini digoreskan di tangan maka tangan akan berdarah. Bila kamu masih mencuri lagi maka pisau ini akan menggores tanganmu.” Anak itu lalu berpikir, “Ah, ibu hanya mau menakuti-nakuti aku saja.” Keesokan harinya iapun mencuri lagi dan perbuatannya itu ketahuan oleh ibunya. Lalu ibunya berkata, “Kamu masih ingat perkataan ibu kan?” Ibunya kemudian mengambil pisau itu dan menggores tangannya. Anak itu terkejut melihat perbuatan ibunya, ternyata bukan tangannya tapi tangan ibunya yang tergores pisau. Ibunya berkata, “Lihat darah ini, anakku, bila engkau masih mencuri lagi maka tangan ibu akan penuh luka goresan.” Anak itu menjadi sedih sekali, ia menyesal dan berjanji tidak akan mencuri lagi.
Cerita di atas adalah gambaran diri kita dengan Kristus. Bila kita terus-menerus berbuat dosa maka kitapun akan terus-menerus menyakiti Tuhan Yesus. Ia telah berkorban bagi kita, jangan sia-siakan pengorbanan-Nya. Ia telah mati satu kali bagi kita dan Ia tidak akan mati dua kali bagi kita. (Giant)

Jagalah hidup kita agar tetap berjalan pada jalan kebenaran sehingga Kristus tidak harus disalibkan lagi.

Selasa,1 May 2007

PERSEMBAHAN HIDUP

Roma 12 : 1-8

Sekitar 40 tahun yang lalu saya berkenalan dengan Agus dan Emma Brower, sepasang utusan injil mula-mula yang melayani di Afrika. Ketika saya melihat presentasi slide dan berbicara dengan mereka, saya pikir mereka adalah orang-orang yang sungguh-sungguh mempersembahkan tubuh sebagai persembahan bagi Allah. Selagi kita mengagumi penyerahan diri orang-orang seperti itu, janganlah kita lupa bahwa pesan dalam Roma 12 : 1-2 juga ditujukan kepada kita semua. Pengabdian kita untuk melayani Allah dimulai dengan suatu komitmen yang menentukan. Tetapi seperti halnya memelihara janji pernikahan yang diucapkan saat peneguhan dan pemberkatan nikah, demikian pula dengan penyerahan diri kita kepada Allah. Dari waktu ke waktu hal itu harus selalu diingat, diperbaharui dan sadar pada komitmen yang telah kita ucapkan. Peringatan-peringatan ini diperlukan karena dunia selalu berusaha mempengaruhi agar kita mengambil sikap mementingkan dan menyombongkan diri, yang pada dasarnya merupakan sifat dasar kita. Tetapi bila kita terus menerus menundukkan diri di hadapan Allah, hati dan kehidupan kita akan diubahkan oleh kuasa Allah. Kita akan mengalami kuasa Roh Kudus yang meyakinkan bahwa jalan Allah itu ”baik, berkenan dan sempurna” (ayat 2). Keyakinan ini memungkinkan kita hidup dengan penuh percaya diri, bahagia dan penuh pengorbanan. Apakah hidup saudara merupakan persembahan yang hidup? (Aping)

Untuk hidup bagi Kristus kita harus mampu menaklukkan diri sendiri.

Rabu,2 May 2007

MANUSIA SEPERTI KITA

Ibrani 2 : 14-18

Pernahkah saudara membayangkan bagaimana rasanya menjadi orang lain? Hampir 40 tahun yang lalu John Howard Griffin menghitamkan kulitnya dan menjalani kehidupan dalam suatu masyarakat yang mayoritas berkulit putih. Dalam bukunya yang sangat menarik dengan judul ”Black like me” (Hitam seperti saya), Griffin menggambarkan perjalanan di Amerika Serikat. Ia menceritakan diskriminasi yang menyedihkan dan sikap praduga negatif yang dihadapinya. Anak Allah bertindak lebih dari sekedar mengubah penampilan-Nya. Dia menanggalkan kemuliaan-Nya dan mengenakan kemanusiaan seperti kita. Dia hidup di dunia ini sebagai orang yang hina dan dihindari (Yesaya 53; Filipi 2 : 5-8). Karena kasih-Nya kepada kita, Ia turut merasakan kesedihan kita dan melalui pengalaman-Nya sendiri Dia mengenal perasaan yang kita miliki sebagai manusia. Penulis surat Ibrani mengatakan bahwa karena Yesus hidup sebagai manusia dan mati bagi dosa kita, Dia menjadi Imam Besar kita yang menaruh belas kasihan dan setia (Ibrani 2 : 14, 17). Karena Dia menjadikan diri-Nya seperti kita dan tahu apa artinya dicobai, Dia dapat membantu kita bila kita dicobai (ayat 18). Kita dapat berdoa dalam nama-Nya dengan penuh keyakinan (Ibrani 4 : 15-16), untuk menceritakan pergumulan, ketakutan, kekalahan, kebutuhan dan bahkan pertanyaan dan kebimbangan kita kepada-Nya dengan jujur. Karena itulah, bila kita mengingat semua yang telah diderita-Nya sebagai Anak Allah yang mulia, sudah seharusnya kita mengasihi dan berusaha menyenangkan hati-Nya. (Aping)

Anak Allah menjadikan diri-Nya seperti kita agar kita dapat menjadi satu dengan-Nya.

Kamis, 3 May 2007

TERHILANG DALAM GEREJA?

Wahyu 3 : 14-22

Banyak orang Kristen berpikir bahwa mereka aman di dalam gereja. Mereka pergi ke gereja setiap minggu, bahkan aktif dalam kegiatan gereja, hidup mereka baik, mereka tidak berbuat jahat, tidak mencuri, tidak membunuh, tidak berzinah, hidup mereka aman-aman saja, nyaman tersembunyi dalam gereja, tetapi mereka tidak sadar akan keadaan diri mereka yang sesungguhnya; mereka tidak mengenal akan kebenaran firman Tuhan, tidak mengenal akan kehendak Tuhan yang sebenarnya, dan tidak mengenal Tuhan mereka. Sama seperti jemaat di Laodikia yang mengira diri mereka kaya dan tidak sadar akan keadaan mereka yang melarat, miskin, buta dan telanjang.
Menjadi orang Kristen bukanlah hanya sekadar rutinitas beribadah, aktif melayani pekerjaan Tuhan dan berbuat baik. Menjadi anak Tuhan tidak cukup hanya sekadar beragama Kristen, tetapi kita harus memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan, mengenal Tuhan dengan benar. Rasul Paulus seorang yang sangat aktif dalam memberitakan Injil dan melayani Tuhan, tetapi dalam suratnya kepada jemaat di Filipi ia berkata: ”Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, ... Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, ...” (Filipi 3 : 10, 12). Rasul Paulus sadar bahwa mengenal Tuhan jauh lebih penting dari segala hal dan ia mengejar hal itu. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga menganggap hal itu sangat penting, ataukah kita merasa sudah cukup aman dalam gereja tanpa menyadari bahwa sebenarnya kita adalah orang-orang yang terhilang?
Tuhan berkata: ”Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” (Wahyu 3 : 20). Hari ini, jika engkau mendengar Tuhan mengetok pintu hatimu, bukalah pintu hatimu bagi Dia. Jangan keraskan hatimu! ”Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!” (ayat 19). (Ginny)

Jangan kita ada dalam gereja sebagai orang yang terhilang.


Jumat, 4 May 2007

SEHATKAH HATI SAUDARA?

Ibrani 10 : 11-22

Pernahkah seorang dokter mengijinkan saudara memakai stetoskopnya sehingga saudara dapat mendengarkan denyut jantung saudara sendiri? Agak aneh bila kita mendengar irama beraturan dari organ tubuh yang sudah berfungsi sebelum saudara dilahirkan dan yang akan terus berdenyut sampai saudara meninggal. Ketika Sue Monk Kidd masih menjadi perawat di sebuah bangsal anak-anak di sebuah rumah sakit, ia sering membiarkan pasiennya berusia belia itu mendengarkan denyut jantungnya sendiri. Suatu hari, ketika ia meletakkan stetoskop dengan hati-hati pada David yang baru berusia 4 tahun, ia bertanya, ”Dengar, suara apa itu ya?” David mengerutkan keningnya untuk berpikir keras dan kemudian tersenyum lebar, ”Apakah itu suara ketokan Yesus?”
Mari kita lupakan tentang ilmu tubuh manusia dan belajarlah dari David. Dari sudut pandang kesehatan rohani dan masa depan yang kekal, David benar. Yesus Kristus, sang Juruselamat yang disalibkan dan Tuhan kemuliaan yang bangkit, memang benar-benar mengetok pintu setiap hati manusia. Hati kita adalah pusat dari keberadaan kita, pusat yang mengatur segenap keputusan dan pilihan yang kita ambil (Wahyu 3 : 20). Sudahkah saudara dengan sukacita mengundang-Nya untuk menjadi Juruselamat pribadi agar Dia menyucikan segala dosa dan hati saudara? (Yohanes 3 : 1-16; Ibrani 10 : 22). Sudahkah saudara mengundang-Nya ke dalam kehidupan saudara untuk memerintah sebagai Tuhan, memimpin segala keputusan dan tindakan yang saudara ambil? Dia sedang mengetok, menunggu untuk masuk. (Aping)

Hati yang sehat berdegup dengan kasih kepada Allah.

Sabtu, 5May 2007

MENEBAR ”AROMA ILAHI”

II Korintus 2 : 12-15

Bila kehadiran kita secara positif mengingatkan orang-orang akan Allah maka kita sudah membawa ”aroma ilahi”. ”Aroma ilahi” di sini berarti pengaruh yang kita munculkan akan mengingatkan orang lain akan Allah. Iman yang teguh, perkataan yang lembut, sikap yang sopan, wajah yang selalu berseri-seri dan juga perbuatan yang suka menolong merupakan aroma yang membuat orang segera tahu bahwa kita mengasihi Allah. Gaya hidup orang Kristen yang saleh dan penuh kasih dapat menjadi contoh bagi orang lain untuk ingin mengerti dan mengenal Allah lebih jauh. Untuk menghasilkan minyak wangi yang semerbak dan bertahan lama dibutuhkan banyak eksperimen, waktu dan bahan yang berkualitas. Bila kita ingin menjadi orang Kristen yang harum seperti minyak wangi, maka setiap saat kita harus mau diubahkan, sehingga ada orang yang akan berkata, ”Ceritakan lebih banyak lagi tentang Yesus dan perbuatan-Nya kepadaku!” (Giant)

Aroma ilahi yang ditebarkan akan menarik jiwa-jiwa datang kepada Yesus.

Minggu, 6May 2007

ALLAH TAHU SEMUANYA

Mazmur 139 : 1-6

Tidak ada satu ayatpun dalam firman Tuhan yang mengatakan jika kita sudah menerima Yesus sebagai Juruselamat kita, lalu perjalanan hidup mulus tanpa pergumulan. Sesungguhnya, sejak kita menerima Dia, sejak itu pula peperangan dan pergumulan harus kita lalui. Apa yang dialami pemazmur di zamannya, sama dengan pengalaman kita pada zaman ini. Himpitan, tekanan, ancaman dan dimusuhi selalu menghadang di depan kita walaupun tidak ada kesalahan yang kita perbuat. Dalam keadaan demikian tidak ada jalan lain selain kita mengadu kepada Bapa kita. Kita percayakan apa saja yang kita hadapi ke dalam tangan-Nya, biarkan Tuhan sendiri yang jadi pembela kita. Ambil sikap seperti Daud, serahkan sepenuhnya persoalan kita kepada Tuhan. (DBR)

Allah sudah tahu dan sudah punya jawaban, bahkan sebelum kita minta. Tunggu apa lagi?

No comments: