18 Mar 2007

Minggu ke -4 Maret

KISAH PENJUAL TEMPE

Seorang ibu setengah baya sehari-harinya adalah penjual tempe. Tempe yang dijualnya merupakan tempe yang dibuatnya sendiri. Pada suatu hari ketika seperti biasanya dia akan pergi ke pasar untuk menjual tempenya, ternyata tempe yang dibuat dari kacang kedele itu masih belum jadi tempe. Ibu ini sangat sedih hatinya, karena itu berarti ia tidak akan mendapatkan uang, karena tempe yang belum jadi tentunya tidak laku dijual. Dalam suasana hatinya yang sedih iapun lalu tumpang tangan di atas tumpukan beberapa batangan kedele yang masih dibungkus dengan daun pisang tersebut. ”Bapa di sorga, aku mohon kepada-Mu agar kedele ini menjadi tempe. Dalam nama Yesus. Amin.” Demikian doa singkat si ibu yang dipanjatkan sepenuh hatinya. Ia yakin dan percaya pasti Tuhan menjawab doanya. Lalu dengan tenang ia menekan-nekan bungkusan bakal tempe tersebut. Dengan hati yang deg-degan ia mulai membuka sedikit bungkusannya untuk melihat mujizat kedele jadi tempe terjadi. Apa mau dikata, tidak terjadi. Si ibu tidak kecewa. Ia berpikir bahwa mungkin doanya kurang jelas didengar Tuhan. lalu kembali ia tumpang tangan di atas batangan kedele tersebut dan berdoa lagi. Setelah itu, dengan iman iapun kembali membuka sedikit bungkusan tersebut. Ternyata kedele itu tetap kedele, tidak jadi tempe. Sementara hari makin siang dimana pasar tentunya sudah semakin ramai. Dengan tidak merasa kecewa atas doanya yang belum terkabul, si ibu merasa bahwa sebagai langkah iman ia akan tetap pergi ke pasar membawa keranjang berisi barang dagangannya itu. Ia berpikir mungkin mujizat Tuhan akan terjadi di tengah perjalanan ke pasar. Sebelum pergi, sekali lagi ia tumpang tangan dan berdoa. Kemudian ia berangkat. Di sepanjang perjalanan ia memuji-muji Tuhan. Seperti biasanya ia menggelar barang dagangannya. Ia yakin bahwa sekarang pasti tempenya sudah jadi. Iapun membuka keranjangnya dan pelan-pelan menekan-nekan bungkusan itu. Ternyata tempenya benar-benar belum jadi. Si ibu menarik nafas dalam-dalam. Ia mulai kecewa pada Tuhan karena doanya tidak dikabulkan. Ia merasa Tuhan tidak adil. Ia hidup hanya mengandalkan hasil menjual tempe saja. Selanjutnya ia hanya duduk saja tanpa menawarkan dagangannya. Ketika hari semakin siang dan pasar sudah mulai sepi, si ibu tertunduk lesu. Ia seperti tidak sanggup menghadapi kenyataan hidupnya hari itu. Ia hanya bisa termenung dengan rasa kecewa yang dalam. Yang ia tahu, hari itu ia tidak akan mengantongi uang sepeserpun. Tiba-tiba ia dikejutkan dengan sapaan seorang wanita. ”Bu? Maaf ya, saya mau tanya, apa ibu menjual tempe yang belum jadi??? Soalnya dari tadi saya sudah keliling pasar mencarinya.” Si ibu jadi terperangah. Ia kaget. Sebelum ia menjawab wanita di depannya itu, dalam hati cepat-cepat ia berdoa, ”Tuhan? Saat ini aku tidak butuh tempe lagi. Biarlah daganganku ini tetap seperti semula. Dalam nama Yesus. Amin.” Tapi kemudian ia tidak berani menjawab wanita itu. Ia berpikir jangan-jangan selagi ia duduk termenung tadi, tempenya jadi. Ia sendiri saat itu dalam posisi ragu-ragu untuk menjawab ’ya’ kepada wanita itu. ”Bagaimana nih?” Ia pikir. ”Kalau aku katakan ya, jangan-jangan tempenya jadi. Siapa tahu tadi sudah terjadi
mujizat Tuhan?” Kemudian ia berdoa lagi minta Tuhan tidak menjadikan tempenya. kemudian iapun membuka sedikit bungkusannya Ternyata...tempenya tetap belum jadi. Ia bersorak senang dalam hatinya. Singkat cerita si wanita memborong semua dagangan si ibu itu. Penasaran, si ibu bertanya kepada wanita itu kenapa ia mau beli tempe yang belum jadi. Ternyata wanita itu akan mengirimkan tempe kepada anaknya yang di Jogja. Jadi kalau ia beli tempe yang sudah jadi, saat sampai di sana tempenya akan jadi rusak.
Apa yang kita simpulkan dari cerita ini?
1. Kita sering memaksakan kehendak kita kepada Tuhan pada waktu kita berdoa. Padahal sebenarnya Tuhan lebih tahu apa yang kita perlukan.
2. Tuhan menolong kita dengan cara-Nya yang sama sekali tidak kita kira.
3. Tiada yang mustahil bagi Tuhan.
4. Percayalah Tuhan akan menjawab doa kita sesuai rancangan-Nya. (IR)

Senin, 19 Maret 2007

BERPIKIR HATI-HATI

Hagai 1 : 1-14
Pernahkah Anda mengunci mobil dan meninggalkan kunci di dalamnya? Mengeposkan surat tanpa menempelkan perangko di amplopnya? Memasak sebuah resep makanan tanpa memasukkan garam? Hal-hal seperti itulah yang kita lakukan apabila kita tidak betul-betul memperhatikan apa yang sedang kita kerjakan. Melakukan sesuatu yang seharusnya tidak kita lakukan atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya kita lakukan adalah pikiran ceroboh. Tindakan yang keliru atau kelalaian yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dapat menjadi gangguan kecil atau dapat menimbulkan akibat serius yang berlangsung lama. Melalui nabi Hagai, Allah memberitahu kita: ”Perhatikanlah keadaanmu” (ayat 7). Allah ingin supaya kita berpikir hati-hati sebelum bertindak, berkata-kata dan membuat keputusan dalam hidup kita. Usahakan supaya setiap apa yang kita lakukan atau perkatakan membawa kemuliaan bagi-Nya. Apapun yang Anda lakukan hari ini, pikirkanlah dengan sungguh-sungguh. (DBR)

Jagalah agar pikiran Anda tetap lurus, jika tidak ia akan menyesatkan Anda.

Selasa, 20 Maret 2007

PARTNER KERJA ALLAH LHO?

Korintus 3 : 9

Waktu Allah menciptakan manusia, Dia membuat manusia menjadi mitra-Nya, menjadi partner-Nya. Kalau kita membaca kitab Kejadian dan merenungkan dengan seksama, pada awalnya Dia membuat Adam untuk bersekutu, bekerja bersama Dia untuk menggenapi kehendak-Nya di bumi ini. Itu adalah suatu kehormatan luar biasa yang diterima manusia! Pemazmur bahkan mengatakan ”siapakah manusia sehingga dijadikan biji mata-Nya Tuhan?”. Wah, sungguh luar biasa, dan kita layak menghargai kehormatan itu sebaik mungkin! Jangan abaikan atau malah menyia-nyiakan kehormatan yang sudah diberikan Tuhan, mari kita buktikan bahwa kita adalah partner yang pantas bagi Tuhan! (cubs)

Allah bisa bekerja sendiri. Kalau Dia mengangkat kita sebagai partner-Nya, hargailah kehormatan itu.

Rabu, 21 Maret 2007

BATU BAHAGIA

Matius 11 : 28-30

Ada tiga orang pengembara yang sedang mencari padang rumput yang hijau. Mereka selalu berjalan bersama-sama karena mereka saling bersahabat. Suatu malam tiba-tiba ada cahaya yang datang kepada mereka. Di dalam terangnya cahaya itu tiba-tiba terdengar suara yang berkata, “Kumpulkan sebanyak mungkin batu mulai sekarang lalu masukkan batu itu ke dalam karung lalu berjalanlah sepanjang hari dengan memanggul karung itu di bahumu. Besok malam sebagian dari kalian akan bahagia, dan sebagian lagi akan sedih, semua karena batu-batu ini.” Setelah selesai berbicara sinar itu pun hilang. Mereka kebingungan melihat apa yang telah mereka alami. Lalu ada yang membawa satu batu kecil, ada yang membawa sedikit dan ada yang membawa batu yang banyak di karungnya. Di tengah perjalanan orang yang membawa batu yang banyak diejek oleh teman-temannya yang membawa batu sedikit. Malam pun datang, lalu mereka beristirahat dan membuka karung yang berisi batu itu. Mereka terkejut saat mereka melihat isi karung yang mereka bawa tadi. Ternyata batu yang mereka bawa berubah menjadi batu permata. Lalu menyesallah kedua orang yang membawa batu yang sedikit tadi. Maka genaplah apa yang dikatakan suara yang ada di sinar itu. Ada yang bahagia dan ada yang sedih karena batu-batu itu.
Cerita di atas merupakan gambaran kehidupan orang Kristen. Ketika kita melakukan perintah Tuhan sesuai dengan yang Ia perintahkan maka kita akan mengalami sukacita. Meskipun pada awalnya kita merasa tidak suka untuk melakukan perintah itu, karena perintah-Nya itu bertentangan dengan keinginan daging kita. Tetapi bila kita mau taat maka kita akan menikmati berkat yang luar biasa dari Tuhan. Oleh sebab itu, jadilah orang Kristen yang taat melakukan perintah Tuhan. (Giant)

Ketaatan kepada Tuhan akan membuahkan sukacita besar.

Kamis, 22 Maret 2007

KARUNIA SULUNG DARI ALLAH

Roma 8 : 23

Apa yang kita rasakan ketika kita menerima kado dengan bungkus yang indah? Kita tentu segera ingin membukanya, bukan? Bagaimana jika kado itu dari Allah? Alangkah girangnya kita! Kita memperoleh pertobatan, permata Allah yang pertama; iman, mutiara yang tak ternilai harganya; harapan, zamrud sorgawi; dan kasih, batu delima yang gemerlapan. Kita sudah dibuat menjadi “ciptaan baru di dalam Kristus Yesus” Hal ini disebut karunia sulung Allah karena karunia ini diberikan pertama kali. Kita tidak dapat menikmati karunia Allah lainnya sebelum kita menerima karunia sulung tersebut. Karunia Allah adalah janji panen, sama seperti bila seorang petani ingin memenuhi gerobaknya dengan hasil panen, dia harus memulainya dengan menyabit rumpun padi yang pertama. Karunia sulung selalu kudus bagi Allah dan sifat baru kita dengan segala kuasa-Nya juga merupakan hal yang kudus. Hidup baru itu bukan milik kita semata sehingga kita hanya memakainya untuk keuntungan kita sendiri. Hidup baru kita adalah juga milik Yesus yang dijalani untuk kemuliaan Allah. Karunia sulung bukanlah keseluruhan panen itu. Penyempurnaannya masih terus berlangsung selama kita hidup. Karena itu kita tidak boleh membanggakan diri bahwa kita sudah sempurna, tetapi kita harus terus berharap dengan kehausan dan kelaparan akan hal yang benar dari Allah yang akan menyempurnakan kita. (Aping)

Karunia adalah kado yang menunjukkan kasih Allah kepada kita.

Jumat, 23 Maret 2007

PAGAR BERAPI

Zakharia 2 : 5
Sekumpulan anak ayam hidup dalam pekarangan rumah yang telah dipagari untuk melindungi mereka dari ancaman musang. Suatu ketika seekor anak ayam penasaran dengan keadaan di luar pagar, ia ingin sekali berjalan-jalan keluar pagar. Ia berusaha membuat lubang pada pagar kayu itu. Lama kelamaan pagar itu berlubang dan memungkinkan si anak ayam untuk keluar pagar. Dengan sangat gembira ia melompat keluar pagar, akan tetapi apa yang terjadi, seekor musang yang telah memperhatikan sejak tadi menerkamnya. Dan si anak ayam yang malang itu mati menjadi santapan musang.
Demikian pula dengan kita. Allah telah memberikan “pagar berapi” untuk melindungi kita dari si jahat. Namun seringkali kita merasa jenuh hidup dalam lingkaran “pagar berapi”-Nya Allah. Kita ingin keluar dari perlindungan Allah dan berusaha membuat lubang pada pagar/tembok-Nya Allah tanpa menyadari bahaya telah mengancam keselamatan kita. Sadarlah bahwa pagar dibuat Allah untuk melindungi kita. Cepat tutup lubang yang telah kita buat (Pengkhotbah 10 : 8). Jangan merasa jenuh dan lelah hidup dalam pagar-Nya Allah. Orang yang merasa jenuh hidup dalam pagar-Nya Allah adalah orang yang kurang bahkan tidak ada kasih Allah, sehingga ia mengerjakan perintah Tuhan dengan keterpaksaan bukan karena mengasihi Tuhan. Milikilah kasih Tuhan dengan terus setia menggali kebenaran-kebenaran-Nya Allah. (Maria)

Kita akan selalu aman bila berada di dalam pagar berapi-Nya Tuhan yang tertutup rapat tanpa celah..

Sabtu, 24 Maret 2007

MENJAGA KATA-KATA

Yakobus 3 : 1-12

Kita sudah memiliki aturan penggunaan bahasa yang tepat. Ada penggunaan kata lain yang salah kaprah dan ini jauh lebih parah. Ini terjadi ketika kata yang diucapkan orang Kristen tidak sesuai dengan standar yang diharapkan Allah. Setiap kali kita mengucapkan kata-kata kasar, kotor, atau jorok, berarti kita melanggar kaidah (aturan) Allah yang jelas. Apabila kita menyebut nama Allah dalam bentuk apapun secara tidak hormat atau dengan cara yang tidak memuliakan-Nya, berarti kita mendukakan Dia (Keluaran 20 : 7). Jika kita membuat lelucon mengenai perbuatan dosa, berarti kita telah mengucapkan kata-kata yang tidak seharusnya (Efesus 5 : 12). Atau jika kita terlibat dalam percakapan yang tidak pantas, berarti kita telah mempermalukan nama Kristus (Efesus 5 : 4) Yakobus berkata, ”Dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.” (ayat 10). Cara bicara seperti ini adalah suatu kemunafikan. Mengendalikan lidah kita memang hal yang sulit, karena lidah adalah ”sesuatu yang buas” (ayat 8). Karena itu, demi kemuliaan Allah dan dengan menghormati aturan-Nya, marilah kita menjaga ucapan kita. (DBR)

Setiap kali kita berbicara, pikiran kita sedang dipertontonkan.

Minggu. 25 Maret 2007

PEMENANG YANG SEJATI

Roma 8 : 37

Kita pasti telah mengetahui sejarah mengenai para penemu-penemu yang hebat, seperti Graham Bell, Thomas Alfa Edison, dan lain-lain Mereka adalah orang-orang yang hebat, yang tidak menyerah untuk menghasilkan sesuatu yang belum ada. Ada pelajaran yang sangat berharga ketika kita melihat kehidupan mereka.
Mereka adalah orang yang memiliki keyakinan yang kuat akan apa yang mereka percayai.
Mereka adalah orang yang tidak mudah menyerah ketika menemui hambatan yang menyakitkan sebelum mereka berhasil.
Mereka adalah orang yang tekun melakukan percobaan terus menerus hingga mereka berhasil.
Mereka tidak berkecil hati ketika kegagalan menghampiri hidup mereka tetapi manjadikan kegegalan itu sebagai bahan pelajaran untuk mereka maju ke depan.
Bila kita memiliki sikap hidup seperti mereka maka iman percaya kepada Kristus akan kuat. Kita akan memiliki iman yang tidak goyah, kita tidak akan mudah menyerah ketika jatuh dan akan terus berusaha bangkit. Dan menjadikan kegagalan kita itu sebagai pelajaran sehingga kita tidak akan jatuh di tempat yang sama. (Giant)

Para pemenang biasanya menemui hambatan yang menyakitkan sebelum mereka berhasil.

No comments: