2 Aug 2008

Minggu ke 1 Augusus


MENGATASI KEPUTUSASAAN

Ada saat-saat setelah kita berkali-kali berusaha dan tidak berhasil juga, kita merasa putus asa. Kita merasa tidak ada kemungkinan lagi untuk berhasil. Kita merasa bahwa memang kita orang bodoh, tidak berpengharapan, sudah ‘jatah’nya sial dan sebagainya. Mungkin ketika kita baru gagal beberapa kali, kita masih bisa menyemangati diri kita untuk terus berusaha, siapa tahu kali berikutnya kita berhasil. Tetapi ketika kemudian kita mencoba lagi beberapa kali dan belum berhasil, pikiran “jangan-jangan….” mulai masuk. Bila kita tidak cepat-cepat membereskan pikiran itu dengan firman Allah, maka semakin lama pikiran itu akan semakin merasuk dan menjadi racun yang disebut keputusasaan dan lama-lama akan menjadi tembok besar yang menghalangi rencana Allah jadi dalam hidup kita. Putus asa adalah salah satu penghalang yang harus diatasi supaya kita bisa menikmati tanah Kanaan, bisa menerima dan melihat janji Tuhan tergenapi dalam kehidupan kita. Putus asa juga bisa masuk ke dalam pikiran setiap orang tanpa kecuali. Jangan pernah berpikir bahwa karena ‘saya orang Kristen’ maka saya tidak akan pernah bisa putus asa. Itu adalah suatu pemikiran yang keliru, sebagai orang Kristen bahkan yang sudah melayanipun masih bisa putus asa. Kita perlu senantiasa tetap berjaga-jaga supaya benih putus asa tidak masuk dalam pikiran kita. Bila kita lengah, benih itu akan masuk dan dengan sangat cepat bertumbuh dan menguasai seluruh pikiran dan hati kita dan apa yang telah kita lakukan sebelumnya menjadi sia-sia. Ada yang mau? Saya tidak!
Seringkali manusia tidak sadar bahwa dia putus asa. Banyak yang berpikir, “ah, saya tidak putus asa, saya cuma sudah malas mencoba saja, habis, sudah berkali-kali tidak berhasil…”, atau, “…saya tidak lihat jalan keluar, buat apa terus…”, dan sebagainya. Ada beberapa langkah untuk mengatasi keputusasaan :
1. Kenali dan akui bahwa kita putus asa.
Sebelum kita dapat menghadapi dan mengatasi keputusasaan, pertama-tama kita harus mengenali dan mengakui bahwa ‘saya putus asa’. Ada 4 faktor yang menandai seseorang yang putus asa. Pertama keLELAHan (fatique). Orang yang putus asa merasa lelah sekali menghadapi hidup ini, menghadapi apapun yang menghalangi saat itu, apakah pekerjaan yang tidak datang-datang, usaha yang gagal terus, suami-istri yang tidak sehati, anak-anak yang bandel dan sebagainya. Mereka merasa tidak ada harapan, semangat menurun drastis, rasanya capek sekali…yang kedua FRUSTRASI. Jalan keluar yang ditunggu tidak datang-datang, “…kapan Tuhan?”, pertanyaan yang sering dilontarkan. “aku sudah berusaha berbagai cara, kenapa belum dijawab, kenapa belum berhasil?” Orang yang putus asa akan sesuatu merasa menghadapi tembok Yerikho yang tebal bukan main dan tertutup rapat, tidak ada pintu masuk, ‘mentok’ kata orang zaman sekarang. Yang ketiga orang yang putus asa jelas menghadapi keGAGALan yang terus- menerus. Bila orang melakukan sesuatu tidak berhasil terus-menerus, hati-hati! Itu pertanda bahwa keputusasaan sedang menyerang. Yang terakhir orang yang putus asa TAKUT untuk memulai kembali. Takut untuk bangkit lagi, menjadi trauma ‘bagaimana kalau…?’. Mereka terpuruk terus, ibarat orang berada dalam kolam lumpur dan tidak mau keluar karena keadaan di luar sana mengerikan! Orang yang putus asa merasa tempat paling aman adalah di kolam lumpur dan berbau. Bila salah satu atau bahkan ke-4 faktor itu Anda alami, hati-hati, itu tanda Anda sedang putus asa…
2. Hadapi dan atasi keputusasaan itu.
Langkah untuk mengatasi putus asa yang mengerikan dimulai dengan berseru kepada Tuhan. Yeremia 33 : 3 berkata, “Berserulah kepada-Ku dan Aku akan menjawab engkau…”. Bila Anda mengakui salah satu fakkor penanda putus asa di atas,datanglah kepada Tuhan, akui bahwa ‘saya putus asa’ dan mintalah Dia untuk menolong kita mengatasi keputusasaan itu. Usahakan ketika kita putus asa datang kepada Tuhan dulu, baru mengikuti jalan keluar-Nya. Banyak orang membalik caranya. Mereka berusaha sendiri dulu, setelah semua cara gagal, baru datang kepada Tuhan sebagai upaya terakhir. Itu salah dan akan membawa kita semakin dalam terpuruk dalam keputusasaan. Matius 6 : 33, “Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Setelah kita membereskan dan mengatasi keputusasaan kita dengan Allah, terima dengan iman bahwa kita tidak putus asa lagi, bangkit dan anggap bahwa kita adalah ciptaan baru yang ‘fresh’, siap untuk mulai dengan kehidupan yang baru. Jangan ingat-ingat lagi masa lalu, lupakan semua kegagalan, frustasi, kelelahan dan ketakutan yang pernah kita alami. Contoh Rasul Paulus yang berkata, “Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku,” (Filipi 3 : 13), mari kita lupakan keputusasaan, ketidakmampuan dan segala kelemahan kita dan berusaha lagi bersama Kristus. Kalau dilihat dari sejarah, mereka yang tercatat namanya dalam sejarah sebagai penemu juga pernah dan sempat mengalami keputusasaan. Hanya dengan anugerah Tuhan dan ketekunan mereka saja, mereka bisa berhasil. Ingat bahwa di dalam Kristus kita adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu, sudah hilang, sudah lewat, yang baru sudah datang (II Korintus 5 : 17). Bersama Yesus, seburuk apapun keadaan kita saat itu, selalu ada harapan, selalu ada jalan keluar.
Putus asa itu menghalangi kita menikmati susu dan madu di tanah Kanaan, tanah perjanjian-Nya Tuhan. Jangan dibiarkan, atasi, tinggalkan dan nikmati berkat Tuhan. (cubs)

Senin, 4 Agustus 2008
JANGAN MARAH
Mazmur 37 : 1-11
Pernahkah Anda dibohongi atau dicurangi orang? Bagaimana perasaan Anda ketika orang berbuat curang untuk mendapat keuntungan? Tentu Anda merasa sangat jengkel atau marah, bahkan kalau bisa Anda ingin memukul atau membalas orang itu, bukan? Tetapi bacaan firman hari ini mengajarkan agar kita jangan marah kepada orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang, melainkan percaya kepada Tuhan dan lakukan yang baik. Kemarahan yang kita simpan terus dalam hati akan merusak jiwa kita, menimbulkan penyakit pada tubuh dan merugikan diri kita sendiri. Kemarahan akan membawa kita kepada kejahatan dan dosa.
Rasul Paulus menulis dalam suratnya kepada jemaat di Roma, “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan. Tetapi jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!” (Roma 12 : 19-21). Yesuspun mengajarkan, “Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.” (Lukas 6 : 35). Memang tidak mudah, tetapi jika kita mau melakukan apa yang firman Tuhan ajarkan, pasti Tuhan akan menolong kita! (Ginny)
Tidak ada gunanya kita marah kepada orang yang berbuat jahat.

Selasa, 5 Agustus 2008
PIKIRAN YANG POSITIF
Bilangan 13 : 1–33
Kalau kita membaca Bilangan 13 : 1–33, maka kita akan menemukan kegagalan bangsa Israel masuk ke dalam tanah perjanjian. Mengapa mereka bisa gagal? Karena mereka masih menggunakan mata jasmani. Dari 12 pengintai, 10 pengintai memberikan laporan yang negatif, hanya 2 pengintai saja yang memberikan laporan positif. Sepuluh pengintai itu hanya menggunakan mata jasmani mereka saja, sehingga mereka melihat masalah besar yang menghadang di depan mereka. Sedangkan dua pengintai (Yosua dan Kaleb) melihat dengan mata jasmani dan mata rohani, sehingga pikiran mereka menjadi pikiran yang positif. Pikiran yang positif inilah yang membuat mereka dapat mengerti akan rencana Tuhan atas hidup mereka. Dan pikiran positif akan mengeluarkan perkataan yang positif (Bilangan 13 : 30 ; 14 : 6–9). Dari peristiwa ini kita juga dapat belajar bahwa pendapat yang sedikit belum tentu salah, bila pemikiran mereka berdasarkan kebenaran firman Tuhan seperti Yosua dan Kaleb. Jadi dalam memandang segala sesuatu kita harus menggunakan mata rohani kita, karena dari situlah muncul pemikiran yang positif, dan akhirnya menciptakan perkataan yang positif. Jangan pernah sekali-kali kita meragukan rencana Tuhan atas hidup kita. Jalani kehidupan ini dengan iman yang kuat. (Giant)
Pikiran positif adalah benih satu-satunya untuk buah yang positif.
Rabu, 6 Agustus 2008
YANG PENTING HATIKU
Wahyu 3 : 19
Sudah beberapa lama ini saya merasa tidak mendapat apa-apa waktu di gereja. Rasanya perasaan berat pergi ke gereja dan pulang rasa berat itu tetap sama. Hanya waktu di gereja saja terasa ringan. Perasaan yang saya tidak tahu kenapa. Rasanya kaki ini juga berat melangkah, tidak seperti dulu lagi. Dulu saya selalu tidak sabar untuk menunggu hari Minggu. Saya pikir mungkin di gereja lain, saya bisa mendapatkan perasaan yang seperti dulu lagi, tetapi perasaan itu tidak saya dapatkan di gereja manapun. Suatu hari ketika beribadah di gereja, Tuhan katakan tidak peduli tempat di mana saya berada, yang penting adalah hati saya. Yang Tuhan inginkan hati saya, karena saya telah kehilangan kasih yang mula-mula, kasih saya, cinta saya kepada-Nya. Kelihatannya saya beribadah, kelihatannya saya melayani, tetapi ternyata hati saya jauh dari pada-Nya, itu tidak Dia sukai. Karenanya seperti yang dikatakan firman hari ini, Tuhan beracara dengan saya, Dia menegor saya karena hati saya sudah bukan buat Dia lagi seutuhnya. Secara tidak sadar, saya telah kehilangan cinta mula-mula saya kepada-Nya dan Dia tahu itu. Ketika saya bertobat hati saya mulai berapi-api lagi dan saya tahu, saya sedang jatuh cinta lagi dengan Tuhan. Buat Tuhan bukan apa yang kita lakukan, bukan pelayanan kita yang penting, buat Tuhan yang penting adalah hati kita. (FF)
Hanya hatiku yang diinginkan Tuhan.
Kamis, 7 Agustus 2008
KENAPA DIPANGGIL?
I Petrus 2 : 21
Banyak orang Kristen tidak mengerti kenapa mereka dipanggil Tuhan? Kenapa mereka tidak bisa seperti orang-orang lain yang bisa hidup seenaknya, atau dengan tujuan yang berbeda dari mereka. Banyak orang tidak mengerti kenapa mereka harus berbeda? Kenapa mereka menjadi orang Kristen? Bacaan hari ini dengan jelas dan tegas memberikan jawabnya yang dapat mengatasi setiap keraguan atau ketidaktahuan. Kita dipanggil menjadi orang Kristen adalah untuk mengikuti teladan Yesus Kristus. Apa yang perlu diteladani? Ketaatan untuk melakukan kehendak Bapa yaitu membawa kabar baik untuk menjadikan setiap orang menjadi murid Yesus (Matius 28 : 19-20). Kita perlu mengikuti teladan Yesus karena Yesus memberi contoh yang sempurna akan ketaatan kepada Tuhan. Yesus begitu taat-Nya bahkan sampai rela mati. Itu yang dikehendaki Tuhan bahwa kita tidak akan menyerah pada apapun juga untuk menyelesaikan tugas yang diberikan Tuhan kepada kita. Setiap manusia diciptakan Allah dengan tugas yang berbeda dan setiap manusia dituntut untuk tahu dan menyelesaikan bagiannya dan untuk itulah kita dipanggil. (cubs)
Kita dipanggil dengan suatu tujuan yang jelas, hidup kekal!

Jumat, 8 Agustus 2008
BERDOA DAN MENGAMPUNI
Matius 6 : 5-15
Ketika kecil kita diajarkan cara berdoa oleh orangtua masing-masing. Ada yang diajar berdoa dengan menutup mata dan melipat tangan, ada juga yang diajar dengan meniru kata-kata doa yang dibisikkan, dan sebagainya. Memang apa yang diajarkan orangtua kita benar, tetapi dalam bacaan hari ini Yesus ingin agar kita tidak berdoa di tempat yang mencolok, maksudnya supaya kita tidak memamerkan diri bahwa kita sedang berdoa sehingga banyak dipuji (ayat 5). Sebaliknya marilah kita berdoa di tempat yang sepi dan hening, sehingga doa kita dapat semakin fokus dan dapat konsentrasi berbicara dengan Tuhan. Allah tidak mengharapkan doa yang panjang dan bertele-tele karena Allah Bapa tahu apa yang kita butuhkan. Selain itu dalam doa yang diajarkan Tuhan Yesus yaitu doa Bapa kami (ayat 9-13), kita diharuskan minta pengampunan Tuhan dan pada saat yang bersamaan juga mengampuni kesalahan orang lain. Bila kita dapat mengampuni kesalahan orang maka Allah Bapa akan mengampuni kesalahan kita juga, tetapi bila kita tidak mengampuni kesalahan orang lain maka Bapa di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan kita (ayat 12, 14-15). Tegoran ini tegas dan keras karena Tuhan menginginkan selain kita rajin berdoa, kitapun dapat hidup rukun dengan orang lain sehingga kita bersama-sama dapat semakin penuh sukacita dalam memuji dan membesarkan nama-Nya. (DBR)
Dalam rajin berdoa kehidupan berjemaat akan terbangun dengan lebih saling mengasihi.

Sabtu, 9 Agustus 2008
BERUNTUNG
Yosua 1 : 6
Pasti kita semua tahu film kartun Donal Bebek, kalau kita nonton atau baca ada tiga sisi kehidupan yang berbeda yang kita ketemukan hampir dalam setiap cerita. Donal Bebek si pemalas yang suka tidur dan mau hidup enak, terus Paman Gober yang sangat kaya dan tidak pernah puas dengan kekayaannya dan menghalalkan segala cara untuk mengumpulkan kekayaan di gudang uangnya, dan si Untung yang kemanapun pergi dan berada pasti beruntung tanpa berusaha. Saya percaya banyak orang mau hidupnya seperti Untung yang tanpa berusaha pun tetap dapat untung, tetapi di dalam konsep Alkitab dikatakan bahwa kita tidak bisa seperti itu dan dikatakan “orang malas tidak boleh makan”.
Tapi keberuntungan itu bisa terjadi dalam hidup kita bila kita mengikuti dan melakukan apa yang dikatakan Tuhan dalam renungan hari ini. Jangan menyimpang ke kanan atau ke kiri. Maksudnya kalau kita tetap taat dan setia di dalam Tuhan maka keberuntungan akan selalu menyertai hidup kita. Jangan pernah mengharapkan sesuatu yang luar biasa terjadi di dalam hidup kita kalau kita tidak berusaha, dan jangan pernah berharap hidup kita diberkati kalau kita jadi orang yang malas dan tidak berusaha. Keberuntungan akan datang kepada orang yang takut akan Tuhan dan mau bekerja keras dalam hidupnya. (Yus)
Ora et labora (berdoa dan bekerja) itu kunci keberuntungan.

Minggu, 10 Agustus 2008
DAPAT DIPERCAYA
1 Korintus 4 : 1-2
Di sebuah bukit, ada seorang anak sedang menggembalakan domba-dombanya. Pada suatu hari ia merasa bosan dan keisengannya timbul. Ia lalu berteriak sekuat-kuatnya ke arah desa di kaki bukit, “Tolong! Tolong! Ada serigala! Tolooong!” Akibatnya orang-orang sekampung datang berbondong-bondong dengan membawa segala macam senjata yang mereka miliki. Melihat hal tersebut, si anak merasa lucu dan tertawa terpingkal-pingkal. Orang-orang merasa kecewa dan marah, lalu merekapun pulang. Di hari lain, ketika si anak sedang terkantuk-kantuk menjaga dombanya, tiba-tiba muncul segerombolan serigala. Ia sangat terkejut dan berteriak-teriak minta tolong, tetapi tak seorangpun muncul sehingga serigala menerkam habis domba-dombanya.
Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari cerita di atas? Suatu kebohongan yang kita lakukan akan membuat orang tidak lagi mempercayai kita. Anda mungkin pernah mendengar pepatah “Sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tak percaya”. Itulah yang Rasul Paulus ajarkan dalam bacaan hari ini. Sebagai hamba Kristus, kita harus dapat dipercaya. Tapi sayangnya di zaman sekarang ini kebohongan sudah menjadi hal yang biasa bagi kita, bahkan juga di antara mereka yang mengaku dirinya sebagai hamba Tuhan. Mungkin karena kita pikir, “Ah, itu kan biasa..”, atau “Saya kan cuma becanda”, atau “Toh tidak merugikan..”, atau ”Tidak apa-apa bohong dikit..”, atau “Kita kerjain dia..”. Tetapi bukan itu yang Tuhan mau! Kita harus berhati-hati dengan apa yang kita katakan dan lakukan.
Dalam suratnya kepada Timotius, Rasul Paulus menasihatkan, “Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” (I Timotius 4 : 12). Sebagai hamba-hamba Tuhan, mari kita belajar untuk dapat dipercaya dan menjadi teladan bagi orang lain dalam segala hal. (Ginny)
Jadilah orang yang dapat dipercaya, oleh Tuhan dan manusia.

No comments: