16 Nov 2008

Minggu ke 3 November

Semua karena karunia-NYA
Seorang kakek hidup di perkebunan di suatu pegunungan sebelah timur Amerika dengan cucu lelakinya yang masih muda. Setiap pagi kakek bangun lebih awal dan membaca Alkitab di meja makan di dapurnya. Cucu lelakinya ingin sekali menjadi seperti kakeknya dan mencoba untuk menirunya dalam cara apapun semampunya. Suatu hari sang cucu bertanya, “Kakek, aku mencoba untuk membaca Alkitab seperti yang kakek lakukan tetapi aku tidak memahaminya, dan apa yang aku pahami aku lupakan secepat aku menutup buku. Apa sih kebaikan dari membaca Alkitab?" Dengan tenang sang kakek mengambil keranjang tempat arang, sambil melobangi keranjangnya ia menjawab, "Bawa keranjang ini ke sungai dan bawa kemari lagi penuhi dengan air." Maka sang cucu melakukan seperti yang diperintahkan kakek, tetapi semua air habis menetes sebelum tiba di depan rumahnya. Kakek tertawa dan berkata, "Lain kali kamu harus melakukannya lebih cepat lagi," Maka ia menyuruh cucunya kembali ke sungai dengan keranjang itu untuk dicoba lagi. Sang cucu berlari lebih cepat, tetapi tetap lagi-lagi keranjangnya kosong sebelum ia tiba di depan rumah. Dengan terengah-engah ia berkata kepada kakek bahwa mustahil membawa air dari sungai dengan keranjang yang sudah dibolongi, maka sang cucu mengambil ember sebagai gantinya. Sang kakek berkata, "Aku tidak mau ember, aku hanya mau keranjang arang itu. Ayolah, usaha kamu kurang cukup," Sang kakek pergi ke luar pintu untuk mengamati usaha cucu laki-lakinya itu. Cucunya yakin sekali bahwa hal itu mustahil, tetapi ia ingin menunjukkan kepada kakeknya bahwa sekalipun ia berlari secepat-cepatnya, air tetap akan bocor keluar sebelum ia sampai ke rumah. Sekali lagi sang cucu mengambil air ke dalam sungai dan berlari sekuat tenaga menghampiri kakek, tetapi ketika ia sampai di depan kakek keranjang sudah kosong lagi. Sambil terengah-engah ia berkata, “Lihat kek, percuma!" "Jadi kamu pikir percuma?" Jawab kakek. Kakek berkata, "Lihatlah keranjangnya." Sang cucu menurut, melihat ke dalam keranjangnya dan untuk pertama kalinya menyadari bahwa keranjang itu sekarang berbeda. Keranjang itu telah berubah dari keranjang arang yang tua kotor dan kini bersih luar dalam. "Cucuku, hal itulah yang terjadi ketika kamu membaca Alkitab. Kamu tidak bisa memahami atau ingat segalanya, tetapi ketika kamu membacanya lagi, kamu akan berubah luar dalam. Itu adalah karunia dari Allah di dalam hidup kita." Sesungguhnya hanya dengan mengingat Allah hati akan tenang. Sepenggal kata mutiara: "Teman yang baik adalah seseorang yang dapat berkata BENAR kepada kita, dan bukan orang yang selalu MEMBENAR-BENARKAN perkataan kita, tanpa koreksi dan NASIHAT." (IR)

SENIN, 17 Nopember 2008
MENJAGA PIKIRAN
Filipi 4 : 2-9
Pikiran adalah tempat melahirkan semua tindakan kita, entah itu tindakan yang baik atau jahat, benar atau salah. Demikian juga dengan perbuatan dosa dalam bentuk apapun, juga diawali dari pikiran. Jadi pikiran adalah kunci utama dan pemegang kendali kehidupan seseorang. Tuhan sudah menetapkan apa yang seharusnya kita pikirkan, yaitu semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua kebajikan, dan semua yang patut dipuji. Dengan demikian kita dapat mengoreksi diri dan mengetahui apakah pikiran kita sudah berpadanan dengan firman Tuhan ataukah pikiran kita sudah melenceng jauh dari koridornya. Sebab apa yang kita pikirkan akan mempengaruhi perasaan kita, apa yang kita rasakan akan mempengaruhi sikap kita, dan kemudian pasti akan mempengaruhi tindakan kita. Jadi sesungguhnya pikiran adalah medan peperangan, lebih-lebih bila seseorang sedang menghadapi masalah atau tantangan; apakah ia dapat menang atau semakin terpuruk dan kalah sangat ditentukan oleh pikirannya. Hal utama yang harus dilakukan adalah bagaimana seseorang bisa menguasai pikirannya. Firman Tuhan memberikan caranya yaitu, ”Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.” (Roma 12 : 3). Firman Tuhanlah yang harus menjadi benteng terhadap tipu muslihat Iblis yang selalu mencari celah terutama melalui pikiran. Kita harus memiliki tekad yang kuat untuk menyerahkan pikiran kita kepada pimpinan Roh Kudus dan terus berusaha menghancurkan pikiran-pikiran buruk. (DBR)
Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus.
SELASA, 18 Nopember 2008
JADILAH BAPA
I Korintus 4 : 6-21
Kesatuan tubuh Kristus bukanlah tawaran. Kesatuan itulah kunci penuaian jiwa tanpa batas. Tidak ada gambaran yang cukup baik dalam memahami kesatuan, selain sebuah keluarga yang mempunyai hubungan darah yang kuat. Hubungan darah secara jasmani masih bisa terputus jika maut datang. Tetapi apabila kita sudah diikat dengan darah Yesus, maka hubungan kita tidak akan terputus sampai di sorga nanti. Karena darah Yesus bersifat kekal dan abadi. Tuhan panggil kita untuk menjadi bapa bagi dunia ini, tetapi hubungan bapa dengan anak lebih kuat dari pada semuanya. Bagaimana kita bisa menjadi bapa:
1.Mengalami secara pribadi kasih Bapa dalam hidup kita (Yohanes 13 : 34).
Dunia merusak gambaran seorang bapa, di mana ada bapa yang tidak mau mengampuni kesalahan anaknya, yang membuang anaknya, menyiksa anaknya, memperkosa anaknya, bahkan sampai ada yang membunuh anaknya sendiri. Dunia ini tidak mempunyai bapa lagi, maka kitalah yang harus menjadi bapa bagi mereka yang merindukan bapa. Kasih Kristus menerima kita apa adanya, tanpa syarat. Beberapa kali kita gagal, kita bersalah, tetapi Allah tidak pernah meninggalkan kita, Dia selalu setia. Semuanya ini dimulai dari kita bisa menerima diri kita apa adanya (bersyukur senantiasa), lalu melangkah taat dan melakukan firman-Nya.
2.Beri teladan dalam kasih (Yohanes 13 : 15).
Permohonan maaf sering sulit bagi daging, tetapi ini senjata pamungkas untuk menerima dan diterima oleh orang lain. Permohonan maaf berarti penyelesaian, bukan justru senjata untuk menekan orang lain. Bapa yang baik tahu persis waktu untuk menghajar dan waktu untuk menerima kembali mereka yang bersalah, sebab bapa yang baik melimpah dengan pengampunan.
3.Berani transparan (I Tesalonika 2 : 8).
Transparan yang bagaimana yang harus kita lakukan? Transparan yang dimaksud ialah transparan bagaimana kita menang hadapi kelemahan sendiri dan mau berdiri bersama-sama dengan mereka yang kita anggap tidak selevel dengan kita untuk memerangi kelemahan mereka alias menerima kekurangan orang lain. (IR)
Menjadi bapa perlu pengalaman bersama Tuhan.
RABU, 19 Nopember 2008
HABIS GELAP TERBIT TERANG
Yesaya 42 : 16
Ketika Adam jatuh dalam dosa, dia berubah dari terang menjadi gelap. Ketika Yesus mati di kayu salib, setiap orang yang percaya kepada-Nya berubah lagi, dari gelap menjadi terang. Hal itulah yang sudah dikatakan oleh Yesaya lama sebelum Yesus lahir ke dunia ini. Hanya di dalam persekutuan yang erat dengan Allah kita menjadi terang. Itu yang Yesus katakan dalam Matius 5 : 16, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.". Dia menjadikan kita terang supaya kita memuliakan Bapa di sorga, supaya siapapun di sekitar kita menjadi tertarik akan hidup kita dan mau memiliki juga apa yang kita miliki, keselamatan kekal di dalam Yesus Kristus. Sudah belum hidup kita menjadi teladan yang baik bagi orang sekeliling kita? Bila belum mungkin kita perlu introspeksi dan bertobat, karena tandanya kita murid Yesus bila hidup kita telah membuat orang lain di sekitar kita ingin memiliki apa yang kita miliki. Bila hidup kita telah menjadi terang, karena Yesus itu terang sedang Iblis gelap. (cubs).
Terang dan gelap tidak bisa bersama-sama.
KAMIS, 20 Nopember 2008
MENDENGAR ITU LEBIH BAIK
Pengkhotbah 4 : 17
Bacaan hari ini berkata kepada kita bahwa “menghampiri untuk mendengar itu lebih baik dari pada korban”. Kalimat “menghampiri untuk mendengar” berarti ada tindakan aktif, datang ke rumah Allah dengan maksud untuk mendengar firman. Tindakan semacam inilah yang disebut lebih baik dibandingkan dengan orang-orang bodoh yang datang ke rumah Allah dengan mempersembahkan korban, namun hatinya belum tentu sungguh-sungguh siap mendengar firman Tuhan. Mengapa orang-orang ini disebut bodoh? Sebab mereka tidak tahu bahwa mereka telah berbuat jahat. Orang yang datang ke rumah Allah dengan tujuan tidak sungguh-sungguh mendengar firman dikatakan berbuat jahat. Mengapa demikian? Di dalam mendengar ada kecenderungan untuk taat. Hampirilah rumah Allah untuk mendengar dengan ketaatan di hati, maka firman dapat diterima dengan penuh sukacita. Mendengar juga berarti takut akan Tuhan, tidak terburu-buru dengan mulutnya untuk mengeluarkan perkataan. Di sini sifat rendah hati dengan menghormati Tuhan ada dalam tindakan mendengar. Marilah kita lebih banyak mendengar suara Tuhan yang menghidupkan kita dan yang mengoreksi sifat-sifat kita yang buruk. (Jac)
Tuhan lebih mau kita mendengarkan dan mentaati Dia.
JUMAT, 21 Nopember 2008
APA FOKUS HIDUPMU?
Ibrani 11 : 8-10
Apakah yang menjadi fokus utama kita dalam hidup ini? Hal itu dapat diketahui dari apa yang kita pikirkan pertama saat bangun pagi. Apakah kita langsung berpikir tentang pekerjaan kita, bagaimana cara menjalankan bisnis dengan lebih baik, bagaimana mencari uang lebih banyak? Atau pikiran kita langsung tertuju kepada anak, suami, istri, kekasih? Atau pikiran kita dipenuhi oleh kekuatiran akan masalah-masalah yang kita hadapi? Ataukah pikiran kita langsung tertuju kepada Tuhan, apa yang dapat kita lakukan bagi-Nya, bagaimana kita dapat menyenangkan hati-Nya sepanjang hari? Memang benar, selama kita hidup di dunia ini banyak hal yang harus kita pikirkan, tetapi jangan sampai hal-hal lain membuat fokus kita melenceng dari Tuhan. Dalam firman hari ini kita membaca tentang Abraham yang dipanggil keluar menuju ke tanah perjanjian. Walaupun ia telah tinggal di tanah yang dijanjikan dan memperoleh banyak harta, tetapi hatinya tetap ’menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah’ (ayat 10). Abraham tidak membiarkan fokus hidupnya berubah.
Coba renungkan, apakah masih ada hal-hal lain yang menarik hati kita, membuat kita tidak bisa fokus kepada Tuhan? Mari jaga hati kita agar tetap tertuju kepada Tuhan. (Ginny)
Jangan sampai hal-hal duniawi mengalihkan fokus kita dari Tuhan.
SABTU, 22 Nopember 2008
SABAR DAN PENDERITAAN
Yakobus 5 : 7-11
Di zaman akhir ini diperlukan kesabaran, terlebih saat mengalami pencobaan. Rasul Yakobus mengingatkan agar kita sabar dan menguatkan hati kita hingga kedatangan-Nya, karena kedatangan Tuhan sudah dekat! Janganlah kita mwnjadi tawar hati dan bersungut-sungut tatkala sedang mengalami pencobaan. Biarlah seperti Ayub yang sabar dan setia dengan imannya, karena orang yang sabar dalam pencobaan akan menerima kebahagiaan dari Tuhan. Hal itu dapat kita lihat dari kisah hidup Ayub, karena ia sabar maka ia menerima hadiah yang Tuhan sediakan baginya. Rasul Yakobus menggambarkan orang yang sabar seperti seorang petani yang menunggu hasil panen. Pada awalnya ia bersusah payah menanam benih, lalu ia sabar menantikan turunnya hujan sampai masa panen tiba. Setelah masa panen datang maka ia akan merasa bahagia karena apa yang telah ia kerjakan membuahkan hasil. Demikian bila kita sabar dalam penderitaan maka kita akan merasa bahagia ketika masa pencobaan usai. Jadi sabarlah dalam pencobaan, karena hasil yang kita terima akan lebih besar dari pencobaan yang kita alami. (Giant)
Sabar dan penderitaan tidak dapat dipisahkan untuk mendapat kemenangan sempurna.
MINGGU, 23 Nopember 2008
HARUS DAPAT MEMBEDAKAN
Mazmur 37 : 1-20
Daud menasihatkan supaya kita tidak marah kepada orang yang berbuat jahat dan tidak iri hati kepada orang yang berbuat curang (ayat 1), karena ”mereka akan lisut seperti rumput” (ayat 2a). Oleh sebab itu jangan risau tentang apa yang terlihat di luar dan jangan panas hati karena kekayaan orang fasik. Kita pasti tergoda oleh pikiran kita melihat kekayaan orang lain yang sebenarnya kita tahu hidupnya tidak benar di hadapan Tuhan, tetapi justru pada saat itu kita harus membedakan antara yang terlihat di luar dan apa yang sesungguhnya ada di dalam kehidupan orang tersebut. Jangan sekali-kali marah atau iri hati kepada kekayaan dan kemujuran orang fasik, sebab semuanya itu hanya sementara. Bukankah kita sering berkata, ”Mengapa Tuhan tidak memberkati aku, bukankah aku sudah rajin berbakti, membaca firman Tuhan dan melayani pekerjaan Tuhan?” Jika ini ada dalam hati kita, ingatlah bahwa pertanyaan seperti itu merupakan suatu pemberontakan secara tidak langsung kepada Tuhan. (DBR)
Anak Tuhan harus dapat membedakan kesejatian dan kesemuan.

No comments: