28 Jun 2007

Minggu ke - 1 July

HUBUNGAN YANG MEMBERKATI

Hubungan hanya bisa terjadi antara dua pihak yang sepakat untuk ‘kontak’ atau menjalin komunikasi dua arah dengan cara bermacam-macam. Pihak-pihak yang mempunyai hak untuk membangun sebuah hubunganpun bermacam-macam.
Kita kenal hubungan per’teman’an, per’saudara’an, per’kolega’an atau ‘suami-istri’, ‘orangtua-anak’, ‘atasan-bawahan’ dan sebagainya. Itu yang wajar dan yang biasa terjadi. Yang mungkin agak ‘tidak wajar’ adalah seperti per’musuh’an, ‘dengan diri sendiri’, ‘penyayang binatang’ dan lain-lain. Kata kunci dalam membangun hubungan yang diberikan di atas adalah ‘kontak’ atau menjalin komunikasi. Itulah yang disebut hubungan. Hubungan hanya bisa terjadi bila kedua pihak sepakat, artinya hubungan tidak akan terjadi bila hanya dikehendaki oleh salah satu pihak saja.
Hubungan ada yang berjangka waktu ‘pendek’, ‘sedang’ atau ‘seumur hidup’, bahkan ‘selama-lamanya’. Sifat hubungan itu tidak tetap. Setiap hubungan pasti mengalami perubahan. Karena setiap orang juga pasti mengalami perubahan dalam hidupnya.
Masalah timbul dalam hubungan ketika salah satu pihak tidak menyikapi atau menanggapi perubahan yang terjadi dengan ‘hikmat’. Kenapa bisa sampai terjadi masalah? Karena hubungan yang dibangun itu telah diganggu oleh bermacam-macam faktor yang timbul dari luar, dari alam sekitar, dari pengaruh-pengaruh lain, dari televisi, film, dari fitnah, kebiasaan, budaya dan sebagainya. Dibutuhkan hikmat yang besar untuk bisa mempertahankan sebuah hubungan, apalagi hubungan yang saling memberkati!
Ketika pengaruh dari luar sedikit atau tidak terlalu banyak, lebih mudah untuk mempertahankan hubungan-hubungan. Contoh: tingkat perceraian lebih banyak terjadi di kota besar daripada di kota kecil.
Ketika Tuhan baru menciptakan Adam di Taman Eden, Dia dan Adam dikatakan memiliki persekutuan yang erat. Tidak ada pengaruh luar yang mengganggu hubungan itu. Tetapi ketika ular datang dan ‘merayu’ Hawa, itulah contoh pengaruh luar yang akhirnya berakibat rusaknya hubungan antara Allah dan manusia. Kita patut bersyukur bahwa Allah begitu mengasihi kita sampai Dia mau berupaya untuk memulihkan hubungan-Nya dengan manusia. Dia adalah Tuhan yang berkuasa, bisa saja Dia memilih untuk meninggalkan manusia dan membuat ciptaan lain yang dapat menggantikan manusia.
Berdasarkan uraian di atas, dan berdasarkan apa yang Alkitab coba jelaskan dengan contoh dan perumpamaan tentang ‘Hubungan yang Memberkati’’ maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. ‘Hubungan yang Memberkati’ harus dibangun menurut model yang ada dalam Alkitab. Yaitu di antaranya, saling mengasihi (Yohanes 13 : 35), tidak mementingkan diri sendiri (Filipi 2 : 4), menghormati orang lain/tidak egois (Filipi 2 : 3), merendahkan diri dan melayani orang lain (Filipi 2 : 7-8).
2. Setiap pihak yang membangun ‘Hubungan yang Memberkati’ harus terus menerus minta hikmat dari Tuhan dan kemauan untuk introspeksi (memeriksa diri sendiri) supaya dapat memelihara dan mempertahankan hubungan-hubungannya.
3. Kedua belah pihak harus bersama-sama berkemauan dan berusaha untuk mempertahankan dan memelihara hubungan. ‘Hubungan yang Memberkati’ yang sudah dibangun TIDAK dengan sendirinya akan bertahan. Dibutuhkan usaha yang tidak berkeputusan untuk mempertahankan hubungan.
4. ‘Hubungan yang Memberkati’ tidak bisa dibangun atas dasar keterpaksaan dari salah satu pihak.
5. ‘Hubungan yang Memberkati’ harus bersifat terbuka, jujur dan fleksibel antara satu dengan lain. Kedua pihak yang berkepentingan harus sama-sama menghendaki dan menanamkan sifat-sifat itu dalam dirinya.
6. ‘Hubungan yang Memberkati’ harus membuat kedua belah pihak menikmati hubungan yang terjadi dan bertumbuh bersama serta membawa kebaikan.
Kenapa kita harus membangun ‘Hubungan yang Memberkati’? Apa manfaatnya buat kita? ‘Hubungan yang Memberkati’ memberikan manfaat:
1. supaya kita melakukan perintah Tuhan. Tuhan menghendaki hubungan yang memberkati baik dengan Dia maupun sesama kita.
2. supaya kita dapat belajar dari orang lain. Firman Tuhan berkata, besi menajamkan besi (Amsal 27 : 17).
3. supaya kita punya hidup yang penuh dan berkelimpahan.
4. supaya kita dapat bersyukur senantiasa.
Allah sudah pasti menghendaki ‘Hubungan yang Memberkati’ dengan manusia. Kalau tidak, Dia tidak akan susah payah memulihkan hubungan yang rusak karena dosa itu. Tinggal bagaimana dengan kita? Apakah kita mau berupaya memulihkan hubungan itu? Demikian juga dalam hal hubungan kita dan sesama kita, mungkin ada hubungan-hubungan kita yang rusak, bagaimana, apakah kita mau memperbaikinya? Apakah kita mau mengembalikan dari hubungan yang rusak menjadi ‘Hubungan yang Memberkati’? Bila kita mau, hanya ada satu cara yang berlaku untuk semua macam hubungan. Cara memulihkan hubungan adalah cara yang diberikan Yesus lewat perumpamaan ‘anak yang hilang’ (Lukas 15), yaitu:
1. Berdoa kepada Tuhan, minta petunjuk penyelesaian dan hati yang terbuka dari kedua pihak.
2. Introspeksi dan tidak mencari kambing hitam.
3. Secara terbuka dan bersama-sama menyelesaikan masalah yang terjadi.
4. Melupakan dan tidak mengungkit lagi tentang masalah yang sudah selesai itu.
Setiap ‘Hubungan yang Memberkati’ yang sudah terbentuk bisa terbentuk karena kehendak Tuhan untuk kebaikan kita, karena itu kita wajib mempertahankan dan memeliharanya dengan segala kesungguhan karena itulah kehendak Tuhan buat kita. (cubs)

Senin, 2 Juli 2007

MENJAGA KESETIAAN

II Timotius 1 : 3-18

Kesetiaan adalah sebuah sifat yang ingin dimiliki banyak orang tetapi hanya sedikit yang dapat melakukannya. Dengan memiliki kesetiaan kepada Tuhan kita akan dengan mudah hidup menurut apa yang telah diperintahkan-Nya. Tidak ada ruginya jika kita memiliki kesetiaan, terlebih lagi kesetiaan yang ditunjukkan dan diberikan kepada Allah. Melalui renungan hari ini kita belajar bagaimana kesetiaan dapat kita jaga dan maksimalkan kerjanya: 1. Kesetiaan membutuhkan kesiapan untuk menderita. Omong kosong bila kita mengaku setia tapi tidak mau menderita. Kita tidak boleh mau enaknya saja. Kalau hal itu sampai menghinggapi kita maka kita akan menjadi orang munafik yang menghalalkan segala cara. 2. Kesetiaan membutuhkan pengenalan akan Allah. Kesetiaan akan timbul dengan sendirinya kalau kita kenal Allah (ayat 12). Kita dapat saja tidak setia karena kita pikir bahwa Tuhan tidak membela dan memberkati hidup kita. Pikiran ini timbul kalau kita tidak mengenal Tuhan dengan baik dan benar. 3. Kesetiaan membutuhkan iman. Kesetiaan identik dengan iman karena kalau kita memiliki iman yang bertumbuh dengan kuat kepada Kristus maka kita pasti juga akan setia pada-Nya. 4. Kesetiaan selalu mendatangkan hasil positif. Orang yang memiliki kepintaran dapat hancur karena kesombongannya, tetapi orang yang setia pada Allah akan melihat kemenangan (Mikha 7 : 10-13). Kesetiaan dalam Tuhan akan mendatangkan kemuliaan bagi kita karena Tuhan akan berpihak kepada orang yang setia kepada-Nya. Kesetiaan kita kepada Allah adalah sumber kekuatan dan kemenangan kita. Kesetiaan adalah sumber mujizat di dalam hidup kita. Kalau Yesus Kristus saja telah menunjukkan teladan kesetiaan-Nya kepada kita maka patutlah kita mengikuti teladan-Nya itu.
Jadi maksimalkan kesetiaan yang ada dan menjaganya jangan sampai hilang. (Aping)

Menjaga kesetiaan itu tidak mudah, tetapi kita sudah punya teladan yaitu Yesus. Tinggal mengikuti saja.




Selasa, 3 Juli 2007

TIDAK ADA HUBUNGAN DENGAN TUHAN

Yohanes 13 : 8

Terlalu sering kita tidak mau memikul tanggung jawab dan menyalahkan orang lain, mencari “kambing hitam”. Dan pihak yang paling sering kita jadikan “kambing hitam” adalah Tuhan. Karena Tuhan tidak kelihatan, dan Tuhan tidak mungkin menghindar. Padahal itu sebenarnya adalah kesalahan kita, kita yang berbuat. Contoh, bila seorang butuh pekerjaan. Dia sudah berdoa, memasukkan lamaran kerja, tetapi dalam jangka waktu yang cukup lama, tetap belum mendapat pekerjaan. Sangat mudah bila ditanya orang, jawabannya adalah, “Oh, Tuhan belum kasih saya pekerjaan.” Mungkin juga jawaban itu benar, tetapi sebenarnya, Tuhan tidak ada hubungannya dengan orang itu mendapatkan pekerjaan. Yang harus lebih diperhatikan sebenarnya adalah apakah dia sudah mengajukan lamaran yang tepat? Yang sesuai dengan kualifikasinya? Bagaimana waktu diwawancara? Dan sebagainya. Ada orang yang sudah diterima bekerja sebenarnya, tetapi menolak karena pekerjaannya terlalu berat, lokasinya jauh dari rumah, kantornya tidak nyaman dan lain-lain. Kalau orang itu tidak bekerja, apakah itu salah Tuhan? Atau salah orang itu sendiri karena tidak memenuhi syarat atau malas?
Dalam bacaan hari ini Yesus berkata kepada Petrus bahwa kalau Tuhan tidak membasuh kaki Petrus, maka mereka putus hubungan. Artinya, kalau Petrus tidak mau dibasuh kakinya, dia tidak lagi berhubungan dengan Yesus. Itu juga masih berlaku dengan kita, kalau kita tidak mau taat maka artinya kita menolak berhubungan dengan Tuhan dan apa yang terjadi dalam hidup kita tidak ada hubungannya dengan Tuhan. (cubs)


Jangan menyalahkan Tuhan kalau kita tidak mau berhubungan dengan Dia.

Rabu, 4 Juli 2007

AWET MUDA

Matius 6 : 25-34

Ungkapan “awet muda” biasanya dikaitkan dengan upaya menangkis penuaan melalui gaya hidup sehat. Padahal, sikap hati yang dipenuhi semangat mudalah yang dapat membuat kita awet muda. Sikap seperti itu ditandai oleh: 1. Tekad. Menghadapi hidup ini dengan jiwa muda termasuk mempertahankan perjuangan hidup, sudut pandang yang optimis, dan keyakinan yang tidak pernah pupus tentang Yesus yang menjanjikan kepada kita hidup yang berkelimpahan (Yohanes 10 : 10b). Apakah Anda sudah berusaha meneladani Yesus? 2. Kemauan untuk terus belajar. Jiwa muda ditandai dengan adanya keinginan mempunyai ide-ide baru sehingga membuat perubahan-perubahan dan mampu beradaptasi dengan hal-hal baru. Bagi orang Kristen, firman Tuhan adalah sumber utama untuk dipelajari (II Timotius 3 : 16). Apa yang telah Anda pelajari dari Alkitab minggu ini? Apa dampaknya terhadap hidup Anda? 3. Berpengharapan di tengah pencobaan. Jiwa muda pantang menyerah dan mampu menemukan arti dan kekuatan dalam penderitaan (Roma 5 : 3-5). Mintalah supaya Tuhan mempertebal kepercayaan Anda kepada-Nya sehingga Anda berlimpah dengan pengharapan (Roma 15 : 13). 4. Keinginan untuk berteman. Jiwa muda selalu rindu menggalang persahabatan. Mintalah Roh Kudus membimbing supaya Anda mendapatkan teman-teman yang tepat.
Salah satu hal yang menghalangi kita tetap awet muda adalah berpusat pada diri kita sendiri. Hal itu dapat membuat kita tertutup terhadap ide-ide baru, orang-orang baru dan bahkan kehendak Tuhan. Patuhilah perintah Kristus untuk dapat menyangkal diri. (DBR)

Tinggalkan sikap menutup diri. Usahakan mempunyai sikap hati yang dipenuhi semangat muda.

Kamis, 5 Juli 2007

KOTOR

Matius 12 : 43-45

Suatu sore, saat saya sedang istirahat di rumah, tiba-tiba terdengar suara barang jatuh di dapur. Mendengar suara itu sayapun pergi ke dapur, lalu saya melihat seekor tikus di sana. Saya berpikir kenapa ada seekor tikus di dapur saya? Ternyata tikus itu ada karena kesibukan saya sehingga tidak punya waktu untuk bersih-bersih sehingga rumah dan dapurpun menjadi kotor. Melihat rumah yang kotor tikuspun datang. Tikus sangat senang dengan tempat yang kotor. Kemudian sayapun membersihkan rumah saya dan tikuspun pergi dari sana.
Hidup manusia sama seperti rumah saya. Saat diri kita kotor oleh dosa-dosa yang kita buat, Iblispun senang tinggal di dalamnya. Agar Iblis pergi dari hidup kita maka hidup kita harus dibersihkan. Melalui firman Tuhan hidup kita dapat dibersihkan. Oleh sebab itu relakan diri kita dibersihkan oleh Tuhan dengan firman-Nya. Setelah Tuhan membersihkan hidup kita, kita harus senantiasa menjaganya agar tetap bersih dengan cara melakukan firman itu setiap waktu. Kita juga harus dapat mematikan keinginan daging kita (Galatia 5 : 19-21) agar hidup kita tidak kotor lagi. Bila kita tidak dapat menjaga hidup kita tetap bersih maka akibatnya Iblis akan datang kembali dan bahkan ia akan membawa teman-temannya (ayat 45). Tentunya kita tidak mau Iblis datang kembali dalam hidup kita. Oleh karena itu tetaplah jaga kebersihan hidup kita agar Tuhan sendiri yang tinggal dalam hidup kita. (Giant)

Kotor = dosa = Iblis. Bersih = kudus = Yesus. Pilihan ada di tangan Anda.




Jumat, 6 Juli 2007

DAMAI ITU INDAH

Matius 5 :9

Suatu hari saat saya ke rumah teman, dalam perjalanan saya melihat sebuah spanduk besar yang bertuliskan “Damai itu indah”. Saat saya membaca spanduk itu, saya mulai menyadari bahwa memang benar damai itu sangat diperlukan manusia. Damai itu menjadi suatu kebutuhan primer manusia. Suatu kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi dalam hidup. Apakah artinya kita memiliki harta yang melimpah bila damai tidak ada dalam hidup ini? Ketika damai hilang dalam hidup kita maka rasa takut, gelisah, waswas dan curiga yang akan memenuhi hidup kita. Jadi setiap manusia membutuhkan damai, tanpa damai hidupnya tidak akan tenteram. Seperti halnya Tuhan Yesus, saat murid-murid-Nya ketakutan setelah Dia di salib, Tuhan Yesus datang kepada mereka dan berkata, “Damai sejahtera bagi kamu.” (Lukas 24 : 36). Tuhan Yesus datang membawa damai bagi murid-murid-Nya sehingga rasa takut yang dirasakan berubah menjadi rasa tenang, aman dan nyaman. Bila kita perhatikan zaman sekarang ini, kita akan menemukan banyak orang yang telah kehilangan damai. Mereka menjadi takut karena keadaan zaman yang tidak menentu. Oleh sebab itu sudah menjadi tugas kita sebagai pengikut Kristus untuk menjadi duta damai bagi sesama kita. (Giant)

Yesus disebut Raja Damai.

Sabtu, 7 Juli 2007

AKIBAT KESENGSARAAN

Roma 5 : 1-5

Kesengsaraan dapat membuat orang semakin dekat atau semakin jauh dari Tuhan. Sayangnya kesengsaraan seringkali membuat orang menjadi kepahitan, kehilangan harapan, lalu marah kepada Tuhan dan bahkan meninggalkan-Nya. Kesengsaraan dapat membuat orang tidak mau lagi berharap kepada-Nya. Ketika anaknya yang berusia 3 tahun meninggal dunia, seorang ibu menjadi marah, lalu membanting salib dari plastik yang dicium anaknya sebelum meninggal sehingga salib itu pecah. Dalam keadaan seperti ini masih adakah alasan untuk berharap kepada Tuhan? Sayangnya tidak semua orang menyadari dan dapat menerima apa yang dikatakan oleh bacaan kita hari ini, khususnya ayat 3-5. Kesengsaraan itu bagaikan obat bius yang membuat ibu ini menjadi mati rasa sehingga menutup diri dan tidak dapat lagi merasakan kasih Tuhan Yesus yang telah mati baginya dan bagi anaknya yang kini telah bahagia di pangkuan Bapa. (DBR)

Sengsara cuma sebentar, jadi jangan lepaskan Yesus.

Minggu, 8 Juli 2007

SEMUA BAIK

Roma 8 : 28

Selama kita menanti janji Tuhan digenapi dalam hidup ini, dibutuhkan kesabaran dan ketekunan. Tidak jarang, kita perlu sangat bersabar karena janji Tuhan sepertinya lama sekali. Abraham membutuhkan waktu 25 tahun menanti Ishak dilahirkan. Tidak jarang juga, semuanya kelihatan amburadul, hancur total, bukannya membaik seperti yang dikatakan firman, malah sebaliknya, tambah kacau balau, bagaimana bisa? Sebagai orang percaya, apapun situasinya saat ini, kita harus tetap percaya, bahwa pada akhirnya semua akan mendatangkan kebaikan. Yang Tuhan perlukan adalah kerja sama kita, ketaatan kita dan kesabaran kita. Dia berkata bahwa Dia “turut” bekerja. Dia tidak bilang bahwa “hanya” Dia yang bekerja. Jadi Dia juga ingin kita melakukan bagian kita. Kalau kita mengasihi Dia, maka melakukan bagian kita tidak sulit dan kita akan lihat bahwa pada akhirnya SEMUA BAIK. (cubs)

Dalam Yesus dan bersama Yesus, semua jadi baik.

2 comments:

Anonymous said...

wah bener banget lho kak, baru sadar kalo kita ini bener2 mementingkan diri sendiri, sampe Tuhan pun diperalat melalui doa yg disusun dgn rapi & berisi kata2 yg muluk2

Anonymous said...

wah websitenya tambah keren nich kak, salut dech!! gambar2 nya bagus2 lho
TUHAN MEMBERKATI & TETAP SEMANGAT!!