
Ketika Naomi akan pulang kembali ke tanah Yehuda, Rut dan Orpa mempunyai pilihan, apakah mereka mau ikut dengan Naomi, atau pulang kembali ke rumah orang tua mereka? Orpa, ipar Rut, mengambil keputusan untuk kembali ke rumah orang tuanya. Tetapi Rut mau tetap ikut dengan Naomi. Ia berkata kepada Naomi, “Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam; bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; ...” (Rut 1 : 16). Rut mengambil keputusan mengikut Naomi karena ia telah melihat cara hidup Naomi, dan yang pasti karena ia pun memiliki kasih terhadap Naomi yang telah menjadi janda dan kini tinggal sendiri. Rut telah memilih yang benar, seperti dikatakan Boas, “Telah dikabarkan kepadaku dengan lengkap segala sesuatu yang engkau lakukan kepada mertuamu sesudah suamimu mati, dan bagaimana engkau meninggalkan ibu bapamu dan tanah kelahiranmu serta pergi kepada suatu bangsa yang dahulu tidak engkau kenal. Tuhan kiranya membalas perbuatanmu itu, dan kepadamu kiranya dikaruniakan upahmu sepenuhnya oleh Tuhan, Allah Israel, yang di bawah sayap-Nya engkau datang berlindung.” (Rut 2 : 11-12).
Kemudian Naomi berkeinginan untuk mencarikan seorang suami untuk Rut. Ia berkata, “Anakku, apakah tidak ada baiknya jika aku mencari tempat perlindungan bagimu supaya engkau berbahagia?” (Rut 3 : 1). Lalu Naomi memberitahu caranya kepada Rut untuk mendatangi Boas dan meminta perlindungan darinya. Boas mau “menebus” Naomi dan Rut, dan akhirnya Rut menjadi istri Boas. Dari keturunan mereka lahirlah Yesus yang menjadi Mesias (Matius 1 : 5, 16). Cerita tentang Rut dan Boas ini adalah gambaran dari gereja Tuhan (mempelai wanita) dan Yesus (mempelai pria). Mari kita belajar suatu kebenaran yang indah dari cerita ini.
Dalam Rut 3 : 9b kita membaca apa yang dikatakan Rut, “Aku Rut, hambamu: kembangkanlah kiranya sayapmu melindungi hambamu ini, sebab engkaulah seorang kaum yang wajib menebus kami.” Suami, sebagaimana dikatakan oleh Rut dan Naomi (ayat 1), adalah “tempat perlindungan” bagi istri. Ketika Tuhan menjadikan Hawa, Tuhan tidak mengambil tulang kepala dari Adam; Hawa tidak diciptakan untuk menjadi kepala (pemimpin) dari Adam. Tuhan juga tidak mengambil tulang kaki dari Adam; Hawa tidak diciptakan untuk diinjak-injak oleh Adam. Tetapi Tuhan membuat Hawa dari tulang rusuk Adam, yang dekat dengan hati, simbol untuk dikasihi dan dilindungi. Tuhan menciptakan Hawa sebagai penolong bagi Adam (Kejadian 2 : 18). Kalau prinsip ini diterapkan dalam rumah tangga, maka rumah tangga akan berbahagia. Dalam Efesus 5 : 22-33 Rasul Paulus menulis tentang bagaimana seharusnya hubungan suami istri, ”Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.” (ayat 31-32). Berapa banyak orang lupa akan hal ini?
1. Suami, yang merasa menjadi ”kepala”, seringkali tidak mau mendengar pendapat dari istri yang Tuhan berikan sebagai ”penolong”. Karena ”ego”, ia selalu merasa dirinya yang paling benar, paling tahu segalanya, istri harus diam saja, tidak boleh mengeluarkan pendapat. Suami yang ”diktator” seringkali berlaku kasar dan memaksa istri untuk tunduk berdasarkan firman Tuhan, ”Hai istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan” (ayat 22), tetapi lupa bahwa bagi suami juga berlaku firman Tuhan, ”Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya” (ayat 25). Banyak suami lupa bahwa mereka adalah tempat perlindungan bagi istrinya, mereka suka memukul dan menganiaya istri bila sedang marah. Banyak suami melupakan tanggungjawabnya sebagai kepala keluarga yang harus mencari nafkah sehingga jadinya istri yang harus bekerja, selain juga harus mengurus suami, anak dan rumah tangga. Rasul Petrus menulis dalam suratnya, ”Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan istrimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.” (I Petrus 3 : 7).
2. Tuhan menciptakan Hawa sebagai ”penolong” bagi Adam, tetapi banyak istri maunya menjadi ”kepala” yang memimpin dan mengatur suami. Banyak istri yang karena bisa mencari uang sendiri jadi merasa ”kuat” dan tidak mau tunduk kepada suami. Padahal firman Tuhan tidak mengajarkan begitu. Kejatuhan manusia dalam dosa mengakibatkan istri sukar untuk tunduk dan jadi mau ”mengontrol” suami. Cara-cara istri ”memberontak” terhadap suami bisa dengan ”dominasi” (secara terang-terangan), ”manipulasi” (secara halus/terselubung, misalnya menggunakan anak), dan ”intimidasi” (menakut-nakuti dengan ancaman atau membandingkan dengan orang lain). Rasul Petrus mengajarkan, ”Demikian juga kamu, hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan istrinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup istri mereka itu. ...perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya. ...” (I Petrus 3 : 1-6). Istri harus memiliki roh yang lemah lembut (artinya memiliki hati yang bersedia untuk berubah, bersedia dibentuk oleh Tuhan dengan tidak mempertahankan hak) dan tenteram (artinya tidak kuatir, tidak panik walaupun dalam tekanan, karena dapat menaruh pengharapannya pada Tuhan).
3. Firman Tuhan berkata bahwa suami istri menjadi satu daging, artinya mereka adalah satu. Bila suami berbuat kesalahan, istri juga akan terkena dampaknya. Suami korupsi dan masuk penjara, harta benda disita, istri juga ikut menderita. Suami selingkuh atau kawin lagi, istri sakit hati dan kehilangan tempat berlindung. Begitupun jika istri berbuat kesalahan, suami pasti terkena dampaknya juga, karena keduanya adalah satu. Tetapi di saat terjadi pertengkaran, seringnya mereka lupa dan jadi saling membuka keburukan pasangan. Tidakkah itu berarti menjelekkan dirinya sendiri? Bukankah mereka sudah menjadi satu?
Ketika Tuhan menciptakan keluarga, Tuhan menghendaki keluarga yang sempurna. Tetapi dengan kejatuhan manusia, Iblis merusak rencana Tuhan, Iblis merusak gambaran keluarga yang seharusnya. Terlebih sekarang ini, semakin dekat dengan kedatangan Tuhan, semakin giat Iblis bekerja menghancurkan keluarga-keluarga. Akankah kita diam saja? Jangan biarkan Iblis menghancurkan keluarga kita! Diperlukan usaha, kerja keras dan kasih untuk itu. Seringkali istri tidak mau tunduk karena merasa suami tidak mengasihinya, dan suami juga tidak mau mengasihi karena menurutnya istri tidak tunduk kepadanya. Jangan menunggu, mulailah dari diri kita dulu! Kita harus kembali kepada firman Tuhan. Dalam suratnya kepada jemaat di Kolose, Rasul Paulus menulis, ”Dan di atas semuanya itu, kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.” (Kolose 3 : 14). Kasih! Hanya itu yang dapat mengatasi segala permasalahan. Kasih mengalahkan kepentingan diri sendiri (egoisme). Bila kita dapat mengalahkan ”ego” kita, dengan sendirinya kita akan dapat ”menundukkan diri” dan ”mengasihi” seperti yang Tuhan kehendaki.
Rut adalah gambaran dari gereja Tuhan yang adalah calon mempelai Kristus. Kriteria apa yang harus dimiliki gereja Tuhan?
= Hati (iman) yang teguh. Sekali Rut menetapkan untuk ikut dengan Naomi, ia tidak mau mundur (Rut 1 : 15-17). Begitu juga seharusnya dengan kita. Bila kita telah memilih ikut Yesus, kita harus memiliki iman yang teguh, yang tidak goyah oleh masalah atau tantangan apapun juga.
= Kasih. Rut memiliki kasih kepada Naomi. Sebagai gereja Tuhan kita harus memiliki kasih kepada Tuhan dan sesama (Matius 22 : 37-40).
= Rajin. Rut bekerja dari pagi sampai petang mengumpulkan jelai di ladang Boas. Sebagai gereja Tuhan, kita harus rajin bekerja mencari makanan, bukan hanya untuk jasmani kita, tetapi terlebih lagi untuk rohani kita. Yesus berkata dalam Yohanes 6 : 27, ”Bekerjalah, bukan untuk makanan yang dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.” Kita harus rajin membaca firman Tuhan, berdoa dan bersekutu dengan Tuhan.
= Tunduk kepada Tuhan. Rut minta kepada Boas untuk ”mengembangkan sayapmu melindungi hambamu”, Rut mau merendahkan dirinya di bawah naungan Boas. Seperti yang diajarkan Rasul Paulus, ”Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah istri kepada suami dalam segala sesuatu.” (Efesus 5 : 24). Kita, sebagai gereja Tuhan, harus merendahkan diri kita di bawah naungan Tuhan, kita harus tunduk dan taat kepada Tuhan (mempelai pria).
Tuhan sedang mempersiapkan mempelai-Nya. Tidak lama lagi Tuhan akan datang untuk menjemputnya. Mari kita siapkan diri kita untuk menjadi mempelai Kristus. Amin! (LH)
= Tulus, artinya tidak munafik, tidak berpura-pura, apa yang ia tampilkan di luar adalah apa yang ada dalam hatinya. Yesus berkata, “..., hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” (Matius 10 : 16b).
= Setia. Seorang yang setia tidak akan berkhianat tetapi memegang komitmen, ia selalu menepati janjinya. Seorang yang setia akan menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya dan tidak akan menyerah meskipun banyak tantangan dan diperlukan pengorbanan. Yesus berkata, “Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.” (Lukas 12 : 42-43).
= Bertanggung jawab, artinya tetap melakukan tugas dengan sebaik-baiknya walaupun tanpa pengawasan; berani menanggung segala resiko atas perbuatannya, tidak ”lempar batu sembunyi tangan”, tidak mencari ”kambing hitam” untuk dikorbankan. Yesus berkata tentang kedatangan-Nya, “Dan halnya sama seperti seorang yang bepergian, yang meninggalkan rumahnya dan menyerahkan tanggung jawab kepada hamba-hambanya, masing-masing dengan tugasnya, dan memerintahkan penunggu pintu supaya berjaga-jaga. Karena itu berjaga-jagalah,... supaya kalau ia tiba-tiba datang jangan kamu didapatinya sedang tidur.” (Markus 13 : 34-36).
= Jujur, artinya tidak curang, tidak menipu, berani berkata benar walaupun mungkin akan merugikan diri sendiri. Yesus berkata, “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” (Matius 5 : 37).
Itulah yang Tuhan minta dari kita sebagai hamba-hamba-Nya. Rasul Paulus berkata, ”Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.” (ayat 5). Mari kita belajar menjadi orang yang dapat dipercayai agar kita menerima pujian dari Tuhan dan bukan hanya dari manusia. (Ginny)
Rabu, 25 Juli 2007
Mengampuni adalah suatu tindakan yang harus kita ambil, bukan berdasarkan perasaan kita. Dengan mengampuni kita membebaskan orang yang bersalah kepada kita, tetapi lebih lagi, sebenarnya kita membebaskan diri kita dari kemarahan, kekecewaan, sakit hati, kepahitan, dendam. Semua hal itu adalah dosa yang akan mengikat kita. Yesus mau membebaskan kita dari dosa-dosa itu, tapi seringkali kitalah yang tidak mau melepaskannya. Kita lebih rela “menanggung beban dosa” itu dari pada “membebaskan orang yang menyakiti kita”. Sebenarnya siapa yang rugi? Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita bahwa jika kita tidak mau mengampuni, maka Bapa juga tidak akan mengampuni dosa kita. Bagaimana, apakah kita masih mau mengeraskan hati kita? Hari ini, ambillah tindakan untuk mengampuni. Tidak mudah memang, tetapi kuncinya adalah apakah kita mau. Katakan kepada diri Anda, “Saya mengampuni dia oleh kasih Bapa kepada saya.” Doakan dan berkati dia. Bebaskan hati Anda dari ikatan segala dosa itu dan biarkan kasih Tuhan memenuhi hati Anda dengan sukacita dan damai sejahtera. (Ginny)