27 Aug 2008

MInggu ke 1 September

SIKAP HATI
Banyak orang, termasuk orang-orang Kristen, sering mengandalkan kebahagiaan dari pengaruh luar, atau memutuskan segala sesuatu dipengaruhi oleh lingkungan, perasaan, logika dan sebagainya; faktor-faktor dari luar tubuh kita yang biasa juga disebut “daging”. Padahal Tuhan mau kita menentukan segala sesuatu berdasarkan kepada Roh, firman-Nya menyatakan, “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.” (Roma 8 : 14). Berapa kali dalam hidup ini orang mengatakan, “saya bahagia kalau….”, padahal, “kalau…” itu tidak akan pernah ada. Contoh, bila kita sering berkata, “saya bahagia kalau punya uang banyak”, banyak itu berapa? Orang yang sudah punya uang banyak sekalipun tetap merasa kurang. Itulah maksudnya mengandalkan daging atau kekuatan sendiri. Yeremia berkata, “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia…” (Yeremia 17 : 5). Sikap hati kita sangat mempengaruhi pikiran dan perbuatan kita. Contoh sederhana, bila kita sedang tidak enak hati maka paling sedikit akan kelihatan dari raut mukanya. Tidak ada orang yang hatinya tidak senang wajahnya bisa menampakkan sukacita. Sikap hati sangat mempengaruhi kehidupan kita. Banyak orang mengalami stres berkepanjangan karena tidak bisa menguasai sikap hatinya. Contoh dalam Alkitabpun menyebutkan kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidup ditentukan oleh sikap hati. Kita bisa secara jelas melihat perbedaan antara Yusuf dan Simson. Dua-duanya dipilih Tuhan untuk melepaskan bangsa Israel. Yusuf dalam situasi apapun tidak mengalihkan harapannya dari Tuhan. Simson mudah beralih kepada wanita cantik. Hasil akhirnya? Yusuf sukses dan panjang umur, Simson gagal dan mati muda. Menjaga sikap hati ternyata punya pengaruh sangat besar dalam menentukan hasil akhir.
Amsal 4 : 23 berkata, “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” Artinya sikap hati itu adalah pilihan kita, adalah keputusan kita. Bila kita mengijinkan sikap hati kita berubah, jika kita memilih untuk membuang damai sejahtera dan menggantikannya dengan kekuatiran atau ketakutan, itu pilihan kita. Jika kita memilih untuk sakit hati, untuk tersinggung atas perkataan orang lain atau membuang damai sejahtera, itu juga pilihan kita. Menjaga hati itu sangat tidak mudah, butuh latihan secara teratur, butuh ketekunan, butuh pengorbanan, butuh kerelaan untuk membayar harga. Yesus menjaga hati-Nya sehingga penghinaan dan cemoohan yang Dia terima tidak membuat Dia sakit hati, tidak membuat Dia tersinggung. Yesus tetap damai sejahtera, tetap sukacita bahkan di tengah penderitaan yang sangat hebat karena Yesus telah melatih sikap hati-Nya untuk tidak berpaling dari Allah, dari Bapa-Nya, dari tujuan-Nya datang ke dunia ini.
Sikap hati sangat penting karena sikap hati menentukan hidup kita. Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Paulus mengingatkan untuk memikirkan hal-hal yang benar, yang mulia, yang adil, yang suci, yang manis, yang sedap didengar, yang disebut kebajikan dan patut dipuji (Filipi 4 : 8), dengan kata lain Paulus meminta jemaat Filipi dan kita semua untuk mempunyai sikap hati yang benar, yang teguh dan tidak tergoyahkan oleh apapun yang terjadi di sekitar kita. Sikap hati yang benar adalah sikap hati yang terbuka dan itu mencakup di antaranya terlihat dari beberapa sifat atau tindakan berikut :
1. Mau menerima nasihat yang baik. “Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan.”(Mazmur 73 : 24).
2. Mau mengubah pandangan atau pikiran menjadi seperti Kristus. “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.” (Filipi 2 : 5).
3. Mau mencari kebenaran serta melakukannya. “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Matius 6 : 33).
4. Mau menerima teguran secara tepat. “Didikan yang keras adalah bagi orang yang meninggalkan jalan yang benar, dan siapa benci kepada teguran akan mati.” (Amsal 15 : 10).
5. Mau mengakui kesalahan. “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (I Yohanes 1 : 9).
6. Mau menerima pengajaran tentang kebenaran. “Berpeganglah pada didikan, janganlah melepaskannya, peliharalah dia, karena dialah hidupmu.” (Amsal 4 : 13).
7. Rindu disempurnakan. “Sebab kami bersukacita, apabila kami lemah dan kamu kuat. Dan inilah yang kami doakan, yaitu supaya kamu menjadi sempurna.” (II Korintus 13 : 9).
8. Mengampuni kesalahan orang. “Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." (Matius 6 : 15).
9. Melupakan masa lalu. “Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku,” (Filipi 3 : 13).
10. Menyimpan segala firman Tuhan. “Tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.” (Mazmur 1 : 2).
11. Mengasihi orang lain. “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13 : 35).
12. Berkorban untuk kepentingan orang lain. “Dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” (Filipi 2 : 4).
Hal-hal di atas perlu dilatih, hal-hal di atas tidak mudah untuk dilakukan. Tetapi bila kita mau melatih diri untuk menjadikan 12 hal di atas sebagai kebiasaan kita, sikap hidup kita, maka kita akan punya sikap hati yang benar dalam menghadapi apapun yang terjadi dalam hidup ini. Bila sikap hati kita benar maka itu seperti kita telah mendapatkan kunci Kerajaan Sorga. (cubs)


SENIN, 1 September 2008

TEMUKAN TUHAN SEKARANG !

Kisah Para Rasul 17 : 22-28
Apakah tujuan Allah menjadikan segala sesuatu? Dalam bacaan firman hari ini, Rasul Paulus berkata kepada orang-orang di Atena, ”Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, ... Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka, supaya mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia,..” (ayat 24-28). Jelaslah, Tuhan membuat segalanya agar manusia mencari dan menemukan Dia. Kalau kita melihat segala kejadian di dunia sekarang ini, penyakit, kelaparan, bencana alam yang datang silih berganti, seharusnya kita sadar bahwa Tuhan sedang ”mengetok” pintu hati kita. Tetapi sayang, banyak manusia masih mengeraskan hati dan tidak mau mendengar panggilan Tuhan. Firman Tuhan berkata, ”Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!” (Yesaya 55 : 6). Ada waktunya, pintu anugerah akan tertutup. Sekarang ini, selagi masih ada kesempatan, carilah Tuhan dan temukan Dia! (Ginny)
Tuhan mengasihi Anda! Cari dan temukan Dia!

SELASA, 2 September 2008

BAGAIMANA HARIMU?

Mazmur 90 : 1-17
Saya pernah membaca sebuah artikel yang menuliskan seorang peneliti menghitung bagaimana orang menghabiskan masa hidupnya selama 70 tahun: tidur 23 tahun, bekerja 16 tahun, nonton televisi 8 tahun, makan 6 tahun, bepergian 6 tahun, bersantai 4,5 tahun, sakit 4 tahun, berpakaian 2 tahun, menghadiri kegiatan keagamaan 0,5 tahun.
Ini adalah perhitungan rata-rata untuk orang yang masa hidupnya selama 70 tahun. Berdasarkan penelitian tersebut ternyata 32,9% dalam hidup seseorang rata-rata diisi dengan waktu tidur, bekerja 22,8%, sisanya diisi dengan kegiatan sehari-hari, hanya 0,7% hidup seseorang diisi dengan bersekutu dengan Tuhan. Pertanyaannya sekarang, apakah tahun-tahun hidup kita juga diisi seperti data tersebut? Berapa persen kita mengisi hari-hari hidup kita dengan bersekutu dengan Allah? Spend time with God! Mari kita ambil waktu untuk bersekutu dengan Tuhan lebih lagi, mari kita minta Roh Kudus yang memimpin hidup kita setiap saat, maka kita akan dapat menggunakan setiap waktu kita dengan baik dan bijaksana.
Bangunlah hari-hari kita untuk bersekutu dengan Tuhan. Dengan demikian hidup kita akan berhasil dan tahun-tahun yang kita jalani sungguh bermakna dan berdampak untuk orang lain. Hidup sesuai dengan firman-Nya maka kita akan melihat kuasan-Nya terjadi dengan luar biasa atas hidup kita. (Yus)
Baik buruknya hari ini ditentukan apakah kita berjalan bersama Tuhan dalam persekutuan.

RABU, 3 September 2008

DIPANGGIL UNTUK MELAYANI

Amos 7 : 10-15
Amos adalah seorang gembala dan pekerja kebun. Yang lain bisa berlatar belakang usahawan, tukang daging, pedagang roti, pembuat lilin, dan sebagainya sebelum Tuhan memilih dia untuk dijadikan nabi/pelayan-Nya yang akan berbicara kepada umat manusia atas nama Tuhan. Bila Tuhan memanggil biasanya seorang nabi itu tidak saja disuruh meninggalkan pekerjaannya, tetapi juga daerahnya. Kadang-kadang Tuhan tidak minta orang yang dipanggil-Nya untuk pergi meninggalkan daerah tempat tinggalnya semula. Seperti Ishak contohnya, dia tidak boleh sama sekali bepergian ke luar daerah, tidak seperti yang dilakukan Abraham ayahnya, atau Yakub anaknya ataupun Yusuf cucunya, Ishak tidak pernah tercatat pergi ke mana-mana. Ishak adalah orang yang juga taat pada panggilannya.
Demikian juga ketika Allah memanggil kita untuk melayani Dia. Allah bisa saja menyuruh kita menjadi misionaris ke tempat yang jauh sekali, atau Dia juga bisa memanggil kita untuk menjadi pelayan-Nya di tempat di mana kita berad, di rumah, di lingkungan kerja, di sekolah dan sebagainya. Ke mana Tuhan panggil itu terserah Dia, yang penting buat kita adalah taat dan memenuhi panggilan-Nya untuk menjadi saksi-Nya, untuk menjadi pelayan-Nya hingga semua orang merasakan kasih-Nya dan semua orang menjadi murid-Nya. (DBR)
Setiap kita dipanggil oleh Allah.

KAMIS, 4 September 2008

KAMBING HITAM

Matius 7 : 3-5
Ketika kita menghadapi suatu kegagalan, masalah, ketidakberesan maka dengan sangat cepat dan sangat mudahnya kita mencari kambing hitam. Setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk tidak mau bertanggung jawab, tidak mau menerima kesalahan dirinya, mereka lebih senang menyalahkan orang lain. Bila suatu proyek tidak kembali modal, rugi, maka pimpinan biasanya langsung menyalahkan anak buahnya, situasi atau apa saja asal bukan dirinya. Itu yang firman Tuhan hari ini katakan, janganlah mencari atau melihat kesalahan orang lain saja, jangan hanya bisa cari kambing hitam, tetapi mari belajar untuk mengambil tanggung jawab, mari berani berkata, “ya, ini salah saya”. Adalah lebih terhormat untuk memikul kesalahan orang lain dari pada sudah jelas-jelas salah tapi tidak mau mengaku dan bisanya hanya menyalahkan orang lain saja, apalagi bila kita dipercaya untuk menjadi pemimpin. Firman Tuhan berkata bahwa sesungguhnya di mata kita ada balok yang menghalangi penglihatan, tetapi kita hanya sibuk memperhatikan selumbar di mata orang lain. Jangan cari kambing hitam, introspeksi, bertobat dan mari bangkit lagi! Kesalahan itu biasa, kegagalan adalah keberhasilan yang ditunda, mari kita belajar menjadi dewasa dan bertanggung jawab dengan membuang kebiasaan mencari kambing hitam. (cubs)
Yesus lebih senang menjadi kambing hitam dari pada mencari kambing hitam.

JUMAT, 5 September 2008

MENGAPA TUHAN MENGIJINKAN BADAI?

Roma 8 : 28-29
Sebagai orang percaya, kita memiliki pilihan tentang bagaimana meresponi masalah yang terjadi dalam hidup kita. Ada yang menyalahkan atau menaruh dendam dan kepahitan kepada orang lain, menyalahkan Tuhan, menghindar dari masalah dengan cara yang tidak benar. Respon yang paling benar adalah berpaling kepada Tuhan dan berdoa, "Tolong aku memahami rencana-Mu, ya Tuhan". Bila kita mengerti rencana-Nya dan memecahkan masalah kita sesuai dengan rencana-Nya itu, maka iman kita pun akan bertumbuh. Sebagai orang percaya kita memiliki hak untuk bertanya "Mengapa?" supaya kita mengerti, karena tujuan Bapa di sorga mengijinkan badai menimpa kehidupan orang percaya semata-mata adalah untuk membawa kita kepada persekutuan yang intim dengan-Nya. Kesulitan hidup menerpa kita justru supaya kita dapat menyingkirkan kekacauan dalam pikiran kita dan memfokuskan perhatian kita pada Tuhan. Selain itu, pola pikir dunia yang mungkin selama ini kita pakai kini dibuang, dan kita diubahkan ke dalam gambaran Kristus. Tujuan Bapa di sorga yang utama bukanlah memberikan kita kesenangan, melainkan membentuk kita menjadi seorang hamba yang bijaksana dan taat, dan yang mengasihi-Nya. Ketika badai mengamuk di dalam hidup kita, Tuhan sudah merencanakan bagaimana mendatangkan kebaikan dari kehancuran itu. Carilah tujuan-Nya, dan bekerjasamalah dengan-Nya untuk mencapai tujuan itu. (Mar)
Setiap badai yang diijinkan Tuhan adalah ujian supaya kita naik kelas.

SABTU, 6 September 2008

ALLAH YANG TEPAT WAKTU

Yohanes 11 : 1-44
Seringkali kita mengalami seperti yang dirasakan oleh Maria dan Marta. Mereka meminta agar Tuhan Yesus datang untuk menyembuhkan Lazarus saudara mereka yang sedang sakit, tetapi Tuhan Yesus tidak datang, hingga akhirnya Lazarus mati karena penyakitnya. Baru sesudah empat hari kemudian Tuhan Yesus datang menemui mereka. Bagi Maria dan Marta kedatangan Tuhan Yesus sudah terlambat karena Lazarus sudah mati. Tetapi sesungguhnya kedatangan Tuhan Yesus tidak terlambat, Ia datang tepat pada waktu-Nya. Seringkali kita berpikir pertolongan Tuhan itu sering terlambat, tetapi sesungguhnya pertolongan Tuhan itu datang indah pada waktunya. Sesungguhnya Tuhan Yesus dapat datang dan menyembuhkan Lazarus saat ia masih sakit. Tetapi itu bukan rencana Tuhan, Ia memiliki rencana yang lebih besar lagi. Ada maksud dan tujuan Tuhan Yesus datang setelah empat hari kemudian. Pertama, Allah ingin menyatakan kemuliaan-Nya di depan umat-Nya. Kedua, Allah ingin mengajari umat-Nya agar lebih percaya kepada-Nya. Inilah maksud dan tujuan Tuhan Yesus menunda kedatangan-Nya. Dari peristiwa ini kita dapat belajar bahwa di balik persoalan yang kita hadapi ada kemuliaan Tuhan. Mari kita mulai belajar lebih mempercayai Tuhan. Ia adalah Allah yang peduli yang senantiasa memelihara hidup kita. (Giant)
Bagi Allah hanya ada tepat waktu, tidak ada terlalu cepat atau terlambat.

MINGGU, 7 September 2008

TETAP SAYANG

Yohanes 3 : 16

Tuhan, Engkau tidak mengasihiku lagi karena kesalahan yang telah kuperbuat?” Tanyaku dalam hati. Waktu itu aku melakukan kesalahan dan merasa diriku tak layak untuk dikasihi oleh Tuhan. Tuhan tidak menjawab. Malam itu Pluto anjing kami nakal sekali, buang air kecil sembarangan. “Kamu sayang Pluto?” Ada suara dalam hatiku. “Biarpun dia melakukan kesalahan? Apakah itu mengurangi rasa sayangmu kepadanya?” “Ya,” jawabku. “Aku mengasihi Pluto biarpun kadang-kadang dia nakal, tetapi kenakalannya tidak mengurangi rasa sayangku,” kataku. Terdengar suara dalam hatiku, “Terlebih Aku mengasihi engkau, anak-Ku, Aku mengasihi engkau tidak bersyarat, dengan kasih yang sempurna, engkau adalah anak-Ku. Jangan engkau merasa tidak layak, anak-Ku, kesalahanmu tidak mengurangi kasih-Ku kepada-Mu. Aku mengasihi engkau dengan seluruh hidup-Ku. Engkau sudah datang kepada-Ku, mengakui kesalahanmu dan bertobat. Aku tidak ingat lagi akan kesalahanmu, dan Aku tetap dan selalu mengasihimu.” (FF)
Jangan pernah sekalipun ragu bahwa Tuhan tetap sayang pada kita.

No comments: