6 Nov 2007

MINGGU KE 2 NOVEMBER

JANGAN RAMPOK UANG TUHAN


Minggu, 1 April 2007, Aku dan Rita turun dari Angkot di depan Chitoz. Ketika aku dan Rita tiba di depan lobby Chitoz, seorang ibu menghampiri kami dan bertanya, “Are you going to church?” Aku jawab, ”Ya”, lalu ibu itu minta diantar masuk ke gereja karena baru pertama kali itu ke gereja Chitoz. Kami pun mengobrol dan ibu tersebut mengatakan bahwa ia seorang pendeta bernama Chaterine, asal Timor keturunan Israel. Aku bilang bahwa kami juga baru terima Yesus, aku pernah meninggalkan Yesus dan sekarang telah kembali lagi pada Yesus. Puji Tuhan, demikian ibu Chaterine memuji kebesaran Tuhan. Kamipun diajaknya berdoa, aku dan Rita didoakan supaya Tuhan senantiasa menyertai kami berdua.
Kamipun ngobrol tentang kemurahan hati Tuhan Yesus, sampai akhirnya ibu Chaterine mengajak aku untuk ikut kursus Injil berbahasa Inggris. Tentu saja aku sangat senang, tapi ketika aku tahu berapa biaya yang harus dibayar, aku jadi ciut dan niatku jadi urung dan aku bilang kalau aku tidak punya uang, lagi krisis. Ibu Chaterine pun bertanya, ”Kenapa ibu krisis, apa ibu sudah merampok uang Tuhan?” Lalu katanya lagi, ”Apa ibu tidak memberikan persepuluhan milik Tuhan? Karena kalau ibu memberikan persepuluhan milik Tuhan, maka Tuhan akan membukakan tingkap-tingkap langit supaya memberikan berkat yang berlimpah dan menghalau belalang pemangsa tanaman, seperti dalam Maleakhi 3 : 10-12. Pembayaran persembahan persepuluhan menyenangkan hati Allah.”
Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam. Maka segala bangsa akan menyebut kamu berbahagia, sebab kamu ini akan menjadi negeri kesukaan, firman TUHAN semesta alam.
”Ya, Tuhan, Kau sangat benar. Selama ini aku tidak pernah tahu akan persepuluhan itu dan aku belum pernah memberikan apapun untuk rumah Tuhan. Terima kasih Yesus, Kau telah memberitahukan kepadaku tentang persepuluhan itu, mampukan aku, ya Tuhan, untuk dapat memberikan persepuluhan itu. Amin.”
Dan ketika aku membaca firman Tuhan dalam Kitab Kejadian 28 : 20-22, ternyata Tuhan Yesus masih mau menunjukkan lagi kepadaku firman Tuhan tentang persepuluhan itu sebagai berikut:
Lalu bernazarlah Yakub: ”Jika Allah akan menyertai dan akan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini, memberikan kepadaku roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai, sehingga aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka TUHAN akan menjadi Allahku. Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepada-Mu.”
Aku telah bertekad dan berniat dalam hatiku untuk segera menyisihkan dari penghasilan yang kuterima sebagai persembahan persepuluhan untuk rumah Tuhan. Ketika telah kusisihkan persepuluhan dari penghasilan yang kuterima, datang temanku memberi kabar gembira bahwa masih ada kelebihan uang kas yang kemudian kami sepakat untuk membagi kelebihan itu bersama, dan aku mendapat bagian yang besarnya sama dengan persepuluhan yang akan aku berikan untuk rumah Tuhan. Dalam pikiranku yang naif, aku berfikir bahwa uang itu adalah pemberian Tuhan sebagai ganti persepuluhan yang akan aku persembahkan untuk rumah Tuhan, dan aku mengucap syukur untuk itu karena kebaikan Tuhan telah memberikan ganti uangku tersebut. Tetapi pikiran manusia berbeda dengan pikiran Allah, rupanya Tuhan tidak berpikir seperti apa yang kupikirkan. Hal ini terlihat jelas ketika Tuhan menunjukkan kepadaku sebuah firman lagi dari buku yang kubaca: ”Berhasil Karena Iman, Magdalene Kawotjo”.
Tetapi rakyat mengambil dari jarahan itu kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dari yang dikhususkan untuk ditumpas itu, untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan, Allahmu, di Gilgal.” Tetapi jawab Samuel: ”Apakah Tuhan itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara Tuhan? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan (I Samuel 15 : 21-22).
Ternyata uang yang ditawarkan oleh temanku itu dapat digolongkan sebagai barang jarahan, karena uang itu tidak semestinya aku terima. Berarti bila aku memberikan persepuluhan tetapi juga menerima uang jarahan tersebut, termasuk pada ketidaktaatan kepada Tuhan. Padahal Tuhan lebih suka kita mendengarkan suara Tuhan, dari pada memberikan tapi dari hasil ketidaktaatan kepada Tuhan.
”Ya, Bapaku yang baik, Tuhan Yesus Kristus.... Engkau Maha Kudus... terpujilah Kau Tuhan. Kau selalu menunjukkan apa yang seharusnya aku lakukan. Terima kasih Yesus atas kemurahan-Mu, atas kasih-Mu yang sangat melimpah padaku. Aku percaya Kau senantiasa menyertaiku, karena kasih setia-Mu untuk selama-lamanya. Ya, Tuhanku Yesus Kristus, mampukan aku untuk selalu dapat menyenangkan hati-Mu Tuhan. Berikanlah padaku roh taat akan Tuhan dan berikanlah selalu sukacita di dalam jiwaku, agar hatiku dan mulutku senantiasa memuji nama-Mu. Terima kasih Tuhan atas anugerah–Mu yang melimpah padaku. Haleluya. Amin.” (S’Yati)

Senin, 5 Nopember 2007
PIKIRANKU
Kolose 3 : 2
Jika seorang pemuda atau pemudi jatuh cinta maka pasti pikirannya akan selalu tertuju kepada orang yang dicintainya. Siang malam terbayang dia dan selalu memikirkannya. Firman Tuhan yang kita baca hari ini membawa kita untuk memusatkan pikiran kita kepada perkara-perkara yang di atas. Kalau kita menyadari bahwa setelah kita bertobat, rumah kita yang sesungguhnya adalah di sorga (Yohanes 14 : 2-3). Menaruh pikiran kita pada perkara-perkara di atas artinya melihat kehidupan ini dan semua yang ada dari cara pandang Allah karena hal ini mencegah kita terpengaruh oleh arus dunia yang dapat menghanyutkan. Dengan memusatkan pikiran kita kepada perkara-perkara yang di atas, hal ini dapat membuat kita semakin mengetahui akan kehendak-Nya dan hubungan kita dengan Tuhan dapat semakin lebih baik lagi. Namun kalau kita memusatkan pikiran kita kepada hal-hal duniawi, maka hal itu akan membuat kita semakin jauh dari Tuhan. Sebagai anak-anak Tuhan, kita tidak boleh terlena di dalam kesibukan kita dengan urusan-urusan dunia ini. Urusan dunia yang dimaksudkan seperti belajar, rekreasi, bekerja dan lain-lain. Memang hal ini baik dan harus dilakukan, tetapi jangan sampai kegiatan itu menyita seluruh waktu kita sehingga kita tidak ada waktu untuk bersekutu dengan Tuhan. Pikiran kita harus terpusat kepada: 1. Kekudusan Allah: hendaklah kamu kudus sama seperti Bapa adalah kudus (I Petrus 1 : 15, 16). 2. Kesempurnaan Allah: haruslah kita sempurna sama seperti Bapa yang di sorga adalah sempurna (Matius 5 : 48). 3. Kesadaran akan selalu hidup dan bekerja untuk Tuhan, agar melalui kehidupan kita tiap-tiap hari nama Tuhan dipermuliakan. Sudahkah kita benar-benar jatuh cinta kepada-Nya? Jika jawabanmu adalah ”ya” maka lakukanlah firman Tuhan yang kamu baca ini dan mulailah untuk belajar memusatkan pikiran kita kepada perkara-perkara yang di atas karena dengan demikian kamu akan semakin lebih mengetahui kehendak-Nya dalam hidupmu dan hubunganmu dengan Dia dapat semakin lebih baik. (Aping)

Pikiranku mempengaruhi kejadian yang aku alami.

Selasa, 6 Nopember 2007
ALLAH ITU BAIK
Roma 8 : 28
Ada seorang pendeta sedang melayani di luar pulau. Saat selesai melayani, ia buru-buru ingin kembali ke kotanya naik pesawat. Ternyata di jalan mobil yang dinaiki rodanya kempes, terpaksa perjalanannya harus terhenti untuk mengganti ban itu. Setelah selesai mereka kembali meneruskan perjalanannya. Setelah sampai di bandara pendeta ini agak kecewa karena pesawat yang hendak ia naiki itu telah berangkat. Pendeta itu berkata dalam hatinya, ”Tuhan mengapa ini terjadi, saya kan sudah melayani-Mu. Tapi mengapa banyak sekali halangan saat saya hendak pulang, akhirnya sekarang saya harus menunggu dua hari lagi untuk pulang.” Terpaksa pendeta itu kembali lagi ke tempat ia melayani. Setelah sampai di sana ia mendengar di TV bahwa pesawat yang rencananya akan dinaiki tadi jatuh mengalami kecelakaan. Dari kisah di atas dapat kita lihat bahwa kegagalan yang dialaminya adalah suatu kebaikan Tuhan atas hidupnya. Memang terkadang kita tidak dapat mengerti sesuatu yang terjadi dalam hidup ini, namun jika sungguh-sungguh mengasihi Tuhan dan hidup terpanggil sesuai dengan rencanaNya, maka kita akan menyadari bahwa kebaikan demi kebaikanlah yang akan menjadi bagian atas hidup kita. (Giant)

Apa yang kita alami sebagai musibah, Allah bisa mengubahnya menjadi berkat, itulah kebaikan-Nya.

Rabu, 7 Nopember 2007
HUTANG
Roma 13 : 8-14
Zaman sekarang, orang hidup dengan berhutang sepertinya sudah menjadi hal yang biasa. Gaya hidup modern yang mewah dan konsumtif sering membuat orang lupa diri; terlebih lagi dengan kemudahan-kemudahan untuk ”berhutang”, yaitu membeli dengan cicilan. Kemudahan membayar hanya dengan “menggesek” kartu kredit sering membuat orang lupa bahwa itu adalah hutang yang harus dibayar. Cicilan minimum sering diambil sebagai jalan keluar saat tidak mampu melunasi tagihan. Akibatnya hutang jadi menumpuk. Ketika hutang sudah ”menggunung” dan mulai datang penagih-penagih yang dengan cara halus sampai kasar ”memaksa” untuk melunasi, barulah mereka menjadi kebingungan. Sebenarnya firman Tuhan sudah mengingatkan, ”Jangan engkau termasuk orang yang membuat persetujuan, dan yang menjadi penanggung hutang. Mengapa orang akan mengambil tempat tidurmu dari bawahmu, bila engkau tidak mempunyai apa-apa untuk membayar kembali?” (Amsal 22 : 26-27). Tetapi kenyataannya, banyak juga anak-anak Tuhan yang terjerat dalam hutang. Bila kita mau belajar apa yang firman Tuhan ajarkan, kita tidak akan mendapat kesulitan ini. Banyak juga anak Tuhan yang sukanya berhutang kepada saudara seiman karena memiliki pikiran ”lebih memudahkan”, bila tidak sanggup membayar, seringkali dianggap ”lunas”. Firman Tuhan hari ini mengajarkan, ”Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat. Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.” (ayat 8, 10). Adalah suatu kejahatan bila kita merugikan orang lain, karena itu jangan seenaknya berpikir, ”Ah, tidak bayar juga tidak apa-apa, toh ia juga tidak kekurangan.” Seringkali hutang diakibatkan karena keinginan kita melebihi dari apa yang sanggup kita miliki. Kita harus membedakan ”keinginan” dari ”kebutuhan”. Jangan karena melihat tetangga atau teman kita memiliki mobil baru, televisi baru, kulkas baru, mesin cuci baru dan sebagainya, kita jadi terpacu ingin juga memiliki, padahal sebenarnya kita tidak ”terlalu” memerlukannya. Penulis surat Ibrani menasihatkan, ”Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu.” (Ibrani 13 : 5a). Bila kita bisa puas dengan apa yang kita miliki dan tidak menginginkan yang lebih dari kesanggupan kita, hidup kita akan menjadi tenang. Rasul Paulus mengingatkan kita, ”Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya.” (ayat 14). Mari kita belajar untuk hidup dengan bijaksana dalam pengelolaan uang yang kita miliki. (Ginny)

Ingat! Hutang adalah sesuatu yang harus kita bayar.

Kamis, 8 Nopember 2007
TRUE LOVE
Yohanes 3 : 16

Ada seorang wanita sedang berjalan menelusuri jalan setapak ditemani oleh dinginnya malam, waktu itu adalah musim dingin dan perang terjadi di negerinya. Ternyata wanita itu sedang hamil tua dan akan segera melahirkan. Ia berjalan hendak menuju ke rumah bidan. Karena jembatan yang menghubungkan desanya dengan desa di mana bidan itu berada telah hancur akibat perang, maka ia harus masuk ke dalam sungai untuk menyeberang ke desa seberang. Udara dan air yang dingin tidak membuat ia putus asa. Setelah ia dapat melewati sungai itu tiba-tiba perutnya terasa sakit seperti mau melahirkan. Ternyata benar bayi yang ada di rahimnya sudah waktunya untuk keluar, dan akhirnya ia melahirkan anaknya di pinggir sungai. Ia mengambil kain dan membungkus anak itu. Karena kondisinya yang lemah dan keadaan malam semakin dingin, akhirnya wanita itu tidak kuat dan ia menghembuskan nafas terakhirnya. Beberapa saat kemudian lewatlah seorang pria tua dan melihat wanita yang terbaring. Lalu orang itu menghampiri wanita itu dan melihat bahwa ia telah meninggal dan di sampingnya ada seorang bayi yang terbungkus kain. Pria itu mengambil anak tersebut dan membesarkannya. Setelah anak itu berumur 17 tahun, pria itu menceritakan semua kejadian saat anak itu masih bayi. Mendengar cerita ayah angkatnya, anak itu meneteskan air mata, lalu ia lari keluar menuju ke tempat di mana ia ditemukan oleh ayah angkatnya. Setelah sampai di tempat itu ia masuk ke dalam sungai yang airnya dingin. Ia berteriak keras sambil menangis, “Ibu, seperti inikah penderitaan yang telah engkau alami untukku agar aku hidup?”
Cerita di atas adalah suatu gambaran orang yang mau menderita bagi orang yang dikasihi. Ia memberikan kasih yang tulus keluar dari hatinya. Adakah kasih yang murni seperti itu di zaman sekarang ini? Yesus pernah dan sudah melakukan kasih seperti itu bagi kita. Sudahkah Anda memberikan kasih yang tulus kepada orang lain? (Giant)

Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang mau berkorban bagi orang yang dikasihinya.

Jumat, 9 Nopember 2007
TIDAK BERLAKU
II Korintus 5 :17
Sebelum berjumpa dengan Yesus kita semua punya riwayat hidup dalam dosa, entah itu ‘baik’ atau ‘jahat’. Setiap orang punya dua sisi itu dalam hidupnya. Orang terbaik di dunia pun, punya sisi ‘jahat’ dan orang terjahat di dunia pun ada sisi baiknya. Tetapi ketika kita merespon panggilan Tuhan, ketika kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita dan mengikuti teladan-Nya, maka semua riwayat kita terdahulu tidak berlaku lagi. Apapun yang kita lakukan di masa lalu sudah di’hapus’ oleh Tuhan. Dalam Alkitab disebutkan beberapa wanita yang riwayatnya buruk, tetapi karena mereka taat kepada Tuhan, mereka termasuk dan dicantumkan sebagai nenek moyang Yesus lahir ke dunia, seperti Rahab (pelacur) dan Rut (orang Moab). Tuhan tidak hanya mengampuni kita ketika kita menjadikan Dia Tuhan dan Raja kita, tetapi Dia juga membuat semua riwayat buruk kita tidak berlaku lagi dan menggantinya dengan riwayat baru yang jauh lebih baik dan berkenan kepada-Nya. (cubs)

Bila kita ikut Yesus, riwayat, dosa, kebanggaan dan apapun juga tidak berlaku lagi.

Sabtu, 10 Nopember 2007
SEDIKIT TAPI BENAR
Amsal 16 : 8
Seorang raja mengumpulkan orang-orang yang ahli dalam keuangan untuk membahas masalah penting menyangkut kesejahteraan rakyat. Raja sangat heran karena dalam lima tahun terakhir ini negara sudah mengeluarkan begitu banyak dana untuk memperbaiki jalan baru, membuka jaringan listrik dan telpon ke desa-desa kecil dan membangun rumah kecil. Namun dana yang diberikan masih sangat kurang dan tidak pernah cukup. Sudah hampir tiga jam pertemuan itu berjalan, namun belum juga jelas penyebab dari semua kebocoran uang negara itu. Sang jenderal tua berkacamata hitam berdiri dan mengambil sebongkah es dari dalam baskom. Ia memberikan sebongkah es itu kepada orang yang di sebelahnya untuk diedarkan kepada semua yang hadir. Hingga tiba pada orang terakhir di ujung meja, maka bongkahan es itupun mulai mengecil, besarnya sudah tidak seperti yang pertama. ”Saudara tahu apa artinya ini?” Tanya jenderal itu kepada yang hadir. Semua diam, namun kepala mereka mengangguk-angguk tanda mengerti. Jenderal itu menjelaskan, ”Semakin banyak tangan yang dilalui, semakin berkuranglah jumlahnya.” Di mana-mana kita sering mendengar seruan dan himbauan menantang korupsi, namun praktek korupsi masih saja tetap terjadi. Korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan uang negara untuk perusahaan atau kepentingan pribadi. Firman Tuhan berkata, ”Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.” (I Timotius 6 : 8-10). Meskipun uang itu sendiri tidaklah jahat, tetapi kecintaan akan uanglah yang membuat orang menjadi jahat. Sebagai orang percaya kita harus menyadari bahwa apa yang kita peroleh dengan cara yang tidak benar, maka tidak akan pernah mendatangkan kedamaian bagi kita. Dan kita juga telah menempatkan diri kita sendiri di bawah bayang-bayang masalah. Ada banyak di antara kita yang ingin memiliki banyak uang dan kita telah merencanakan banyak cara untuk mendapatkannya. Kita mulai dalam bahaya jikalau kita memulainya dengan jalan menipu, mencuri, memaksa orang dan lain-lain. Kita butuh uang tapi jangan dapatkan uang dengan cara yang salah.. (Aping)

Kebenaran untuk memperoleh apa saja harus menjadi ukuran kita.

Minggu, 11 Nopember 2007
CINTA UANG
I Timotius 6 : 10
Ada sebagian orang Kristen berpandangan bahwa akar dari kejahatan adalah uang. Ini salah! Yang benar adalah, akar dari kejahatan adalah cinta uang. Uang tidak memiliki karakter, uang itu tidak baik dan juga tidak jahat. Orang yang memegang uang itulah yang memiliki karakter, sehingga uang itu dapat digunakan untuk hal yang baik atau hal yang jahat. Cinta pada sesuatu secara berlebihan, akan membuat ketertarikan pada hal tersebut. Kita dapat melihat di sekeliling kita. Banyak orang yang terikat oleh berbagai macam hal, mulai dari rokok, obat-obatan, pornografi dan lain-lain. Kalau mau jujur pasti di dalam diri kita ada kebiasaan yang buruk yang mengikat diri kita. Keterikatan apapun bentuknya pasti akan merusak diri kita. Keterikatan dapat membuat hati nurani kita menjadi tumpul dan akan membuat hubungan kita dengan Kristus akan pudar. Marilah hari ini kita coba merenung, apa sih yang menjadi kebiasaan buruk yang mengikat kita? Kalau kita sudah temukan buanglah ini dan berdoa kepada Tuhan Yesus agar Tuhan membuang kebiasaan buruk itu dari hidup kita. Setelah itu mari kita ambil komitmen untuk tidak akan melakukannya lagi dan kita akan menggantinya dengan hal-hal yang positif. Percayalah bila ada kemauan dalam diri kita maka semua yang jahat itu akan hilang di hidup kita. (Giant)

Kita tidak pernah bisa cinta Tuhan dan cinta uang bersama-sama. Pilih yang mana?

No comments: