30 Mar 2008

Minggu ke 1 April

LUCUTI KERAGUAN

Ketika menjadi manusia, Yesus cukup sering menghadapi orang yang ragu-ragu. Contoh paling terkenal di Perjanjian Baru adalah Yohanes Pembaptis. Dikisahkan dalam Matius 11 dan Lukas 7 : 17–23 bagaimana seorang Yohanes bisa ragu-ragu. Kalau kita lihat latar belakang Yohanes adalah:
1. Dia telah mendapat janji Allah dari sejak dalam kandungan (Lukas 7 : 27).
2. Dia telah bertemu dengan Yesus secara pribadi.
3. Dia telah membaptis Yesus.
4. Dia melihat janji Allah digenapi berupa pernyataan Allah dan Roh Kudus yang turun dalam rupa burung merpati.
Dahsyat sekali!! Tapi tetap Yohanes ragu-ragu. Pada ayat 19 dari Lukas 17 ia menyuruh murid-muridnya datang kepada Yesus dan bertanya: "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?".
Itu suatu bukti keragu-raguan yang nyata. Kenapa bisa begitu?
1. Pengalaman hidup tidak menjamin perjumpaan dengan Yesus sesungguhnya.
Ini sebuah peringatan penting buat kita. Kita harus mengoreksi diri supaya kita juga terhindar dari meragukan Tuhan. Dalam hidup kita, mungkin sudah berulang kali Yesus menyatakan diri-Nya kepada kita lewat mujizat-mujizat dahsyat yang kita alami. Mungkin kita sudah pernah mengalami disembuhkan dari penyakit gawat, diselamatkan dari kesulitan keuangan, hubungan kita dengan pasangan hidup atau orangtua atau anak dipulihkan secara supranatural oleh Tuhan, mungkin jemaat yang kita layani sudah banyak sekali, gereja kita menjadi besar dan megah, mungkin juga semua di atas sudah pernah kita alami, tetapi seperti Yohanes, kita harus introspeksi, apakah lewat semuanya itu kita sudah mengenal Tuhan secara sungguh-sungguh? Apakah kita sudah melihat wajah-Nya atau hanya baru memegang tangan-Nya?
2. Apa yang Yohanes bayangkan/harapkan tidak sesuai dengan kenyataan.
Yohanes Pembaptis, seperti halnya murid-murid Yesus dan seluruh bangsa Israel mengharapkan Yesus akan menjadi raja Israel. Mereka pikir, Yesus akan jadi raja yang hebat seperti Daud atau Salomo. Tetapi kenyataannya, tidak ada setitikpun bukti ke arah itu. Bukannya Yesus menghimpun orang dan kemudian melatih mereka berperang, Dia malah sibuk melakukan mujizat, bergaul dengan pemungut cukai, pelacur, dan pengajaran-Nya bukanlah tentang bagaimana mengalahkan Romawi, tetapi tentang kasih. Bukankah kita juga suka seperti itu? Kita berharap bahwa bila Tuhan akan menolong keuangan kita artinya kita akan kaya mendadak, kalau Tuhan akan memberikan jodoh berarti yang secantik bintang film atau seganteng pangeran. Ingat, pikiran Tuhan bukan pikiran kita. Jangan mengharap apa yang kita tidak tahu. Bukankah hanya Tuhan yang tahu bagaimana hasil akhirnya?
3. Yohanes membutuhkan bukti. Sama seperti Tomas Didimus.
Setelah pengharapan yang keliru, banyak orang yang juga membutuhkan bukti untuk menghilangkan keragu-raguannya. Seperti Tomas yang bilang, “ aku baru mau percaya setelah…”, kita juga sering bilang, “Tuhan, aku percaya kalau…”. Yang Tuhan minta adalah iman dan menurut Ibrani, iman adalah bukti dari segala sesuatu yang tidak terlihat…
Bukankah kita juga seperti Yohanes? Di masa lalu Tuhan sudah buat mujizat, tetap saja di saat ini ketika apa yang kita minta belum terwujud kita juga ragu-ragu, apa benar Dia Tuhan? Apa akibat keragu-raguan?
1. Kehilangan upah di sorga.
Pada ayat 28 Yesus menyatakan bahwa Yohanes akan menjadi lebih kecil dari orang terkecil yang ada di sorga. Padahal rencana semula Yesus, Yohanes akan mendapat tempat yang mulia karena dia sudah melakukan tugasnya dengan baik. Alangkah sayangnya kalau di sorga nanti kita kehilangan upah karena ragu-ragu.
2. Mudah rubuh dan hebat kerusakannya.
Di Matius 7 : 26-27 Yesus berkata bahwa orang yang ragu-ragu sama dengan orang yang membangun rumahnya di atas pasir. Kita semua tahu bahwa pasir bukanlah landasan atau dasar yang kokoh. Tidak ada bangunan apapun yang dibangun di atas pasir yang dapat tahan terhadap badai atau bencana apapun. Dan bila sebuah bangunan yang dibangun di atas pasir rubuh, maka kerusakannya akan berat dan biasanya tidak dapat diperbaiki lagi. Yesus mengingatkan keragu-raguan adalah pasir, rapuh dan mudah goyah dan bila kita membangun iman kita berdasar keragu-raguan maka iman itu akan mudah hancur bila badai datang.
3. Dimuntahkan Tuhan/dibuang ke neraka.
Di samping rapuh seperti pasir, orang yang ragu-ragu diperingatkan Tuhan lewat Wahyu 3 : 16 bahwa mereka sama dengan orang yang suam-suam kuku, tidak panas tidak dingin. Itulah sifat orang yang ragu-ragu. Kenapa? Karena mereka mau panas buat Tuhan, mau menggebu-gebu bersaksi buat Tuhan, datanglah keraguan dalam hatinya, “Bagaimana kalau…?”, bimbanglah dia. Ingat, mereka yang suam-suam kuku akan dibuang atau dimuntahkan oleh Tuhan. Lucuti keragu-raguan, miliki iman dan jadilah panas untuk Tuhan.
4. Dikutuk Tuhan.
“Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya."
Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu." Itulah kutuk Tuhan yang masih berlaku sampai sekarang akibat keragu-raguan manusia, akibat pemutar balikkan setan. Kalau ada satu hal yang dapat kita pelajari dari dosa pertama, itu adalah keragu-raguan. Sekali lagi, landasan kita harus kuat supaya tidak mudah diombang-ambingkan. Siapa yang mau dikutuk karena ragu-ragu?
Keragu-raguan adalah sebuah benteng pertahanan yang harus dilucuti untuk benar-benar dapat menikmati berkat Tuhan. Keraguan adalah seperti kotoran yang menyumbat pipa air. Kalau kotorannya belum dibuang, air tidak dapat mengalir dengan lancar. Kalau kita melihat akibat keraguan di atas, sungguh sangat mengerikan. Apakah lawan keragu-raguan? IMAN. Bagaimana iman timbul? Dari pendengaran akan firman Tuhan. Jadi bagaimana melucuti keragu-raguan?
· Jadikan Yesus sahabat karibmu (Yakobus 4 : 8a) “Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu.” Contoh Sadrakh, Mesakh dan Abednego, teman-teman Daniel. Juga Daud saat melawan Goliat, juga Ayub waktu disuruh mengutuk Tuhan. Mereka tidak ragu-ragu, mereka punya iman yang kuat, bagaimana caranya? Karena mereka melatih 3-in-1 rohani setiap hari dalam hidupnya, yaitu:
1. DOA. Yeremia 33 : 3: “Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui.”
2. MERENUNGKAN FIRMAN. Mazmur 1 : 2: “Tetapi yang kesukaannya ialah Taurat (firman) Tuhan, dan yang merenungkan Taurat (firman) itu siang dan malam.”
3. MELAKUKAN FIRMAN. Matius 7 : 21b: ”…melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.”
· Lucuti kepalsuan di balik keraguan. Satu per satu. Cari apa penyebab keraguan itu? Keraguan bisa disebabkan oleh Iblis yang menimbulkan pikiran macam-macam. Sama seperti Hawa dan Yesus sendiri, Iblis berusaha keras menimbulkan keragu-raguan atas firman Tuhan. Kita lihat, ternyata Hawa kalah dan Yesus menang. Kita juga harus melucuti Iblis dengan menggunakan pedang Roh yaitu firman Tuhan. Dalam menimbulkan keraguan, yang diserang Iblis adalah kebenaran firman Tuhan, jadi satu-satunya senjata adalah firman Tuhan. Seperti Yesus, kita harus menangkis keragu-raguan yang timbul dalam pikiran kita dengan kebenaran firman-Nya, satu per satu sampai habis sama sekali, jangan tinggalkan keraguan sekecil apapun menetap dalam pikiran kita.
· Sabarlah dalam menanti datangnya janji Tuhan. Ingat segala sesuatu indah pada waktu-Nya Tuhan, buang segala pengharapan kita tentang setiap janji Tuhan. Pelihara iman. Keraguan Yohanes timbul ketika dia sendirian dalam penjara. Jangan biarkan pikiran kita bekerja sendirian. Biarkan Tuhan yang menentukan dan bekerja dalam segala sesuatu di hidup kita, karena Dia tahu yang terbaik.
Tuhan Maha Baik! Sama seperti halnya Petrus, Tomas dan lain-lain, asal kita mau melucuti keragu-raguan kita dengan bantuan Roh Kudus, Dia masih memberi kesempatan kepada kita untuk kembali dan mempunyai iman yang kuat. (cubs)

Senin, 31 Maret 2008
MELATIH PERTUMBUHAN IMAN
Ibrani 12 : 1-12
Seringkali kita mengeluh kepada Tuhan, mengapa persoalan yang kita hadapi tidak ada habisnya? Jika persoalan muncul dalam hidup kita, pasti Tuhan punya rencana yang indah. Sungguh benar apa yang firman Tuhan katakan dalam ayat 7,8. Keadaan yang demikian ini juga dialami oleh empat orang kusta yang tercatat dalam II Raja-raja 7. Mereka putus asa karena jelas mereka tidak akan bisa sembuh dengan akal mereka sendiri. Karena penyakitnya, mereka semua dibuang ke luar kota. Mereka tidak melakukan apa-apa sama sekali dan hanya menunggu kematian saja. Apa yang terjadi pada empat orang kusta itu, juga dialami oleh orang Kristen dewasa ini. Tentu bukan penyakit kusta yang kita hadapi, tetapi ‘kusta-kusta’ zaman modern yang jauh lebih ganas dari penyakit kusta yang sebenarnya. Anehnya, tidak sedikit di antara kita yang terkejut menghadapi semua ini sehingga mereka tidak tahu harus berbuat apa. Mereka hanya duduk dalam keputusasaaan. Apakah dengan demikian pertolongan Tuhan akan datang dengan sendirinya? Memang, kita sebagai umat Tuhan tahu bahwa Tuhan sudah menyediakan pertolongan bagi setiap kita, tetapi Tuhan ingin agar kita juga bertindak. Di pihak Tuhan, Dia telah menyediakan pertolongan-Nya; di pihak kita, kita harus melangkah untuk menerima pertolongan itu. Jadi, iman harus dilatih dengan menggunakan firman Allah. (DBR)
Berdoa dan berusaha, jangan hanya duduk diam menunggu nasib!

Selasa, 1 April 2008
TOUR GUIDE (PEMANDU WISATA)
Mazmur 119 : 105
Beberapa hari yang lalu kami baru jalan-jalan ke luar negeri. Karena kami tidak dapat berbahasa daerah setempat, kami ikut city tour (wisata keliling kota) dari hotel tempat kami menginap. Di dalam grup itu ada 7 orang dari bermacam-macam bangsa. Tour guide (pemandu wisata) yang bersama kami menerangkan tempat-tempat yang kami kunjungi. Tour guide (pemandu wisata) selalu berjalan di depan dan kami mengikuti dari belakang. Tidak berani menyimpang ke kanan atau ke kiri. Demikian juga Tuhan Yesus datang ke dunia ini, dalam rupa manusia supaya bisa berbicara dalam bahasa yang sama, yang kita mengerti. Kita seperti turis di dunia ini, hanya sementara, setelah itu kita harus kembali pulang ke rumah. Tuhan Yesus yang membimbing di depan selama kita berada di dunia. Firman-Nya sebagai pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita. Karena dunia adalah tempat asing, kita perlu mengikuti Tuhan Yesus, supaya tidak tersesat. (FF)
Bila menuruti bimbingan Yesus, kita akan selamat sampai ke sorga.

Rabu, 2 April 2008
APA YANG KITA BANGGAKAN?
Filipi 3 : 3-11
Banyak orang sering menaruh rasa bangga terhadap status lahiriahnya. Mungkin mereka bangga karena dilahirkan sebagai anak ningrat/bangsawan atau sebagai anak konglomerat; atau bangga karena pendidikan mereka yang tinggi sampai mencapai gelar doktor atau profesor. Hal-hal itu bisa membuat orang menjadi sombong. Bahkan bisa juga orang menjadi ”sombong rohani” karena merasa bangga dengan status lahiriah yang mereka anggap ”rohani”, misalnya sebagai anak pendeta terkenal, atau lulusan sekolah Alkitab. Mereka sombong karena merasa diri lebih rohani dari pada orang lain.
Dalam bacaan kita hari ini, Rasul Paulus berkata bahwa walau ia pun mempunyai alasan untuk berbangga dengan hal-hal lahiriahnya, tetapi semuanya ia anggap sebagai sampah saat ia mengenal Kristus. Segala yang tadinya ia anggap berharga menjadi tidak berharga lagi, karena pengenalan akan Kristus lebih mulia dari semuanya (ayat 8). Rasul Paulus sadar bahwa kebenaran hanya dapat diperoleh berdasarkan iman kepada Yesus, bukan karena status lahiriah, juga bukan karena mentaati hukum Taurat.
Kita harus mengerti bahwa kebenaran hanya kita dapat dalam Yesus, kita tidak bisa dibenarkan oleh karena status kita. Sekalipun orang tua kita pendeta besar, kita tidak bisa bergantung kepada status sebagai anak pendeta untuk memperoleh kebenaran. Bahkan juga bila kita lulusan sekolah Alkitab, dan hafal seluruh isi Kitab Suci, itu bukan jaminan untuk memperoleh kebenaran. Kita dibenarkan hanya oleh iman kepada Yesus (Roma 10 : 10a). Oleh sebab itu Rasul Paulus berkata, ”Karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah.” (ayat 3). Kebanggaan, kebenaran diri kita tidak ada artinya di hadapan Tuhan. Jika kita mau bangga, banggalah menjadi anak Allah. (Ginny)
Bangga menjadi anak Tuhan? Hiduplah sebagai anak Tuhan!

Kamis, 3 April 2008
MENCARI DIA DENGAN SEGENAP HATI
Mazmur 119 : 2
Sering kita mendengar kata-kata “mencari dengan segenap hati”. Bila kita mendengar kata ‘mendambakan’, biasanya kita akan segera mengingat kepada suatu hidangan yang lezat. Mendambakan adalah pemicu untuk apa saja, misalnya bila kita melihat iklan roti burger yang lezat, atau es krim yang menggiurkan, kita akan terus mengingat-ingat iklan itu sampai kita pergi untuk membeli. Kedambaan kita akan kebenaran Tuhan seharusnya juga sama seperti itu. Jika kita berfokus (mengingat-ingat) terus kepada Tuhan, akan ada perubahan dalam hati kita dan keinginan-keinginan yang merubah pemikiran kita ke arah Tuhan. Akan ada keinginan-keinginan yang mendorong kita untuk mencari-Nya. Jika itu keinginan kita, carilah firman-Nya dalam Alkitab. Bacalah secara tekun dan teratur. Firman Tuhan berkata, “Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati.” (DBR)
Tuhan ada di mana-mana, tetapi Dia mau kita mencari-Nya dengan segenap hati.

Jumat, 4 April 2008
INGAT! IBLIS MUSUH KITA!
I Petrus 5 : 8
Banyak jalan menuju Roma, itulah pepatah dunia untuk menunjukkan bahwa banyak cara yang dilakukan manusia mencapai tujuan. Demikian pula Iblis, ia punya 1001 cara untuk membuat manusia jatuh ke dalam dosa dan menjadi pengikutnya. Ia tidak lagi memakai cara-cara yang kasar untuk menjerat kita, tetapi Iblis dapat menaruh suatu pemikiran dalam pikiran kita. Ketika kita merenungkan dan mengijinkan emosi kita terlibat sehingga kita setuju, maka saat itulah kita telah menyatukannya menjadi tembok yang mengelilingi kita, dan membangun keterbatasan-keterbatasan kita sendiri. Tanpa kita sadari kita telah membantu Iblis menahan kita untuk tidak melawan dia. Waspadalah akan hal ini, minta Allah menutup bungkus segenap hidup kita terutama hati dan pikiran kita. (Maria)
Iblis menyerang kapan saja! Jangan beri kesempatan.

Sabtu, 5 April 2008
MENJADI ORANG KEPERCAYAAN TUHAN
Ezra 7 : 1-10
Menjadi orang kepercayaan tentulah menjadi kebanggaan tersendiri bagi setiap kita, karena tidak setiap orang diberi kesempatan untuk menjadi orang kepercayaan, entah di dunia sekuler atau di lingkungan pelayanan. Yang jelas orang yang diberi kepercayaan adalah mereka yang layak untuk menerima tugas dan tanggung jawab. Dalam pembacaan Ezra 7 : 1-10, kita belajar tentang seorang yang diberi kepercayaan oleh raja untuk mengatur kebaktian dalam rumah Allah. Dia adalah Ezra. Ezra adalah rakyat biasa yang adalah seorang ahli kitab, sehingga raja memberi segala yang diingininya (ayat 6). Mengapa Ezra yang dipilih untuk mengatur kebaktian dalam rumah Allah? Ayat 10 menjawab bagi kita bahwa: 1. Ezra bertekat untuk meneliti Taurat Tuhan. 2. Melakukan Taurat dan mengajarnya di antara orang Israel.Ezra diberi tanggungjawab bukan karena kehendak raja tapi kehendak Tuhan melalui keputusan raja, sebab Ia mengenal Ezra dan dinilai layak untuk tugas itu. Seringkali banyak orang menghalalkan cara bahkan berkompromi dengan dosa untuk satu kedudukan. Melalui renungan kali ini kita belajar bahwa siapapun kita dapat menjadi orang kepercayaan Tuhan untuk tugas tertentu, tidak perlu menghalalkan cara, sebab Tuhan lebih tahu siapa yang layak diberi tugas itu. Kuncinya adalah teliti, pelajari Taurat, dan lakukan dalam hidup setiap hari. Kita berjalan dalam kebenaran Allah dan menjauhi kejahatan, serta mengajarkan kebenaran atau menjadi saksi yang hidup bagi sekitar kita. Dengan demikian kita akan diangkat Tuhan untuk tugas tertentu pada waktu-Nya. Kedua, yang kita pelajari adalah hikmat dalam pengambilan keputusan. Raja tidak melihat kepintaran, kekayaan atau hal-hal tertentu yang menyukakan hatinya, tapi ia melihat sikap hidup Ezra yang menyenangkan hati Tuhan. Demikian kita dalam pengambilan keputusan tentang siapa yang menjadi mitra untuk tugas pelayanan atau pekerjaan, belajar menilai orang dari kapasitas rohani atau orang yang dapat dipercaya untuk tugas itu. Dengan demikian keputusan kita dapat dipercaya oleh Tuhan. (Ane)
Tidak mudah untuk menjadi orang kepercayaan. Butuh integritas dan kapasitas tinggi!
Minggu, 6 April 2008
DIMULAI DARI MIMPI
Kejadian 37 : 5-10
Rencana Allah pertama kali dinyatakan kepada Yusuf melalui mimpi. Memang tidak selalu dan tidak semua orang mendapat karunia itu. Allah bisa memberitahu seseorang akan rencana-Nya melalui apa saja. Salah satunya melalui mimpi. Yang dimaksud mimpi di sini bisa juga berarti angan-angan, cita-cita atau kerinduan apapun yang tiba-tiba timbul dalam sanubari atau hati nurani seseorang. Yang pasti Allah akan memberitahu rencana-Nya kepada mereka yang dipilih-Nya dan itu berarti kepada setiap kita yang percaya kepada-Nya (Yesaya 42 : 9). Jadi apa yang perlu kita lakukan bila kita tahu kita sudah mendapat mimpi dari Tuhan? Seperti Yusuf, serahkan semua-Nya kembali kepada Tuhan, jalani hidup yang taat kepada-Nya dan lihatlah Tuhan yang akan mewujudkan mimpi kita. Mimpi adalah permulaan dari terwujudnya rencana Allah. Jangan terpaku pada mimpi, pegang terus mimpi itu, lakukan segala upaya terbaik dan lihat mimpimu jadi kenyataan! Sama seperti Yusuf! (cubs)
Orang yang tidak pernah bermimpi tidak akan mencapai apa-apa.

No comments: