8 Jul 2007

MINGGU KE - 2 JULY

KALAU MAU BAHAGIA


1. BEBASKAN HATIMU DARI KEBENCIAN. Kebencian cenderung memakan kita hidup-hidup. Orang yang kita benci biasanya toh tenang-tenang saja. Ingat selalu pepatah: “Balaslah kejahatan dengan kebaikan”. Bila kita membalas kejahatan dengan kebaikan mungkin kita malah akan mendapat teman.

2. KALAU MAU BAHAGIA BEBASKAN PIKIRANMU DARI KEKUATIRAN. Jika masalah itu tidak dapat kamu pecahkan sendiri, letakkan ke dalam tangan Tuhan dan pindahlah pada hal lain yang lebih produktif. Jika kita bisa menabung seribu rupiah untuk setiap menit yang kita sia-siakan karena kuatir, kita bisa jadi sangat kaya.

3. HIDUPLAH SEDERHANA. Kekayaan dunia ini membawa kepuasan yang sementara dan berlangsung sampai kita menemukan kekayaan lain yang lebih besar. Nikmati keindahan yang Tuhan sudah sediakan dan jangan buang waktu dengan menumpuk harta sementara di dunia. Percayalah, harta duniawi tidak pernah membawa kebahagiaan sejati.

4. BERI LEBIH BANYAK. Bukan hanya uang saja, walaupun seringkali memberi uang jauh lebih gampang, melainkan beri juga waktumu. Usahakan untuk benar-benar mengenal setiap orang yang ada di sekitarmu. Berikan telingamu, senyummu, kehidupanmu dan nikmati bermacam-macam kepribadian yang kau jumpai dalam hidupmu. Dengan melakukan ini engkau telah membuka pintu yang luar biasa indahnya.

5. TURUNKAN STANDAR PENGHARAPANMU. Jangan menetapkan standar pengharapan kepada orang lain terlalu tinggi sehingga mereka tidak pernah mencapainya. Tempatkan dirimu pada posisi mereka sebelum menghakimi. Anda tidak pernah tahu apa yang telah mereka lalui yang membuat mereka berada di tempat penghakiman itu.

6. SELALU DAHULUKAN TUHAN. Kita cenderung untuk mencari Tuhan hanya ketika masalah sudah parah, tapi kita lupa untuk memuji Dia ketika semua berjalan baik. Dahulukan Tuhan dalam setiap hal yang engkau lakukan, baik atau buruk. Percayalah pada Dia bahwa kehendak-Nya pasti terjadi, apapun itu.

7. BEKERJALAH UNTUK HIDUP. Bukan hidup untuk bekerja. Rahasia hidup adalah menikmati setiap waktu selagi berlalu.











Senin, 9 Juli 2007


PENGHASUT ATAU PENDAMAI?


Lukas 23 : 1-12

Saat Yesus dibawa menghadap Pilatus, tuduhan yang diberikan adalah bahwa Ia ”menghasut” rakyat dengan ajaran-Nya. Tetapi karena Pilatus tidak mendapati kesalahan apapun pada Yesus, ia mengirimkan Yesus kepada Herodes. Herodes sudah pernah mendengar tentang Yesus dan sangat ingin melihat-Nya. Ia ingin melihat mujizat yang dilakukan oleh Yesus. Tetapi Yesus tidak memberi jawab apapun terhadap pertanyaan-pertanyaannya sehingga akhirnya Herodes mengirimkan Yesus kembali kepada Pilatus. Firman Tuhan berkata, ”Dan pada hari itu juga bersahabatlah Herodes dan Pilatus; sebelum itu mereka bermusuhan.” (ayat 12). Betapa hebatnya Tuhan kita! Bahkan bagi orang-orang yang tidak percayapun Yesus menjadi Jurudamai. Bagaimana Yesus bisa dituduh sebagai ”penghasut”?
Firman Tuhan berkata Yesus adalah Raja Damai (Yesaya 9 : 5); dan Yesus berkata bahwa orang yang membawa damai akan disebut anak-anak Allah (Matius 5 : 9). Seringkali kita menyebut diri sebagai anak-anak Tuhan, tetapi tidak menjadi pendamai bagi orang-orang yang bermusuhan; malah lebih parah lagi, kita suka mengambil kesempatan ”memancing di air keruh”. Sudah tahu orang sedang berselisih, kita tidak mendamaikan tetapi malah ”mengompori” sehingga keadaan bukannya bertambah baik tapi bertambah kacau. Penulis Amsal berkata, ”Orang yang curang menimbulkan pertengkaran, dan seorang pemfitnah menceraikan sahabat yang karib.” (Amsal 16 : 28). Atau mungkin juga, kita seperti Pilatus dan Herodes yang bermusuhan sampai bertahun-tahun, karena dendam yang kita simpan dalam hati kita. ”Pokoknya sampai mati, saya tidak mau berbaikan dengan dia!” Begitukah? Firman Tuhan berkata, ”Jikalau Tuhan berkenan kepada jalan seseorang, maka musuh orang itupun didamaikan-Nya dengan dia.” (Amsal 16 : 7). Kalau kita tidak mau berdamai dengan orang, bagaimana Tuhan berkenan kepada kita?
Sebagai anak-anak Tuhan yang harus menjadi pembawa damai, apakah kita mau menjadi pendamai seperti Bapa kita, ataukah kita lebih suka menjadi seorang pemfitnah dan penghasut yang suka menimbulkan pertengkaran bagi orang lain? Mari kita introspeksi diri kita! (Ginny)

Jangan mengaku sebagai anak Tuhan kalau suka bikin pertengkaran!

Selasa, 10 JULI 2007
ORANG KRISTEN DAN ANAK ALLAH : SAMAKAH?

I Yohanes 2 : 28 - 3 : 10

Kita sering berpikir bahwa menerima Yesus menjadi Juruselamat adalah dengan menjadi orang Kristen, lalu beribadah ke gereja; dan dengan menjadi orang Kristen otomatis kita menjadi anak Allah. Tetapi berapa banyak orang yang mengaku dirinya ”Kristen” sesungguhnya tidak menunjukkan ciri-ciri ”anak Allah”?
Firman Tuhan hari ini jelas mengatakan bahwa, ”Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya.” (ayat 10). Banyak orang yang pergi ke gereja dan mengaku dirinya ”Kristen”, tetapi ternyata masih suka hidup dalam dosa. Mereka lebih suka ”kebenaran dunia” dari pada ”kebenaran firman Tuhan”. Dunia mengatakan yang kuat yang menang, maka jangan mau mengalah kalau tidak mau diinjak. Dunia mengatakan uang adalah segalanya, uang yang memegang kekuasaan, maka carilah uang sebanyak-banyaknya supaya berkuasa dan dihormati orang. Dunia mengatakan nikmatilah hidup selagi bisa, maka hiduplah berfoya-foya dan nikmati segala kesenangan. Karena tipuan Iblis ini, banyak orang Kristen jadi hidup seperti orang yang tidak mengenal firman Tuhan. Orang dunia menipu, kita juga ikut menipu; orang dunia korupsi, kita juga ikut korupsi; orang dunia mabuk-mabukan, kita juga ikut mabuk-mabukan; orang dunia berjudi, kita juga ikut berjudi; orang dunia selingkuh, kita juga ikut selingkuh; orang dunia cerai, kita juga ikut cerai. Lalu, apa bedanya kita yang disebut ”anak Allah” dengan orang dunia yang tidak mengenal Allah?
Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Rasul Paulus menulis, ”Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup. Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.” (Roma 8 : 13-14). Yohanes menasihatkan, ”Anak-anakku, janganlah membiarkan seorangpun menyesatkan kamu. Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar. Barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya...” (ayat 7-8). Dalam doa kepada Bapa-Nya, Yesus berkata, ”Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.” (Yohanes 17 : 17). Bagi anak-anak Tuhan, kebenaran kita adalah firman Tuhan, itulah yang harus kita pegang, dan biarlah hidup kita selalu dipimpin oleh Roh Kudus. (Ginny)

Anda anak Allah? Hiduplah kudus sesuai firman Tuhan!





Rabu, 11 Juli 2007

SETIA DALAM PELAYANAN

Bilangan 12 : 1-16

Musa adalah nabi yang sangat dipercaya dan dikasihi oleh Allah. Allah selalu berbicara secara langsung dengan Musa (ayat 8). Pada saat Musa menikahi perempuan Kusy, kesempatan itu dipergunakan oleh Miryam dan Harun untuk mengatai Musa karena mereka iri hati. Akibatnya Miryam dan Harun mengalami hukuman yaitu sakit kusta. Rasa iri hati dapat timbul kepada siapa saja tidak terkecuali orang-orang yang mengasihi Tuhan. Bila rasa iri hati menguasai seseorang maka akan timbul kebencian kepada orang yang diirikan. Ingatlah, iri hati bukan berasal dari Allah, tetapi benih yang ditabur oleh Iblis. Melalui renungan hari ini kita belajar tentang melayani Tuhan: 1. Melayani Tuhan membutuhkan tanggung jawab dan kedisiplinan. Fokus dari pelayanan kita terletak pada tujuan yang Tuhan berikan pada kita. Tanggung jawab dalam pelayanan kita adalah untuk setia, siap ditegor/dikoreksi dan selalu mau belajar untuk menuju kedewasaan. 2. Melayani Tuhan tidak boleh membanggakan prestasi (Filipi 3 : 12-14). Kadangkala kita bangga dengan keberhasilan atau prestasi yang kita dapat. Kebanggaan yang berlebihan akan membawa kita menjadi orang yang sombong. Ingatlah, kebanggaan kita hanyalah terletak kepada anugerah dan kepercayaan Tuhan karena kalau kita percaya Tuhan, mempercayakan hidup kepada Tuhan dan dapat dipercaya Tuhan, ini merupakan kebahagiaan yang tidak ada taranya. 3. Melayani Tuhan harus dengan motivasi yang bersih. Motivasi yang benar dalam melayani adalah bahwa apa yang kita kerjakan semuanya hanya untuk kebesaran dan kemuliaan nama Tuhan. Di dalam kita melayani hendaknya bukan untuk mencari nama atau kedudukan dan juga bukan untuk keuntungan pribadi (I Korintus 10 : 24; I Timotius 6 : 5-6), serta tidak mengingini karunia-karunia orang lain (Yohanes 3 : 27). 4. Melayani Tuhan ada upahnya. Ada upah untuk kesetiaan kita (Wahyu 2 : 10), ada upah untuk ketidaksetiaan (Bilangan 12 : 9-10, 15).
Jadi maju terus di dalam pelayanan kita, jangan ada rasa iri hati karena hal tersebut menghambat pelayanan dan pertumbuhan iman kita kepada Allah. (Aping)

Kalau untuk ketidaksetiaan saja ada upahnya, apalagi untuk kesetiaan.

Kamis, 12 Juli 2007

KARAKTER KRISTUS? UNTUK APA?

Roma 8 : 29

Film Armageddon berkisah tentang sebuah ancaman bencana yang teramat besar bagi dunia karena ada sebuah meteor atau asteroid (sebesar pulau Jawa) yang keluar dari orbit dan sedang meluncur ke bumi (tepatnya di laut Pasifik). Jika ini terjadi, maka efeknya akan sama dengan ledakan ratusan ribu bom nuklir. Asteroid itu akan mendidihkan jutaan galon air laut dan akan menimbulkan gelombang setinggi 4,5 km yang menenggelamkan sebagian dunia ini. Akhirnya Amerika Serikat merencanakan misi penyelamatan. Untuk itu mereka membentuk sebuah tim kecil yang terdiri dari seorang insinyur, seorang ayah dari keluarga berantakan, mafia, mantan narapidana, perampok, penjudi dan playboy. Setelah mengalami berbagai kesulitan, akhirnya tim ini berhasil meledakkan asteroid itu. Dalam film ini, karakter tidak terlalu penting asal tugas bisa diselesaikan.
Dalam hidup nyata benarkah hal itu? Alkitab mencatat bahwa Allah justru sangat menaruh perhatian terhadap karakter. Sejak kita menerima Dia sebagai Tuhan, maka sejak itu pula Dia membentuk karakter kita. Dia tidak terburu-buru dan Dia begitu sabar untuk terus menerus melakukannya sekalipun itu membutuhkan waktu seumur hidup kita. Dia punya target yang sangat jelas yaitu membentuk karakter kita sampai serupa dengan karakter Yesus Kristus.

Kalau kita mau seperti Yesus, karakter kita juga harus seperti Dia.

Jumat, 13 Juli 2007

KUATKANLAH HATIMU

Yohanes 16 : 33

Ketika Tuhan memerintahkan hamba-Nya untuk melakukan suatu tugas penting, Dia selalu mengatakan “Kuatkanlah hatimu...”. Dia mengatakan kepada Yosua berulang kali sebelum Yosua membawa bangsa Israel masuk ke tanah Kanaan. Dia juga mengatakan kepada Gideon sebelum mengalahkan bangsa Midian. Dan kepada nabi-nabi lain dalam Perjanjian Lama. Begitu juga dalam bacaan hari ini, Yesus sendiri mengatakan kepada murid-murid-Nya sebelum Dia ditangkap dan disalibkan. Mengapa demikian? Yesus tahu bahwa kita manusia cenderung mudah menciut hati ketika menghadapi tantangan yang sangat berat. Yosua harus menghadapi raksasa-raksasa yang menghuni Kanaan, Gideon menghadapi Midian yang begitu kuat dan kasar, murid-murid harus bersiap menghadapi aniaya karena mengikut Yesus. Perkataan Yesus itu juga berlaku sampai sekarang. Kita juga cenderung mudah takut, ragu dan bimbang menghadapi tantangan dari musuh-musuh kita yang kelihatan ‘lebih kuat’ dari kita. Tantangan yang berupa keadaan yang kacau balau, masa depan tidak pasti, ancaman terhadap keselamatan kita, tekanan-tekanan dan pencobaan Iblis. Tetapi satu hal perlu kita ingat bahwa kita tidak terkalahkan bersama Allah (Roma 8 : 31), dan Yesus juga memberi jaminan, Dia telah mengalahkan dunia. Jadi tugas kita, saat kita merasa takut, gentar dan tidak berdaya adalah untuk menguatkan hati kita dan tinggal menanti kemenangan Tuhan nyata. (cubs)

Kita perlu bertahan sekuat tenaga dan memfokuskan segenap daya kepada Yesus, bukan ke masalah kita.

Sabtu, 14 Juli 2007

DAMAI YANG HILANG

Kejadian 41 : 1-32

Kejadian 41 menyebutkan bahwa Firaun mendapat dua mimpi aneh pada malam yang sama. Karena kedua mimpi tersebut tampaknya mengandung pesan khusus dan ia tidak dapat memahami maknanya, maka ia menjadi gelisah. Dipanggilnya “orang-orang pintar” untuk menafsirkan kedua mimpi itu, tetapi mereka tidak sanggup sehingga kegelisahan Firaun semakin menjadi-jadi. Firaun lalu memanggil Yusuf yang kemudian berhasil menenangkannya dengan kata-kata berikut, “Tuhan akan memberikan jawaban yang membawa damai kepada Firaun.” (ayat 16). Yang menarik di sini ialah Tuhan tidak berjanji bahwa setiap aspek mimpi itu akan dijelaskan, tetapi Ia menawarkan suatu jawaban yang “mendatangkan damai” bagi Firaun. Melalui Yusuf, Tuhan akhirnya menjelaskan arti mimpi itu secara rinci. Orang yang terjun dalam pelayanan pada umumnya menginginkan supaya semuanya dijelaskan: “Ke mana saya harus pergi? Apakah saya akan dibayar untuk pelayanan ini? Siapa rekan sekerja saya? Apakah fasilitas yang saya dapat?” Menurut waktu yang ditentukan Tuhan, beberapa dari pertanyaan-pertanyaan ini pada akhirnya akan terjawab dengan sendirinya. Tetapi itu semua bukan ukuran damai sejahtera. (DBR)

Damai sejahtera tidak terletak pada penjelasan yang diberikan, namun pada Dia sumber damai sejahtera.

Minggu, 15 Juli 2007

IMAN YANG BERTUMBUH

II Timotius 1 : 13

Anda ingin iman Anda bertumbuh dengan baik? Rasul Paulus menerangkan kepada Timotius dalam bacaan kita hari ini bagaimana bertumbuh dalam iman kepada Kristus. Yang pertama, kita harus memegang firman yang telah kita dengar. Kita ketahui bersama bahwa iman timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh firman Kristus (Roma 10 : 17). Oleh sebab itu milikilah telinga yang selalu senang mendengar firman Tuhan, jangan memiliki telinga yang suka mendengar gosip. Gosip akan menghancurkan hubungan kita dengan sesama kita. Gosip tidak ada gunanya. Oleh karena itu marilah kita senantiasa rindu mendengarkan firman Tuhan dan simpanlah firman itu dalam hati Anda. Kedua, agar iman itu nyata maka kita harus melakukan setiap firman yang kita dengar. Saat kita mencoba mempraktekkan firman itu kita harus melakukannya dalam iman dan kasih. Dengan iman kita percaya bahwa firman itu akan mengubahkan dan mendewasakan diri kita. Dengan kasih firman itu akan lebih nyata dan dapat dirasakan oleh diri kita dan orang di sekeliling kita. Oleh sebab itu mari kita lakukan firman Tuhan dalam iman dan kasih.
Jika kita mau melakukan ajaran Rasul Paulus ini maka iman kita akan bertumbuh dan akan menghasilkan buah yang nyata sehingga hidup kita dapat menjadi saksi Kristus. (Giant)

Tidak ada suatu apapun yang dapat tumbuh tanpa dipelihara dan diberi makan. Begitu juga iman.

No comments: